You, I & Pigeon...? - vessalius04
Saat kau menemukan sosok pria yang mempunyai tulusnya rasa kasih sayang kepadamu, yang bisa menjagamu tanpa tak ingin kau terluka, yang tak hanya memikirkan kemauannya tetapi juga bekerja keras untuk membahagiakanmu, ingatlah---
Jangan pernah berpikir untuk melepaskannya.
Karena ia begitu mencintaimu. Karena ia sangat menghargaimu. Karena ia menginginkanmu tersenyum bersamanya.
Dan sesungguhnya pria yang benar-benar tulus dengan perasaannya pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk selalu ada di samping seorang wanita yang ia cintai. Disuka maupun duka.
Ya, Seto Tazaki berpikir demikian. Lelaki berwajah oriental yang tak mengenakan jas musim dingin itu tampak sedang berjalan melewati cuaca salju yang cukup memburuk. Mulutnya mengeluarkan udara berwujud asap, dan sebuah kebohongan bagi Tazaki jika ia mengatakan bahwa ia tak menggigil sekarang ini.
Kedua tangannya pun semakin erat memeluk balutan jas musim dingin yang ia relakan dilepas, membuatnya hanya memakai kaos hitam sebagai pelindung tak berefek bagi tubuhnya itu.
Kedua manik biru Tazaki menatap lurus ke depan, salju memang tidak turun dengan lebat tetapi hawa dingin yang menusuk sekujur tubuh tak bisa ia tahankan lebih lama lagi, dan untung saja lelaki bersurai obsidian itu sudah dekat dengan tempat tujuannya.
Rumah.
Di mana ia bisa merasakan kehangatan, di mana ia bisa merasakan sebuah cinta yang terbalas, di mana ia bisa merangkul kehidupan dengan istri yang ia cintai.
.
.
.
You, I & Pigeon ...?
Joker Game Fanfiction
Husband!Tazaki x Wife!Reader
Joker game © Koji Yanagi
Story © vessalius04
Enjoy!
.
.
.
"Aku pulang."
Tanpa perlu mengetuk lagi, dengan gerakan cepat Tazaki memasuki rumah. Salah satu telapak tangan sekilas beralih fungsi menghempas bagian atas rambutnya yang telah dihujani butiran-butiran salju dengan raut datar.
"Tazaki, kau sudah pulang?" Sosok sang istri muncul dari dalam ruang dapur, kedua langkah energik menghampiri keberadaan Tazaki yang sudah berada di tengah ruang keluarga.
Kedua manik Tazaki menoleh ke samping, di mana sosok sang istri berada. Lelaki berbadan seratus tujuh puluh dua centimeter itu pun menyesuaikan posisi agar bisa berinteraksi dengan nyaman.
Oh, di sanalah dia.
Helai rambut [Hair Color] wanita itu sedikit bergoyang berkat langkah yang dihasilkan, kedua manik menatap penuh harap seiring mengulas senyuman, membuat Tazaki otomatis bisa mengecap rasa manis di lidah saat melihat sosok sang pujaan hatinya.
Tiba-tiba kedua kaki sang istri terhenti, membuat jarak di antara mereka berbeda beberapa langkah saat menyadari tubuh sang suami sukses menggigil berkat kaos hitam yang hanya dipake olehnya. Seto [Name] membelak kedua mata terkejut.
"Apa yang terjadi----"
Pertanyaan [Name] terhenti saat kedua maniknya beralih ke arah balutan jas musim dingin yang sedang dipeluk dengan kedua lengan sang suami, lalu mendapati kepala merpati yang berpas-pasan tercondong ke atas hingga puncak kepala merpati itu menyentuh bagian tudung jas.
"Tazaki, kau membawa merpati?"
Pertanyaan diubah dari mulut Seto [Name]. Membuat Tazaki dan sang merpati dari balik balutan jas (secara kebetulan) memiringkan kepala bersamaan, membuat [Name] tersentak kaget.
"Ya, sweetheart. Aku menemukan gadis malang ini terbaring tak berdaya di atas tanah dan hampir terkubur oleh kejamnya tumpukan salju."
[Name] mengedipkan kedua matanya berkali-kali, berusaha mencerna keganjilan pada kalimat itu. Gadis malang? [Name] pun hanya bisa menyimpulkan bahwa merpati yang diselamatkan oleh suaminya adalah seekor merpati betina. Itu saja. Tak lebih.
Tazaki yang menyadari maksud dari pemikiran [Name] langsung berdehem pelan, "Karena merasa kasihan, akupun menyelimuti merpati malang ini di jas yang sudah kubalut."
"Dan membiarkan dirimu kedingingan setengah mati di luar sana?" [Name] cemberut seiring kedua tangan terlipat di depan dada, "Terkadang aku bingung denganmu, hun. Apa saking cintanya dengan merpati sampai-sampai otakmu gagal berfungsi secara optimal?"
Tazaki diam-diam mengelus dada. Astaga, istrinya memang sangat menusuk jika sedang mengomel, tapi sebagai suami yang tahu akan kesalahan, Tazaki pun mendengar dengan seksama.
"Tidak perlu sampai melepas jas, kau kan bisa menyimpan merpati itu di dalam tubuhmu yang dari sananya sudah terbalut jas!"
'Benar juga,' batin Tazaki dengan polosnya.
Dengan hentakan kesal, [Name] pun berjalan beberapa langkah ke depan untuk meminimalkan jarak di antara mereka, "Berikan merpati itu."
Tazaki ragu-ragu untuk memberikannya kepada [Name] yang sudah merentangkan kedua tangan ke depan sambil melempar tatapan tajam ke arahnya, "uh, aku----"
"Sekarang."
Tanpa ingin mengambil resiko, Tazaki langsung mengarahkan balutan jas tersebut ke tangan sang istri saat mendengar kata yang penuh dengan penekanan.
Setelah merpati itu diberikan kepada sang istri, terlihat [Name] mendekap balutan jas itu pada pelukannya, lalu mengulas senyuman kecil saat menatap merpati tersebut dari jarak yang dekat.
Tazaki menghela napas lega, mulut yang awalnya ingin melontarkan kalimat permohonan pun terurungkan olehnya. Rasa paranoid membuat Tazaki lupa bahwa hati sang istri memang selembut dirinya.
"Kau kedinginan? Kasihan sekali..."
[Name] mendekatkan wajah hingga puncak hidungnya menyentuh bagian dahi sang merpati dan langsung disambut dengan kicauan merdu.
"Tunggu di sini, ya. Papa juga sedang kedinginan, kau tahu?" Tawaan geli keluar dari mulut [Name] seiring memutar tubuh untuk menaruh sang merpati yang masih terbalut oleh jas di atas permukaan sofa.
Mendengarnya membuat hati Tazaki terasa hangat, tetapi juga membuatnya merasa malu hingga kedua pipi terkilas merona. Tazaki tahu bahwa [Name] sedang mencoba menjahilinya dan jujur saja, istrinya sukses besar.
"Tazaki," panggilan lembut [Name] membuat Tazaki kembali menaruh pandang ke arah [Name], mendapati sang istri telah kembali berhadapan dengannya.
"Ah, ya, sweetheart?"
Tazaki bermaksud mengulas senyuman andalannya saat mendapati nada suara sang istri telah membaik, tetapi tak sesuai dugaannya---ia langsung disambut oleh jemari sang istri yang mencubit kedua pipinya dengan gemas.
"Dasar bodoh," omel [Name] kesal, "Lihat! Bahkan jemariku langsung dingin tanpa hitungan detik, mou..."
Tazaki terpaksa memundurkan wajah hingga jemari [Name] terpaksa lepas dari kedua pipinya, "Jangan, [Name]..."
"Hn?" [Name] menarik kedua tangannya yang masih terulur seiring memandang sang suami dengan raut bertanya-tanya.
"Kau bisa ikut kedinginan jika menyentuhku," tegas Tazaki, "Dan aku tidak mau tubuhmu ikut merasakan itu."
[Name] menaikkan salah satu alisnya, ia tak tahu kenapa sekarang ini Tazaki sangat melarang dirinya melakukan hal demikian. Apakah otak Tazaki mulai miring?
"Apa maksudmu?" Sesaat [Name] memajukan kedua bibirnya tak terima, "Aku? Akan ikut kedinginan?"
Sebelum Tazaki menjawab dan tanpa ia prediksi, secara tiba-tiba [Name] memeluknya dengan erat. Membuat kepala sang suami tertunduk seiring memasang ekspresi terkejut.
"[Name]----"
"Diam," kali ini [Name]lah yang berbicara dengan tegas, "Masa bodoh aku akan kedinginan atau apa."
Terlihat kepala [Name] bermanja-manja di bagian dada Tazaki, merasakan apa yang sang suaminya rasakan. Dingin memang, tapi di lain pihak membuat hati terasa hangat.
"Jika Tazaki merasa menderita, aku juga harus ikut merasakannya," salah satu tangan [Name] bergerak ke samping----mengelus lengan Tazaki sampai berakhir menyentuh jemari sang suami yang terasa begitu dingin.
"Aku istrimu, kau tahu," lirih [Name] dengan kedua manik sayu yang Tazaki sendiri tidak bisa melihatnya, "Aku pendampingmu dalam suka maupun duka. Bukan seorang ratu yang harus dijaga oleh prajuritnya."
Tazaki bergeming, lirihan sang istri yang menjadi-jadi membuat kedua tangannya tak kuasa menahan agar tidak memeluk kembali tubuh istrinya itu.
"Maaf," Tazaki berbisik seiring mengelus puncak kepala [Name], "Maaf telah membuatmu terkejut dengan tindakan bodohku."
[Name] tersenyum lalu menggeleng kepala tak setuju dengan permintaan maaf Tazaki, "Kau tidak salah. Mana mungkin aku bisa marah saat mengetahui suamiku mempunyai hati penyayang seperti ini?"
[Name] memundurkan tubuhnya seiring telapak tangan menyentuh bagian dada Tazaki, "Aku mencintai hati penyayangmu... Tidak, tidak hanya itu, aku mencintai semua yang ada pada dalam dirimu."
[Name] mendongakkan kepala, sedikit berjinjit, lalu mengecup bibir sang suami. Memang singkat, tetapi bagi mereka----begitu berkesan. Mereka pun berakhir saling memandang dalam jarak yang amat dekat seiring mulai menukar senyuman.
Dan merpati yang diam-diam menyaksikan mereka, lagi-lagi berkicau penuh dengan alunan merdu.
***
"[Name], di mana kau menaruh celanaku?"
[Name] yang sedang mengelus merpati di pangkuannya pun menoleh ke arah Tazaki, mendapati sosok suami yang menyempatkan diri mengambil minum di ruang dapur sebelum mempertanyakan eksistensi celana miliknya.
"Eh, memangnya tidak ada lagi di lemari?" [Name] yang sudah terbiasa dengan pemandangan yang ia lihat, menjawab dengan kasual.
Tazaki menggeleng kepala---kembali melangkah menuju ruang keluarga di mana istrinya berada, lalu duduk di samping [Name] yang masih menduduki sofa panjang.
"Dicuci semua?" Tazaki bertanya seiring tangan menaruh gelas di atas permukaan meja sebelum menatap wajah sang istri.
[Name] dengan ragu mengangguk, "Ya, mengingat baju-baju sangat sulit kering di musim salju seperti ini."
Sebenarnya Tazaki memang tak memasalahkannya, tapi...
"Jadi kau akan menghabiskan malam natal dengan sang suami yang tak memakai celana," canda Tazaki dengan suara tenang, "Aku harap kau tidak risih, sweetheart."
[Name] otomatis tertawa saat mendengar ucapan Tazaki, membuat merpati yang berada di pangkuannya melihat ke arah wajah mereka secara bergantian.
"Tentu saja tidak," samping kepala [Name] bersandar pada bahu Tazaki seiring mengulas senyuman lembut, "Selagi kau masih memakai... kau tahu... agar menutup bagian bawahmu."
Kedua manik Tazaki yang sedang memandang pohon natal yang telah mereka pasang seminggu lalu pun berpindah saat mendengar ucapan samar-samar sang istri.
"Hm? Kau bilang apa?"
Kedua bahu [Name] bergetar, ia pun mengeluarkan tawaan kaku, "L-lupakan saja, Tazaki."
Tazaki mengulas senyum, telapak tangannya menyentuh punggung tangan sang istri yang kini berada di pangkuannya seiring merpati berlalu pergi dan mendarat di bahu Tazaki yang lainnya.
"Merry christmas, sweetheart."
-fin-
.
.
.
MERRY CHRISTMAS! //belumpls
Sepertinya author terlalu cepat mempublish ini, eh? Tapi yasudahlah ya, takutnya di tanggal 24 nanti author tak ada waktu mempublish ;_;
Dan ya, untuk member CoM tercinta maafkan daku yang jarang muncul di group 😢😢 tapi syukurlah daku bisa aktif dalam project ini 😍😍
Semoga para pembaca menikmati oneshoot yang memang tak sempurna ini ;_; *ketauan kerjanya sks* dan juga semoga CoM tetap maju di tahun depan :D
Terakhir...
Thanks for reading until the end!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top