For You! - xYukiharaSayaka999

Genre: Romance, (Slight) Comedy
Pair: Aomine Daiki x Readers
By: xYukiharaSayaka999

---------

Seorang lelaki bersurai navy blue mengetik keyboard telepon genggam touchcreennya, kemudian memeriksa beberapa notifikasi yang masuk.

Nama lelaki itu Aomine Daiki.

Sang lelaki berusia 16 tahun, seorang Ace dari tim bernama 'Kiseki no Sedai' dan kembali menduduki posisi Ace di SMA barunya, SMA Touo.

Ia sedang menunggu notifikasi dari seorang gadis bernama [Surname] [Name], teman masa kecilnya.

Gadis yang juga berusia 16 tahun dan bersekolah di sekolah yang sama, SMA Touo. Dia tidak memiliki kekurangan sama sekali.

Kecuali satu.

Ya, cuma satu----

-----gadis itu sama sekali tidak peka.

.

.

.

Aomine kembali mengetik beberapa hal di telepon genggamnya. Saat ini ia sedang berusaha menghubungi [Name]. Namun apa yang ia ingin obrolkan? Itulah pertanyaan yang menggema di otaknya.

Ia membuka kalender ponselnya, mendapati angka 11 Februari, dan ia kemudian mendapati ide.

Kembali ia membuka sosial medianya, mencari nama [Surname] [Name], kemudian mulai mengetik pesan setelah menemukannya.

"Hei, sebentar lagi valentine loh."

Terkirim.

Aomine tersenyum kecil ketika melihat bahwa [Name] sudah membacanya.

Bzzzz...

Getaran tersebut menandakan bahwa ia menerima balasan.

"Iya, memangnya kenapa? ●ω●"

Aomine tertawa kecil ketika melihat emotikon yang [Name] gunakan.

Ia berfikir bahwa [Name] begitu manis ketika melihat ia mengirim emotikon tersebut. Namun di sisi lainnya, ia juga merasa [Name] begitu tidak peka. [Name] tidak sadar bahwa Aomine sedang memberi kode bahwa ia menginginkan coklat dari [Name].

Kembali, Aomine mengetik balasan untuk [Name].

"Dasar tidak peka."

Dengan cepat, [Name] membalasnya kembali.

"Kok aku malah dibilang gak peka ヽ(o'Д′o)ノ"

'[Name] masih tidak mengerti? Ah..' Ia mengeluh. Ia kembali memberi [Name] kode.

"Apa kau sudah membuat coklat?"

"Belum ( ̄o ̄;)"

"Ooh.."

"Memangnya kenapa? <(`^'?)>"

Aomine mendecih. Kenapa ia menyukai orang yang begitu tidak peka seperti [Name]?

Akhirnya, Aomine menyerah dan memberitahu arti dari kode-kode yang ia berikan.

"Jangan lupa buatkan untukku, ya."

Huft. Padahal awalnya ia berencana mengecoh [Name], namun pada akhirnya ia memberitahu hasilnya sendiri.

"Enak saja (≧∇≦)/ "

Nah kan.

Ini jawaban yang sudah diduga oleh Aomine.

Meski sudah mengenal sejak kecil, Aomine tak pernah sekalipun menerima coklat ataupun hadiah dari [Name].

"Kamu selalu saja begitu. Tidak bisakah menghargai pertemanan?"

"Enak saja! Aku menghargainya kok! Buktinya ketika kamu ulang tahun aku memberi ucapan! ╮(╯▽╰)╭"

Hah??

Ketika Aomine membacanya, ia sempat speechless. Mengingat bahwa ia selalu membelikan [Name] berbagai macam kado saat [Name] ulang tahun, natal, dan lain-lain. Namun yang [Name] berikan padanya apa? Cuma ucapan. 'Selamat ulang tahun~', 'Selamat natal~', itu saja.

No gift. No surprise. No party.

"Cuma itu saja? Aku selalu memberimu kejutan, hadiah, dan pesta, loh. Lalu yang kau berikan cuma ucapan? Ayolah, kita sudah berstatus lebih dari teman!"

"Meski kita sahabatan bukan berarti aku harus memberimu hadiah! ≧﹏≦"

Apa?

Jadi kalau bukan sahabat, untuk apa Aomine memberinya hadiah selama ini? Lagi pula, apa selama ini Aomine cuma dianggap sahabat oleh [Name], dan tidak lebih?

"Maksudku bukan sahabat, bodoh. Kita lebih dari teman, tetapi bukan sahabat!"

"JADI KALAU BUKAN SAHABAT APA!?! <(`^'!?)>"

Oh, [Name]. Kenapa kau begitu tidak peka? Tidakkah kau mengerti maksud Aomine?

"Dasar tidak peka."

"Kok aku dibilang gak peka lagi 〒▽〒"

Kembali, Aomine tersenyum kecil.

"Sudahlah, payah. Aku akan tidur dulu. Sampai jumpa besok."

Aomine pun mematikan telepon genggamnya dengan wajah puas. Ia pun tertidur dengan raut senang terlukis di wajahnya.

.

.

.

"Hoaammm...."

Aomine menguap sambil berjalan menuju sekolahnya. Ia mengusap matanya dengan tangan kanannya, kemudian berhenti ketika merasa seseorang menepuk bahunya.

"Kalau kau begitu terus, kau akan terlambat ke sekolah, Daiki."

Itu [Name].

"Ah, [Name]." Sapa Aomine. Karena petemuan itu, mereka berakhir berjalan berdua ke sekolah. Karena muak dengan suasana hening, [Name] memulai percakapan.

"Nee, apa kau ada latihan hari ini?" Tanya [Name].

"Tidak. Lebih tepatnya aku tidak pergi." Jawab Aomine seperti biasa.

"Karena yang bisa mengalahkanku, hanyalah aku."

"Meskipun begitu--kau tetap butuh latihan, Daiki!" ceramah [Name].

Aomine tetap berjalan sambil menendang batu di depannya sesekali, berusaha mengabaikan [Name].

"Diabaikan itu rasanya sakit, kau tahu?" Ujar [Name] ulang. "Aku tidak peduli." Balas Aomine ketus. "Cih." Kau mengembungkan kedua pipimu, menandakan bahwa kau kesal.

"Buang wajah anehmu itu.." Ucap Aomine. "Tidak mau." Tolak [Name]. Mereka memandang wajah satu-sama-lain, kemudian membuang muka bersamaan.

"Ah, Kousuke!"

'Kousuke?'

[Name] mendekati seorang lelaki yang sangat ia kenal--Wakamatsu Kousuke.

Ia memerhatikan [Name] dan Senpainya itu mengobrol. Keduanya terlihat sangat akrab, bahkan saling memanggil dengan nama kecil, tanpa embel 'Senpai' ataupun 'Kouhai'.

"Jaa, aku pergi dulu, Kousuke!" Pamit [Name]. Wakamatsu mengangguk, melambaikan tangannya kembali.

.

.

.
.

Sekolah telah lama usai. Aomine menguap, mengingat bahwa ia tidur saat jam pelajaran terakhir sampai sore. Saat ini, seharusnya adalah waktu timnya untuk berlatih.

Ia mengingat perkataan [Name] tadi.

'Meskipun begitu--kau tetap butuh latihan, Daiki!'

Aomine mengeluh, ia bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjalan menuju gym sekolahnya.

Ia menggeser pintunya, membuat semua anggota timnya tersentak kaget.

"Aomine-san? Kau datang!" Seru Sakurai. "Kalau aku datang memangnya kenapa?" Tanya Aomine. "Bu--bukan apa-apa! Sumimasen! Sumimasen!!"

Cih.

Ia membuang tasnya sembarangan, kemudian langsung mengikuti latihan.

"Daiki?" Ternyata, [Name] menonton latihan mereka. Ia tersenyum kecil ketika melihat Aomine menjalani latihannya.

'Aku harap valentine segera datang.'

.

.

.

"Baiklah, hari ini cukup."

Mereka pun bubar mencari tempat istirahat masing-masing.

"Kerja yang bagus, Daiki."

Aomine pun menyadari keberadaanmu. "Ah, [Name]." Sapanya balik. Kau memberinya minuman, yang dengan senang hati ia terima.

"Ini, punya Kousuke juga ada."

Jbleb.

Sial. Aomine kena PHP.

Ia pikir cuma dirinya yang akan ditawari air, ternyata Wakamatsu juga toh.

"Saa, ayo kita pulang!"

.

.

.

.

Aomine merobek kertas bertulisan 12 Februari di kalender kamarnya. Hari ini sekolah diliburkan tanpa dijelaskan kenapa.

Menjadi orang pemalas seperti Aomine, dihari libur, ia baru bangkit dari kasurnya ketika jam menunjukkan pukul 13.

Ia segera mandi dan makan, namun setelah itu tidak tahu ingin melakukan apa.

Ia bosan. Sangat bosan.

Haruskah sekarang ia mengajak [Name] untuk menemaninya keluar rumah sebentar? Baiklah. Ia akan melakukannya.

"[Name]. Temui aku di taman jam 2 sore. Kau tidak sedang sibuk kan? Aku sangat bosan dirumah."

"Oke."

.

.

.

[Bonus (I'll give it later)]

Aomine berjalan, mencari keberadaan [Name] di taman itu.

"Ah, itu dia. [Nam---]--"

Ia menjeda perkataannya ketika melihat sebuah pemandangan. [Name] dan Wakamatsu mengobrol berdua disana.

"Ah, Daiki! Jaa ne, Kousuke!". Lambai [Name] yang kemudian dibalas oleh lambaian Wakamatsu. "Jangan lupa ya!" Seru Wakamatsu.

[Name] segera menghampiri Aomine.

"Maaf lama menung--"
"Kau bicara apa dengan Wakamatsu?"

Aomine langsung memotong perkataan [Name].

"Aku dan Kousuke?" Tanya [Name] ulang. "Apa kalian pacaran?" Tanyanya kembali.

"Eh? Tentu saja tidak!" Jawab [Name]. "Terus? Apa kau menyukainya?" Tanya Aomine lagi.

"Eh?? Kau kenapa hari ini, Daiki?"

Hening....

"Apa maksudnya perkataan terakhir tadi, 'jangan lupa'? Apa kau akan berkencan dengannya?" Aomine terus bertanya. "Tidak.."

"TERUS APA!?"

[Name] tersentak, kemudian membuat Aomine mengeluh. "Lupakan saja."

Aomine berjalan pergi meninggalkan [Name]. Melupakan rencana awalnya yang ingin menagih coklat dari [Name].

.

.

.

Hari yang ditunggu telat tiba.

Valentine.

Pada jam 7 malam, [Name] telah mempersiapkan segalanya. Di mejanya, terdapat dua bingkisan. Yang satu besar, yang satu kecil. Yang besar, berisikan kue coklat berukuran luar biasa. Sebentara yang kecil, berisi sebatang coklat yang masih cukup misterius.

[Name] segera menekan beberapa angka di telepon genggamnya. Menekan tombol "Telepon", kemudian mendapati lawan bicaranya menekan tombol "Angkat".

"Moshi moshi?"

"Ah, [Little sister's Name], apa kau sudah disana?" Tanya [Name] sambil memasukkan bingkisan besar tesebut kedalam sehelai kantong kresek.

"Um! Onee-chan cepat datang ya!"

"Oke, aku akan segera menuju ke sana." Tutup [Name] kemudian segera menaruh bingkisan yang kecil di saku jaketnya.

[Name] segera keluar rumahnya, menguncinya, kemudian menyimpan kuncinya di saku celananya. Segera ia menuju rumah temannya--

--Wakamatsu Kousuke.

Diam-diam, Aomine mengikutinya. Akhirnya ia tahu tujuan perjalanannya. Rumah Wakamatsu.

[Name] menekan bel rumah Wakamatsu, membuka pintunya, kemudian memasukinya.

Mulai dari sini, Aomine tidak dapat mengintip lagi. Ia menunggu diluar, sambil bertanya-tanya didalam pikirannya sendiri.

Tentunya, [Name] memberikan Wakamatsu bingkisan yang besar. Namun bukan itu yang ia pentingkan.

Yang penting, kepada siapa ia memberikan bingkisan kecil itu?

Aomine merasa, itu tidak mungkin ditujukan padanya.

Yang benar saja, Setelah kemarin ia membentak [Name], ia masih berharap untuk menerima coklat? Ia menyesal. Sungguh, ia menyesal.

...

Setengah jam. Dalam setengah jam, [Name] keluar dari rumah Wakamatsu. Siapa sangka, [Name] menyelenggarakan pesta dalam waktu setengah jam? Aomine tak sempat bersembunyi!

"Daiki?"

Gawat. Ketahuan.

Aomine segera mengambil langkah pergi.

"Tunggu!" Cegahmu.

Kau kemudian mengeluarkan bingkisan kecil tersebut dari saku jaketmu.

"Selamat hari Valentine."

Deg.

Aomine tersentak. Berbalik arah, menatap [Name], kemudian menerima bingkisan tersebut.

"Bukalah."

Aomine menatap bingkisan itu. Menarik tali yang tersisa dari pita kecil yang menghiasinya, kemudian membuka lapisan plastik yang menyegelnya.

Sebatang coklat yang terukir wajah Aomine dan [Name], yang di dengan sebuah tanda hati diantaranya.

"Aku menyukaimu, Daiki."

Suka?

"Bagaimana dengan.. Wakamatsu?" Tanya Aomine. "Aku tidak pacaran dengannya." Jawabmu. "Jadi.. Hubungan apa yang ada diantara kalian?"

[Name] menceritakan hubungannya dengan Wakamatsu.

"EEEEHHH!?!" Jerit Aomine.

"Adikmu dengan adik Wakamatsu berpacaran semenjak dua tahun yang lalu, sehingga kau dan Wakamatsu ikutan akrab!?"

Kau mengangguk. "Kemarin Kousuke memintaku membuatkan mereka kue coklat, untuk merayakan mereka yang telah berpacaran selama dua tahun!" Jelasmu lagi.

"Jadi, hari ini dan disini pestanya!" Seru [Name] sambil menunjuk rumah Wakamatsu.

Aomine membuang nafas lega, kemudian disambut oleh pertanyaan dari [Name].

"Jadi... apa jawabanmu?"

"Hah!? Aku sudah menyatakan perasaanku secara tidak langsung, tiga hari yang lalu! Kau saja yang tidak peka!" Serunya.

"Hah!? Kapan??" Tanya [Name] lagi.

"Waktu itu, ketika aku bilang kita lebih dari teman. Itu maksudnya aku mempunyai perasaan padamu, [Surname] [Name]!!"

Hening....

"Jadi... kita pacaran?" Tanya [Name]. "Ya." Jawab Aomine singkat.

'Yang bisa mengalahkanku, hanyalah aku. Yang bisa mencintaiku, hanyalah kamu.'

-Tamat-

Hweee bikinnya malem-malem ini :''))). Kerasa banget kan, alurnya dikebut? :'). Oke, Sayaka uda ga punya apa-apa lagi untuk diucapkan, jadi aku tutup ya!

Reader : woi! Bonusnya!?

Sayaka : Oh iya :v. Ini bagian yang tulisan bonus diatas ya, biar ga ngasiin spoiler wkwk :v.

[Bonus]

[Name] sedang duduk di bangku taman, menunggu kehadiran orang yang ia sukai disana.

"[Name]?"

Namun suara yang berbeda menyapanya.

"Kousuke!" Sapanya balik. "Waktu yang tepat. Aku ingin meminta bantuanmu!" Katanya.

"Hm? Ada apa?" Tanya [Name] sambil membenarkan tali sepatunya.

"Adikmu dengan Adikku akan merayakan hari jadi mereka yang kedua tahun besok. Boleh tolong kau membuatkan mereka kue?" Tanya Wakamatsu.

"Um! Tentu saja!" Angguk [Name] mantap.

[Name] menangkap sosok orang yang ia incar, Aomine Daiki.

"Ah, Daiki! Jaa ne, Kousuke!"

-----------END---------

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top