Chocolate and Senbei - Choutoru

Aku melihatnya.

Seorang matahari senja dengan bola oranye dipantulkan dengan lihai di tangannya. Berlari menuju ring dengan gerakan menghindar seakan pemain setinggi dua kaki menjaganya.

Mendribble. Mengecoh. Lari.

Dua meter di depan ring dan dia mengganti tangan yang menguasai bola.

Berhenti.

Mengatur napas lalu fake dan menembus pertahanan kiri. Tersenyum kemudian memanjangkan jangkauan tangan.

DUAK!

Sekali lagi dunk-nya berhasil.

Dia memamerkannya pada om cantik, gorilla berotot, dan grey man sambil bergelantung di ring. Orang pertama merasa tertantang, orang kedua menghembuskan napas, dan orang terakhir hanya menatapnya datar.

Dia menggerak-gerakkan badannya dengan riang, sangat riang.

Tanpa ingat akan keringat yang membalut tangannya.

Slip.

BRAK!!

"ITTAII!"

Dan berakhir mendarat head shoot dengan mulus.

Aku yang berdiri di lantai dua tertawa kecil melihatnya. Dia mencoba menghindar dari ejekan gorilla berotot, lengkap dengan pipi yang digembungkan.

Lucu.

Aku kembali tertawa.

Dia menoleh, tepat kearahku.

Deg.

Aku mengalihkan pandangan, dia terdiam sebelum bangkit dan mengejek orang tadi.

—Lagi.

Aku melakukannya lagi.

.

.

Kuroko no Basuke

Owned by Fujimaki Tadoshi

Created by Choutoru

.

.

.

Chocolate and Senbei

Warn: EYD, OOC, typo(s), gaje, alur kecepetan, etc.

.

.

Kelas terasa sunyi karena hanya ada dua penghuni. Mereka menunggu di pojokan, satu bernyanyi seriosa dengan suara merdu seakan nyinden, sisanya memainkan biola dengan string gitar listrik.

Bukan, salah dialog.

Kelas terasa sunyi karena hanya ada dua penghuni—manusia—duduk di atas awan—maksudku kursi—yang saling berhadapan. Satu membuka bungkus senbei dengan kepala menghadap timur untuk menghindari tatapan orang di depannya.

Itu aku dan orang gila yang kukenal sejak tiga tahun lalu, Natsu.

Kuambil satu senbei dan menggigitnya dengan tegang. Asal kalian tahu, Natsu jauh lebih menyeramkan dari kloning sadako yang diaborsi dan diplantasikan pada janin sapi.

Kraus.

Nyam.

Nyam.

Nyam.

Stare—

Gulp.

BRAK!

"KENAPA KAU SEBODOH ITU HAH?! SEHARUSNYA KAU MEMBERINYA KODE, MELOMPAT DARI LANTAI DUA DAN BERTERIAK 'Aku menyukaimu Hayama!' ATAU SEJENISNYA!"

"ITU BUKAN KODE NATSU! TAPI KAU MENYURUHKU UNTUK BUNUH DIRI DENGAN TIDAK TERHORMAT!"

"GUH! KAU SELALU MENOLAK SARANKU MENTAH-MENTAH, DASAR ANAK DURHAKA!"

"HAH? MANA SUDI AKU PUNYA IBU FUJOSHI LAKNAT SEPERTIMU!"

"ULANGI SEKALI LAGI DAN AKAN KUPATAHKAN LEHERMU SIALAN."

"FUJOSHI LAKNAT, TSUNDERE AKUT, PENGINTIP MINGGUAN RUANG GANTI PRIA, KEBO!"

"CIH, DASAR ONE-SIDED-LOVE NGENES!"

"NGACA OI!"

"PENDEK!"

"NATSUNDERE!"

"GENDUT!"

"BERATKU NORMAL SIALA—"

Pintu masuk dibanting, seorang wortel hidup muncul setelahnya.

"KALIAN BERISIK NANODAYO!"

"Maaf."

.

.

Singkat cerita kami diusir dan kembali ke alam masing-masing, sialnya rumah Natsu searah denganku. Dan saat berjalan dia terus memancarkan sinyal, 'Jangan-mengabaikanku-sialan' lengkap dengan muka sinting, sungguh, aku ingin menamparnya.

Setelah seperempat jam berlalu dengan sunyi akhirnya banteng ini tenang.

"Haaah... sudah berapa kali kau seperti ini? aku bosan mendengarnya," tanya Natsu.

"Entahlah, aku tak menghitungnya."

"Kenapa kau tidak memberinya kode? bukannya kau juga ingin dia melihatmu?"

"Aku bukan tante-tante pencari perhatian sepertimu."

"Cih, oh, benar juga, dia bahkan TIDAK MENGENALMU YA? jadi untuk apa menarik perhatiannya."

"Urusai."

"Heh, lagipula kenapa kau mempertahankannya selama ini? padahal kau lumayan terkenal di kalangan cowo."

"Hah? benarkah?"

"..."

"Jaringanku kan tidak sepertimu, lagipula aku tak tertarik pada hal seperti itu,"

"Hm? tapi kau tertarik pada Hayama."

DEG.

"Terlebih lagi pada pandangan pertama, apa namanya? love at first sight,"

"Cerewet."

"Hmm? mukamu memerah."

"Urusai!"

.

.

Aku dan Natsu kelas tiga SMA, satu angkatan dengan Hayama Kotaro tapi berbeda kelas. Aku bertemu dengannya kelas dua, dan seperti yang dikatakan Natsu.. love at first sight.

.

.

Setelah pelajaran olahraga selesai, sensei menyuruhku untuk mengembalikan bola basket dan Natsu YANG BAIK mengusulkan padanya untuk menyuruhku membawa buku yang akan dibawa beliau ke kantor.

"Kau benar juga Natsu-chan."

Dan begitulah.

Setelah mengembalikan bola basket aku pergi membawa buku ke ruang guru bersama Natsu yang menemaniku.

Ya, MENEMANI bukan MEMBANTU.

"Natsundere sialan, setelah membuatku mimisan karena passingmu kau membalasku dengan ini."

Dia tersenyum padaku, "Aku baik lho mau menemanimu dan membuatmu terlihat baik di mata guru, lagipula kau cocok dengan sumbatan tisu itu, mirip kebo."

Brengsek, aku ingin menamparnya.

Saat berjalan menuju ruang guru kami terus berkoar, alhasil sebagian orang memperhatikan kami dan memberi jalan. Saat belokan terakhir kami sudah tenang dan Natsu—mungkin otaknya terbalik—menanyakan keadaanku.

"Tapi mimisanmu sudah berhenti kan?"

"Iya, sebentar lagi tisunya akan kulepa—"

BRUK!

Sebuah jersey mengenai wajahku, membuat hidungku kembali nyut-nyutan. Aku tahu Natsu menahan tawa walau tak melihatnya.

Tak lama terdengar teriakan seseorang dari kejauhan sambil berlari. Dia berhenti didepanku, dengan nafas terengah-engah melepaskannya. Jersey terlepas bersamaan dengan tisu yang menyumbat hidungku, dan pengelihatanku kembali.

Aku melihatnya.

Dia lebih tinggi dariku, membuatku harus menengadah untuk melihatnya. Iris hitam yang terkesan lembut dengan rambut kuning acak-acakan, mulutnya terbuka dan memperlihatkan gigi layaknya kucing, keringat yang keluar terkena cahaya lampu—lalu memantulkan cahayanya.

Matahari.

—Seorang matahari senja.

Tes.

"H-hei, hidungmu berdarah!"

Eh?

"O-oi kau tidak apa-apa? maafkan aku!"

"Hei, apa luka yang tadi belum menutup?!"

"Eh? aku baik-baik saja kok."

"Baik-baik saja apanya? kau harus ke UKS!" sambil mengelap hidungku dengan sapu tangannya.

Aku melangkah mundur, "A-aku baik-baik saja!"

"Cih, oi cowo kuning! antarkan buku ini ke meja Riko-sensei, aku akan mengantarnya ke UKS!" titah Natsu.

Dia langsung mengambil buku di tanganku, "Ok! aku akan menyusul!" dan berlari ke ruang guru. Kami memakai jalan pintas menuju UKS, tidak ada guru disana, jadi Natsu yang mengobatiku. Dia mencari obat, aku membasuh wajah dan memegangi hidung.

"Sudah kubilang tekan hidungmu dengan kepala menengadah bukan menunduk!" omelnya sambil mendekatiku. Dia menunduk, mencoba melihatku.

"..Wajahmu memerah."

.

Lima menit kemudian dia tidak datang dan kami kembali ke kelas dengan Natsu yang terus menertawakanku.

.

Esoknya karena jaringan Natsu aku berhasil mengetahui namanya, Hayama Kotaro kelas 2-2.

--CaS--

Kursiku ada di samping jendela yang menghadap koridor. Setiap hari aku memilih untuk memakan bekal, alasannya? malas bergerak.

"Jadi... apa Hayama sudah lewat?"

"Belum."

Sekaligus itu.

Kelasku dan Hayama berjauhan, tapi saat istirahat pertama Hayama, Mibuchi, dan Nebuya selalu melewati kelasku untuk sampai ke kelas kapten mereka—Akashi Seijuro—dan makan siang bersama di kantin. Berterima kasihlah pada Natsu atas informasi ini.

"Oh ayolah! kapan kau akan menembaknya?!"

"Sudah kubilang aku tidak tertarik pacaran," tegasku sambil membuka kaleng Choco Lava lalu meminumnya.

Dia menyeringai, "Hm? jadi kau ingin langsung menikah dengannya saja?"

"UHK! A-APA MAKSUDM-UHK?!"

"Sudahlah jangan tsun-tsun begitu, oh dia datang," sambil menunjuk arah yang berlawanan denganku.

Aku mengurungkan niat untuk menyubat mulutnya dan memilih untuk bersikap biasa. Jendela yang dibuka membiarkan suara di luar kelas masuk. Tapak kaki dan perbincangan murid-murid memenuhi telingaku, namun suara itu berbeda.

Dia mendekat, bersama dua orang lain.

Aku yakin—walaupun tidak melihatnya.

"Hei! kau mau beli apa nanti Reo-nee?"

DEG.

"Hmm.. mungkin sup miso dan paket makan siang biasa."

"Hah? kau harusnya sepertiku Mibuchi! karbohidrat adalah segalanya untuk pemain basket!"

"Hm! kalau begitu akan kusarankan Akashi supaya makan karbohidrat agar dia tinggi!"

PFT—

"He-hei jangan bilang begitu pada Sei-chan."

"Hm? kenapa?"

"I-itu.. sedikit..."

"BWAHAHA! aku tak sabar melihatnya nanti!"

Mereka mendekat, Hayama ada disebelah kiri—tepat di sebelahku. Mibuchi bertanya apa yang akan dibelinya nanti, dia menaikkan kedua tangannya di belakang kepala dan berpikir sejenak.

"Ah! makan siang paket B dan Choco Lava!"

DEG.

"Haah.. kau selalu memesan minuman itu Hayama."

"Buh, kenapa? aku kan suka,"

Dia berlari begitu mulai dekat dengan kelas ketua mereka. Aku tersenyum saat memperhatikannya; gerak-gerik yang ekspresif memanggil Akashi, mata dan mulut tertawa saat menjelaskan padanya tentang karbohidrat, dan tingkah laku jengkel dimarahi Mibuchi dan ditertawakan Nebuya.

Aku tertawa kecil.

Dia menoleh kearahku, seketika aku mengalihkan pandangan. Dia tidak merasa keanehan dan pergi bersama yang lain.

"Hmm.. dia suka Choco Lava, sama sepertimu."

Aku tersenyum dan mengangguk.

.

.

Koridor dan jam istirahat siang adalah dua hal yang kutunggu. Aku selalu memperhatikannya dari kejauhan dan berharap akan sebuah keajaiban manis.

Walau begitu, hati kecilku pernah berkeinginan untuk berkenalan dengannya.

Dia berjalan sendirian dengan kedua tangan yang memegang belakang kepala. Natsu mendorongku dari belakang, menyuruhku untuk mencoba.

Lima meter di depanku.

Aku menelan ludah dan mencoba bersikap biasa, lalu mulai berjalan.

Tiga meter.

Mencoba merangkai kalimat dan sikap yang harus kuperbuat, detak jantung mulai tak beraturan.

Dua meter.

Dia berhenti dan tersenyum.

DEG.

Aku terdiam, terpaku akan senyumannya.

Dia kembali melangkah.

DEG.

Semua menjadi sunyi, aku hanya bisa mendengar langkahnya dan detak jantungku.

Tap.

DEG.

DEG.

Tap.

DEG.

Tap.

Dan dia melewatiku.

Aku masih terdiam di tempat.

Natsu berlari mendekatiku lalu mengamuk, aku mengangguk walau tidak mendengarkan. Dia menghela napas dan menatapku, "Apa kau tidak mau berkenalan dengannya?"

Perlahan bibirku terangkat, aku menggeleng pelan.

"Ie, melihatnya tersenyum sudah cukup untukku."

.

.

"Oi, kau melamun lagi."

Aku mengerjap dan melihat sekeliling, disampingku ada Natsu dan kami ada di depan rumahku. Oh ya, aku pulang dengannya tadi.

Dia menghela nafas, "Harusnya aku tidak menyelamatkanmu saat kau mau ditabrak truk tadi."

"Hah?! aku hampir tertabrak?!"

"Bercanda."

"Sialan."

"Otakmu makin miring, tidur sana. Aku mau pulang," ucapnya sambil berjalan menjauh, dasar Natsundere.

Kubuka pagar rumah dan berjalan menuju pintu masuk. Ada sepatu kulit pria, otou-san sudah pulang. Kuambil kunci di dalam tas dan membuka pintunya.

Cklek.

"Tadaima."

Aku melihat sekeliling, kosong, sepertinya beliau ada di ruang kerja. Saat melangkah masuk aku menginjak sesuatu, aku menundukkan tubuh dan mengambilnya.

Surat.

Ditunjukkan untuk otou-san.

Tidak aneh karena beliau merupakan direktur perusahaan besar.

Aku menaruh tas dan pergi ke ruang kerjanya. Membuka pintu dan mendapatinya sedang duduk di kursi kerja memegang dokumen.

"Otou-san, ada surat untukmu," ucapku sambil mendekati dan meletakkan surat itu di mejanya.

"Terima kasih," aku mengangguk. Dia melihat cap surat itu dan mengembalikkannya padaku.

"Ada apa otou-san?"

"Kau tahu, aku akan menikahkanmu untuk kepentingan perusahaan."

DEG.

..Pernikahan?

'untuk kepentingan perusahaan'

...

"Kuanggap kau mengerti, itu data suamimu nanti, bukalah."

..Bukalah...

..Jadi aku tak boleh menolaknya?

Tapi aku menyukai seseorang otou-san...

Ingin kurobek amplop ini dan pergi dari sini, tempatku yang hidup sebagai boneka semenjak okaa-san meninggal.

Tidak.

Kalau begitu otou-san akan membenciku.

Tapi aku akan terkekang lagi setelah ini.

..Daijobu.

Aku akan baik-baik saja.

Tapi bagaimana dengannya?

...

Aku menepis percakapan dalam diriku dan merobek amplopnya. Otou-san mengangkat suara, "Dia bersekolah di SMA yang sama denganmu."

DEG.

Eh?

Sekolah yang sama?

Kubuka amplop itu dan mengambil selembar kertas yang tertera pas foto. Menutup mata, mengatur napas, dan berdoa. Perlahan membuka mata dan membaca namanya.

Himuro Tatsuya

.

.

Nama: Himuro Tatsuya

Umur: 21 tahun

Sekolah: lulusan terbaik SMA Rakuzan tiga tahun lalu

.

.

"Aku akan pergi untuk beberapa minggu, persiapkan dirimu untuk pernikahan saat kelulusan nanti."

"Hai."

--CaS--

"Jadi kau akan menikah dengan keluarga Himuro?"

"Hn."

Aku kembali mengambil senbei dan mengunyahnya sambil memperhatikan koridor, Natsu terdiam di depanku.

"..Apa yang akan kau lakukan?"

Aku ingin menolaknya.

Gulp.

"HAHAHA! tentu saja aku menerimanya! dia tinggi, cool, berambut hitam dengan iris abu menawan! mana mungkin aku menolak prince charming seperti itu, HAHAHA!"

"Aku hanya perlu menikah dengannya agar ayah senang Hahaha."

"Yang berarti aku harus melupakan Hayama haha."

"Walaupun aku menyukainya—sangat menyukainya dan hanya mengaguminya dalam diam..." lalu terdiam. Natsu menghembuskan napas lalu mengambil kepingan terbesar dariku.

"UKH!"

Dan membungkamku.

"UK-AP-KH-YANG-UKH-KAU LAKUKAN-KH-SIALAN?!"

"Jangan berbohong padaku."

Aku terdiam dan menghela napas, dasar, "Kau memang duku—UKH!"

.

.

"Jadi apa yang akan kau lakukan?"

"Menjadi superman dan menyelamatkan dunia dari serangan negara api lalu—"

Plak!

"Oke, oke.. aku akan.. berusaha melupakan Hayama."

"..Yakin?"

"Hn."

"Kau.. sangat menyayangi ayahmu ya?"

"Un."

"Ngomong-ngomong hari minggu nanti mereka akan bertanding, mau lihat?"

"Mau."

PLAK!

"KATANYA KAU MAU MELUPAKANNYA?!"

"INI UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA!"

"MANA MUNGKIN AKU PERCAYA HAH?!"

"Kumohon..."

"..."

--CaS--

"KYAA—! AKASHI-KUN~"

"AKU MENCINTAIMU AKASHI-SAMA!"

"AKASHI-KUN, GANBATTE YO!"

Urusai...

Natsu menyenggolku, "Jangan membuat seseorang pingsan lagi agar mereka diam."

Lagi? oh iya, aku melakukannya tahun lalu.

Pertandingan hampir selesai, seperti biasa, dia sangat mengagumkan. Selama pertandingan aku selalu memperhatikannya tanpa melihat ke arah lain, terpaku pada semua gerakannya.

..Tidak, berhenti menyukainya bodoh!

Aku kesini untuk berhenti bukan semakin berharap!

Aku mengambil tas dan bilang pada Natsu pulang duluan. Saat turun ke lantai satu—jalan keluar lantai dua terblokir—pertandingan selesai. Kulihat Rakuzan menang lalu kembali berjalan.

DUAK!

Dan sebuah benda tumpul menghantam kepalaku.

.

.

"Ugh..."

Perlahan aku membuka mata dan berusaha bangun walau kepala terngiang. Biar kuingat, aku terpukul sesuatu saat pertandingan selesai dan tak sadarkan diri.

Oke, kusimpulkan aku terhantam bola basket nyasar.

Aku melihat sekeliling, ini ruang UKS sekolah. Pandanganku terhenti pada objek di sampingku yang ada di atas kasur, jaket Rakuzan menutupi kotak besar dengan.. benjolan di tengahnya.

..Apa ini?

Natsu sialan, aku belum mati, jangan membuat sesajen seperti ini.

Aku mengibaskan jaket itu dan melihat benda di bawahnya.

Kuning.

Manusia.

Hidup.

Tunggu—

Ini...

Hayama.

"..."

DEG.

H-HAYAMA?!

Ke-kenapa dia ada disini? bukan, kenapa dia tidur disampingku? tunggu! apa yang terjadi saat aku pingsan?!

DEG. DEG. DEG.

Huft.. tenang... pertama, bangunkan dia.

DEG. DEG.

Aku mendekatkan tanganku ke pundaknya, ukh.. berhentilah bergetar sialan!

Tuk.

Tuk.

"Oi bangun," kataku, perlahan dia terbangun. Dia mengedipkan mata beberapa kali--mengumpulkan kesadaran--dan menguap sambil meregangkan tangan.

LU-LUCU!

Dia terkejut dan langsung mencengkram pundakku, "Kau baik-baik saja? kepalamu masih sakit?!"

Aku terbelalak, "E-eh, aku baik-baik saja."

Dia menatapku tajam, "Aku melempar bolanya sekuat tenaga, jangan bohong!"

JA-JAUHKAN WAJAHMU DARIKU!

"Aku baik-baik saja! kepalaku memang tahan banting!"

"Benarkah? kau tidak bohong?" sambil mendekatkan wajahnya.

DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG.

BERHENTI ATAU AKU AKAN MATI KARENA SERANGAN JANTUNG SIALAN.

"Iya," jawabku mantap, dia tidak menjawab—terus menatapku dalam.

DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG.

Dia mendekat, aku bergeser mundur. Dia menaiki kasur lalu mendekatiku. Aku mencoba menjauh, hingga—

Duk.

Punggungku menyentuh dinding.

Dan dia berhenti di depanku—di depan wajahku.

DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG.

INNER PEACE, FUUUH... TENANG.. TENANG.

Perlahan dia mendekatkan wajahnya tanpa mengalihkan pandangan, membuatku semakin tenggelam dalam iris hitam itu.

Deg.

Deg.

Deg.

Tuk.

Dan menyentuhkan keningnya dengan keningku.

DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG. DEG.

INNER PEACEE!!! TENANG!!!

Dia menutup matanya dan terdiam beberapa saat. Perlahan membuka mata dan tersenyum.

"Hm, sepertinya kau baik-baik saja."

Dia menjauhkan wajahnya, turun dari kasur, dan mengambil sebungkus cemilan. Mendekatiku lalu menepukkan tangan sambil meminta maaf, melihat jam dinding dan terkejut, memberiku cemilan itu, dan pamit pergi.

Aku terdiam.

..Apa yang terjadi?

.

.

.

"Dia memberiku senbei pedas, Natsu."

"Hmm.. jadi apa kau masih ingin melupakannya?"

"..Un."

Slurp.

Nyam.

Nyam.

Gulp.

Seperti biasa, kami makan siang di kelas, kebetulan sekolah mengadakan rapat jadi setelah ini kami diwajibkan pulang. Dan.. kepalaku masih terngiang. Aku mengelus kepalaku dan menyuruh Natsu pulang duluan, dia mengiyakan malas. Kugunakan tangan sebagai bantalan dan tertidur.

.

.

Perlahan aku membuka mata, sepertinya aku tertidur cukup lama.

"Ah! kau bangun."

DEG.

Kenapa.. dia disini?

"Aku melihatmu kelasmu kosong dan masuk, hehe."

DEG. DEG. DEG.

Tenanglah, aku harus bisa menghadapinya.

"Hmm.. tapi kenapa kau tidak pulang?" tanyaku.

Dia mengagguk keras, "Hm! aku juga ingin pulang tapi Akashi menyuruhku untuk meminta maaf dengan benar padamu."

Aku menaikan alis, "Aku sudah memaafkanmu, lagipula itu salahku juga turun saat masih pertandingan."

"Benarkah? jadi kau memaafkanku?" dengan mata berbinar, aku mengangguk.

"Sankyu! ah, aku beli ini tadi, anggap sebagai permintaan maafku ya," sambil mengambil sesuatu dari tasnya lalu memberinya padaku.

Choco Lava

"..."

"Ugh.. maaf, aku hanya melihat penjual minuman saat mau kesini."

Aku menggeleng, "Ie, arigatou."

Dia tersenyum senang, "Doita!" dan tak lama ponselnya bergetar. Dia melihatnya lalu mengerucutkan bibir. Menghela nafas, berdiri, dan menepuk puncak kepalaku.

"Akashi memanggilku, aku duluan!" kemudian pergi.

Terdiam, wajahku memanas.

"..Aku harus melupakannya."

.

"Aku mendapatkan coklat dari adikku, bagaimana denganmu?"

"Coklat? memang kau ulang tahun Natsu?"

"Haah.. sekarang kan valentine bodoh."

"..."

.

.

.

"Jadi.. bagaimana perkembangannya?"

"Buruk, sangat buruk."

"..Bulan keberapa ini?"

"Tiga."

"..Sebentar lagi kelulusan, mau diteruskan?"

"..Iya."

Kami terdiam, suasana kelas menjadi sepi karena anak-anak lain sudah pulang. Aku kembali memakan senbei, Natsu menghampiriku setelah puas berkeliling dalam kelas.

"Oi, apa cowo bermarga Himuro itu matanya tertutup sebelah dan beberapa tahun lebih tua dari kita?" tanyanya.

"Iya, memangnya kenapa?"

"..Dia menunggumu di gerbang."

DEG.

"Kau bercanda."

Dia menggeleng, "Daritadi aku memperhatikannya, dia menunggumu."

..Untuk apa? kalau begitu aku harus menemuinya.. tapi...

"..."

Natsu mengambil tasnya dan berjalan keluar kelas, "Pulanglah lewat jalan belakang, aku mau lewat depan."

Eh?

"Na-Natsu..."

"Hei, dia itu ikemen! mana mungkin aku membiarkannya begitu saja?! jangan berani-berani menggangguku nanti!" lalu berlari menuju tangga kebawah.

Aku terdiam sesaat dan tersenyum, mengambil tas dan mengikuti perintahnya.

.

.

Hah. Hah. Hah.

Aku berhenti berlari dan menoleh ke belakang, aman, aku sudah jauh dari sekolah dan tidak ada orang itu. Berjalan sambil mengatur napas, mulai memikirkan apa yang akan terjadi nanti.

Apa aku benar-benar bisa melakukannya? melupakannya dan mengabulkan keinginan otou-san?

Apa itu akan membuatmu bahagia disana? tolong jawab aku...

"..."

Ah—aku ingat.

Kau sangat mencintai otou-san bukan?

Kau pasti berharap aku menerimanya juga.

Kalau begitu.. aku akan melakukannya.

Kelulusan dua minggu lagi.. ya, aku pasti bisa.

.

"H-hei, hidungmu berdarah!"

DEG.

.

"Hei! apa kau baik-baik saja?"

Berhenti.

.

"Benarkah? jadi kau memaafkanku?"

Berhenti...

.

"Benarkah? kau tidak bohong?"

BERHENTI MENGINGATNYA SIALAN!

.

.

"Ah! makan siang paket B dan Choco Lava!"

"Hmm.. dia suka Choco Lava, sama sepertimu."

"..."

"SUDAH KUPANGGIL BERKALI-KALI, JANGAN MENGABAIKANKU OI!"

Refleks aku menoleh. Natsu memegang lututnya dengan nafas tak beraturan, tanda dia berlari mengejarku.

"Ah.. maaf," ucapku.

Dia mengambil nafas dalam dan berjalan, "Ayo pulang."

.

"..Apa dia mengatakan sesuatu Natsu?"

"Dia menanyakanmu dan ingin memberikan sesuatu padamu."

"..."

"Dia ingin menitipkannya padaku tapi aku menolaknya, aku berbohong kalau kau menginap di rumahku agar dia tidak menyusulmu."

"Dia percaya?"

"Iya."

"Syukurlah.. arigatou."

"Kimishinaide, kalau kutinggal tidak apa-apa kan? ada tempat yang harus kukunjungi."

"Iya, pergilah."

"Hn, sampai jumpa."

.

.

Kulihat rumaku dari kejauhan, rumah.. kuhentikan langkahku dan terdiam. Perlahan hujan turun, aku menengadahkan kepala dan membiarkannya butirannya menimpa wajahku, dingin namun lembut.. seperti tangan okaa-san...

"Oi! apa yang kau lakukan? hujannya makin besar tahu!"

"..."

Dia berlari dan berhenti didepanku, membuka tasnya dan mencari sesuatu, "Sial! aku lupa membawa payung!"

Berhenti.

Hujan mulai membesar, dia panik dan melepaskan blazernya lalu memakainya diatas kepalaku. Pupilku membulat, aku menggigit bibirku sendiri.

Kenapa...

"Maaf aku tidak bisa menemanimu, ada hal yang harus kuurus, cepat pulang! jangan sampai kau sakit!"

Puk.

Sekali lagi dia menepuk kepalaku dan pergi. Hujan semakin deras, kueratkan cengkraman pada blazernya dan memakainya untuk menutupi wajahku.

Kenapa...

"Kenapa kau datang..."

--CaS--

Jam pulang tiba, hanya aku dan Natsu yang tersisa dikelas. Aku menatap koridor lewat jendela, Natsu memakan senbei yang kubeli. Menghela napas, aku mengangkat suara.

"Natsu, aku akan menolak pernikahan itu."

Dia terus mengunyah lalu menelannya, "Aku sudah tahu," aku menghela nafas, "..Dasar," kami terus terdiam hingga Natsu menghabiskan semuanya dan berdiri.

"Aku mau pulang duluan, kau bilang mau bicara dengan Hayama kan?"

"Aku tidak bil—"

"Okee, selamat berjuang," lalu berjalan pergi.

Aku terdiam, mungkin aku harus mematuhi perintahnya.. tapi.. biarkan aku istirahat sebentar...

.

.

Perlahan aku membuka mata dan merenggangkan tangan, aku tertidur terlalu lama lagi.

"Ah, kau bangun!"

DEG.

"Hmm.. kenapa setiap kali aku kesini kau selalu tertidur? tapi kelas ini memang nyaman untuk tidur sih," ucapnya sambil melihat sekeliling.

Aku menggangguk, "Tapi kenapa kau datang lagi?"

Ya.. datang saat aku mencoba untuk menyerah.

"Ah! ada bajak laut yang menitipkanku ini, dia bilang itu untukmu," sambil menyerahkan sebuah amplop kecil dan besar padaku.

"Bajak laut.. laki-laki berambut hitam dengan mata tertutup sebelah?"

Dia mengangguk.

..Untuk apa...

Aku memperhatikan kedua amplop ini, di amplop kecil ada tulisan tangan otou-san dan di yang besar.. cap yang sama seperti waktu itu. Aku menelan ludah dan memilih membuka amplop kecil. Mengambil surat di dalam dan membacanya.

Bagaimana kabarmu anakku? maaf ayah tidak pulang akhir-akhir ini.

Ya.. dan maafkan aku, aku mengecewakanmu otou-san...

Walaupun begitu, ada hal yang perlu kau tahu. Ayah ingin meminta maaf, Himuro Tatsuya adalah orang yang akan kupekerjakan sebagai asisten, bukan suamimu.

..Eh?

Dia yang memberitahuku kalau aku memberimu informasi yang salah, jadi aku meminta Himuro-san untuk mengantarkan yang benar padamu, surat yang satu lagi.

Salam, Ayah.

Aku terbelalak, segera kubuka amplop yang satunya dan melihat isinya suratnya. Formatnya sama seperti yang dulu, tapi...

.

.

Hayama Kotaro

"Sudah selesai?"

"..."

"Kau kelihatan aneh akhir-akhir ini jadi aku bertanya pada Direktur, ternyata beliau memberikan informasi yang salah, buuu..."

"Kau.. mengetahuinya dari awal?"

"Hn! tentu saja!"

"Bohong."

"Ugh.. aku tidak bohong.. harusnya kau senang dong, kau menyukaiku kan?"

BLUSH!

Dia tersenyum.

"Aku tahu kau perempuan yang kulempar jersey dulu, aku tahu kau selalu memperhatikanku dari jauh, aku tahu kau menyukai Choco Lava dan senbei, aku tahu kau selalu melihat latihan kami setiap hari Rabu, dan aku tahu kaulah yang membuat pingsan temanmu saat dia berteriak ingin menikahi Akashi di pertandingan tahun lalu."

Aku menutupi wajahku, "Ugh.. darimana kau tahu? itu memalukan!"

Dia mengelus puncak kepalaku, "Karena aku selalu memperhatikanmu."

Dia menghentikan tangannya dan mencondongkan tubuhnya agar mendekatiku. Melepas tanganku yang menutupi wajah dan tersenyum riang.

Cup.

"Dan aku menyukaimu!"

.

.

.

END

AS!*)hEQF75#@!*@ ZZZZ OVER WORDS, NGACO, GAJE, ANEH, KEDENG DEUH YANG PENTING JADI. UDAH, BIARKAN HAYATI BERISTIRAHAT DENGAN TENANG DAN SILAHKAN YANG MAU COMMENT OR KRITIK OR SARAN OR APALAH ITU #capsjebol

Mana nih yang belom update? maaaak oh emaaak *smirk*

RnR if you dont mind? cya then! 7.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top