Akaiito - Misamime

Apa kalian tahu legenda Akaiito (Benang merah)?

Konon, di jari kelingking setiap orang itu ada benang merah tak kasat mata yang terhubung dengan jodohnya, hanya dengan jodoh sejatinya saja. Benang tersebut bisa saja sangat panjang dan dua orang yang benang merahnya saling terhubung bisa saja di tempat yang berjauhan. Benang tersebut pun bisa kusut, namun takkan ada yang bisa memutuskan benang itu.

Katanya, jika kau bertemu dengan orang yang benang merahnya terhubung dengan jari kelingkingmu, maka kalian akan saling jatuh cinta dan tidak akan terpisahkan.

Aku tidak percaya dengan legenda seperti itu.

....oke, mungkin sedikit percaya.

DraOne: Valentine Day

Pair: Himuro x Reader



11 Februari

"[Name]-chan, aku ada Goukon saat tanggal 14 nanti, ikut yaa?" ucap gadis bersurai bunga sakura itu—atau panggilan akrab nya adalah Satsuki

"Tidak mau. Ajak saja yang lain." Jawabku singkat dan jelas sembari membereskan buku-buku milikku dan mulai berjalan keluar kelas

"Eeeeh! [Name]-chaaan! Aku sedang berusaha mencarikan seorang laki-laki untukmu!" ucapnya terus menyamai langkah kakiku

"Ah, berikutnya kita ada mata kuliah apa?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan [Name]-chaan!"

Aku menghela nafasku dan menghentikan langkahku, kemudian aku menatap Satsuki dengan tajam "Satsuki, kau tidak perlu mencarikanku seorang laki-laki, punya pacar itu hanya membuang-buang waktu."

Satsuki menggelengkan kepalanya "Ayolah [Name]-chan, aku tahu kau tidak ingin punya pacar lagi karena dulu—"

"Jangan pernah bicarakan orang brengsek itu lagi."

Satsuki langsung diam mendengar kata-kataku, dari tampangnya dia jadi merasa bersalah, aku menarik nafasku dan membuangnya, kemudian aku tersenyum dan menepuk bahu Satsuki "Maaf Satsuki, tapi kau tidak perlu repot-repot untuk mencarikanku seorang laki-laki, nanti juga aku pasti bertemu dengan jodohku yang tepat."

Satsuki langsung memelukku "Maafkan aku [Name]-chan, aku tidak akan melakukannya lagi!" serunya tepat di sebelah telingaku, aku menepuk-nepuk bahunya dan mengatakan "Tidak apa-apa."

Tiba-tiba ponsel Satsuki bergetar—ada pesan yang masuk, Satsuki membaca pesan tersebut lalu menghela nafasnya "Maaf ya [Name]-chan, Dai-chan sedang ada sedikit masalah, jadi aku harus membantunya, nanti kita bertemu di kelas berikutnya ya?"

"Ah, baiklah, aku tunggu ya."

Satsuki langsung pergi meninggalkanku, tapi sebelum dia pergi dia mengatakan "Barangkali kau bisa bertemu dengan jodohmu saat dalam perjalanan ke kelas berikutnya!"

Aku hanya terkekeh dengan ucapannya.

Satsuki ini aneh-aneh saja....





Dingin....

Aku mengantri untuk membeli sebuah minuman kopi hangat di cafetaria kampus, pertengahan bulan Februari udaranya masih dingin seperti ini. Aku melihat jam tanganku, masih ada banyak waktu sebelum mata kuliah berikutnya dimulai. Tanpa aku sadari, sekarang sudah giliranku untuk memesan

"Cappuchino Latte nya satu."

Setelah pesananku diberikan, aku berpikir untuk pergi ke perpustakaan lantai atas untuk mengembalikan buku-buku yang aku pinjam disana, tapi karena sekarang aku ada di lantai satu, dan perpustakannya ada di lantai tiga, aku memutuskan untuk naik lift saja. Bayangkan saja aku naik tangga dengan bawaan sebanyak ini.

Aku memasuki lift, tidak ada siapapun didalamnya, aku menunggu sebentar—barangkali ada orang lain mau masuk juga, tapi pintu lift mulai menutup dengan sendirinya, tetapi ada sebuah tangan yang mencegah pintu lift menutup. Lift pun terbuka kembali dan memperlihatkan sosok yang tidak aku kenal.

Seorang laki-laki dengan model rambut emo, dengan poni yang menutupi mata sebelah kirinya, kalau dilihat baik-baik mungkin dia seumuran denganku, dan kalau boleh jujur—dia mempunyai wajah yang tampan.

Dia memasuki lift dan tersenyum kepadaku, aku hanya menatapnya dan menganggukkan kepalaku. Hanya ada kami berdua dalam lift ini, dan dia berdiri di sebelahku, aku meliriknya—nafasnya agak tersendat, sepertinya barusan dia berlari kesini. Tapi—itu bukan urusanku.

Aku memencet tombol lantai tiga, dan laki-laki itu juga memencet tombol yang sama denganku, kamipun saling menatap—dia tersenyum lagi kepadaku, aku memalingkan wajahku—menghindari tatapannya.

DEG

Ah, tidak. Itu hanya perasaanku saja.

Saat lift mulai naik keatas—lampu lift tiba-tiba menjadi redup—kemudian terang kembali, awalnya aku tidak begitu memikirkannya, sampai tiba-tiba aku merasakan guncangan di lift ini

DREEK!

Lampu lift mulai hidup mati, tapi kembali menjadi terang lagi. Aku bertanya-tanya dengan diriku sendiri dengan apa yang terjadi.

"Sepertinya liftnya macet." Ucap pria itu, lalu ada pengumuman;

"Maaf, untuk dua orang mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berada di dalam lift yang macet, mohon untuk tidak panik, kami akan segera membetulkan liftnya."

Aku menepuk keningku sendiri, kenapa lift nya macet segala? Ah—mungkin hari ini aku akan sial.

Aku terjebak dalam lift yang macet dengan laki-laki yang tidak aku kenal, keheningan memenuhi lift ini. Biasanya—aku akan merasa tidak nyaman jika aku berduaan dengan laki-laki yang tidak aku kenal, tetapi entah kenapa—aku merasa nyaman dengan laki-laki ini.

"Kalau boleh tahu, siapa namamu?"

"Eh?"

Aku menolehkan kepalaku kepada laki-laki itu, dia menatapku—kemudian die terkekeh dan mulai menggaruk kepalanya "Ah, maaf, tidak sopan ya? Namaku Himuro Tatsuya. Siapa namamu?"

"...aku [Full Name]."

"Apa boleh aku memanggilmu [Name]-san?"

"Boleh, eeto—Himuro-san?"

"Yap."

Setelah berkenalan seperti itu pun suasana kembali hening, akupun bertanya

"Himuro-san dari Jurusan mana?"

"Hm? Aku dari Jurusan bahasa, Program sastra inggris."

Pantas saja aku tidak pernah melihatnya, anak-anak Jurusan bahasa kan jarang menginjakkan kaki di gedung Jurusan Sosial.

"Kenapa Himuro-san ada di gedung Jurusan Sosial?"

"Ah, aku mau bertemu dengan temanku yang ada di lantai tiga gedung ini."

"[Name]-san sendiri?"

"Eh? Aku dari Program Sosiologi... dan aku juga mau ke lantai tiga, mau ke perpustakaan untuk mengembalikan buku."

"Hee~ [Name]-san orang yang rajin ya?"

Setelah itu kami saling berbincang, dan saling bertanya seperti apa Program studi yang kami ikuti, lalu pembicaraan kami berhenti karena ada pemberitahuan kalau lift sudah bisa jalan kembali. Kami pun sampai di lantai tiga.

"Senang berkenalan denganmu [Name]-san, aku harap kita bisa bertemu lagi."

"Eh, iya.... uwah!" Aku salah langkah dan tersandung dengan kakiku sendiri, Himuro-san mencegahku untuk jatuh dengan menopangku dengan tubuhnya, tapi...

BYUURR

Kopi yang aku bawa tumpah ke mantel yang ia kenakan, aku langsung meminta maaf kepada Himuro-san.

"Maafkan aku!"

"Tidak apa-apa kok [Name]-san."

"Tidak, biarkan aku mencuci mantelmu Himuro-san, aku harus bertanggung jawab dengan kesalahan yang aku buat."

"Sudah aku bilang, tidak apa-apa..."

Aku menatap Himuro-san dengan tajam, dia menatapku kemudian menghela nafas.

"Kalau mantelku dilepas, nanti aku bisa kedinginan di kampus lho [Name]-san."

Ah, benar juga.

Aku menundukkan kepalaku, berpikir apa ada cara lain agar aku tidak tetap merasa bersalah kepadanya.

"Tapi kalau [Name]-san tetap memaksa, bagaimana kalau tanggal 14 nanti [Name]-san memberiku coklat?"

Aku mengedipkan mataku beberapa kali, dan bertanya "Coklat?"

Himuro-san menganggukkan kepalanya. Tapi, memberikannya coklat di tanggal 14 nanti itu bukankah artinya aku akan memberinya coklat valentine?

"Pastikan itu handmade ya."

Aku membelalakkan mataku saat dia mengatakan itu, maksudku... kita baru saja kenal, dan dia sudah memintaku untuk memberinya sebuah coklat?!

"Bagaimana, [Name]-san?"

"Aku... akan memberimu coklat...."

"Baiklah, kalau begitu aku duluan ya [Name]-san." Dia berpamitan kepadaku, setelah dia cukup jauh dariku, aku langsung menampar diriku sendiri.

Kata-kata itu keluar dari mulutku begitu saja! Sekarang aku harus siap-siap membuat coklat untuk orang yang baru aku kenal!

Seharusnya barusan aku paksa saja dia untuk melepas mantelnya agar aku tidak usah membuatkannya coklat.

.

.

.

.

Setelah hari itu, entah kenapa aku selalu saja bertemu dengan Himuro-san, seperti saat aku sedang membaca di taman, tiba-tiba dia lewat bersama temannya dan menyapaku. Pokoknya kemanapun aku pergi pasti aku bertemu dengannya, dan dia akan tersenyum kepadaku.

Entah kenapa aku merasa kalau dia ini ditakdirkan sesuatu denganku.

"Barangkali kau bisa bertemu dengan jodohmu saat dalam perjalanan ke kelas berikutnya!"

Ah, tidak [Name]. Jangan dipikirkan! Itu hanya mitos!

Aku kembali fokus untuk membuat coklat yang akan aku berikan kepada Himuro-san besok, tetapi aku menatap horor dengan bahan yang salah aku masukkan kedalam coklat yang sedang aku lelehkan itu. Tahu apa yang salah aku masukkan?

Umeboshi

Kenapa aku bisa memasukkan acar Umeboshi disini?! Aah [Name]! Ada apa denganmu?!

Tidak, ayo berpikir positif, mungkin rasanya tetap rasa coklat.

Aku mencolek coklat leleh itu dengan jari telunjukku. Dan rasanya.... gagal. Coklat ini jadi ada rasa asam nya, aku tidak tahu harus mengatakan rasanya enak atau tidak.

Aku terus menatap coklat leleh itu dan kotak yang akan aku gunakan sebagai bungkus coklat yang akan aku berikan kepada Himuro-san secara bergantian

"Sial, mau bagaimana lagi!"

OoO

Esoknya, tanggal 14 Februari

Aku menunggu Himuro-san didepan gedung jurusan bahasa, sudah sore begini dia belum keluar juga. Aku terus menunggunya, beberapa orang yang melewatiku berbisik kalau aku belum pergi juga dari tempat ini, sampai ada mahasiswa yang menggodaku, tapi aku mengacuhkannya seakan dia itu tidak ada

"Kau menunggu siapa? Daritadi aku lihat kau tidak pergi-pergi juga."

"...."

"Daripada menunggu seperti ini, lebih baik temani aku makan malam!"

"...."

Kesal, dia menarik tanganku dan berteriak "Kau ini punya telinga tidak?!"

Sebelum aku memberi perlawanan, Himuro-san muncul didepan kami dan menyebut namaku "[Name]-san?" Kemudian Himuro-san melirik laki-laki yang sedang memaksaku ini, Himuro-san tersenyum dan melepaskan genggaman lelaki itu dari tanganku

"Ada perlu apa dengannya?" Tanyanya sambil tersenyum tapi nada bicaranya sangat dingin. Laki-laki itu meggertakkan giginya, dia mendecakkan lidahnya lalu pergi meninggalkan kami, aku bisa mendengar Himuro-san menghela nafas, dia menatapku dan mengatakan

"Kenapa kau diam saja saat dia meganggumu?"

"....aku selalu begitu, nanti juga mereka pergi sendiri."

"Kalau barusan dia memaksamu dan kau kalah tidak bisa melawannya bagaimana?"

"....euhm...."

Aku tidak tahu harus mengatakan apa, soalnya Himuro-san yang sebelumnya sangat ramah kepadaku sekarang terlihat marah, dan nada bicaranya sangat dingin.

"Jadi, ada perlu apa?" Tanyanya.

"Ah, ini." Aku menyodorkan kotak bewarna pink pucat dengan pita bewarna merah kepadanya. Himuro-san menatap kotak itu, dia terlihat... kebingungan?

"Himuro-san ingat bukan waktu itu aku menumpahkan kopiku ke mantel Himuro-san? Lalu Himuro-san bilang berikan saja coklat saat tanggal 14 sebagai permintaan maaf dariku."

"Kau benar-benar membuatkannya untukku?"

"Eh? Iya...?"

Himuro-san terkekeh "Padahal waktu itu aku tidak begitu serius mengatakannya."

Apa?

Jadi, dia hanya bercanda?

Kalau begitu untuk apa aku capek-capek membuat coklat ini untuknya? Untuk orang yang baru aku kenal?

Cih, dia sama brengseknya dengan orang itu.

"Oh, begitu ya." Aku memasang tampang datar, kemudian melanjutkan kata-kataku; "Kalau begitu, aku juga hanya bercanda memberikan coklat ini kepadamu." Ucapku sembari membuka sleting tasku dan memasukkan coklat ini kedalamnya, tapi sebelum aku memasukkannya, Himuro-san menahan tanganku sambil berteriak

"Tunggu!"

Aku hanya diam sambil menatapnya

"Eeto.... bagaimana kalau kita cari tempat duduk dulu?"

.

.

.

.

Aku duduk di bangku taman kampus menunggu Himuro-san yang sedang membeli minuman, tidak lama kemudian dia kembali dan memberiku minuman jus kalengan. Himuro-san duduk disebelahku

"Maaf kalau aku membuatmu marah [Name]-san, aku tidak ada maksud untuk mengerjaimu." Ucapnya dengan nada memelas

Diam sesaat...

"Aku hanya sempat berpikir kalau kau itu orang brengsek." Ucapku dengan datar, yang nampaknya membuat Himuro-san merasa sakit hati.

"Memang, aku tidak serius mengatakannya waktu itu, tapi aku tidak menyangka kalau kau memang membuatnya untukku, sebenarnya aku juga senang melihat [Name]-san benar-benar memberikannya untukku."

Aku meragukan kata-katanya, tapi dari nada bicaranya dan tatapannya membuatku berpikir kalau Himuro-san tidak main-main mengatakannya, dia tulus mengatakannya.

Aku mengeluarkan coklatku lagi dari tasku dan memberikannya kepada Himuro-san.

"Kalau begitu ambillah, tapi aku tidak menjamin rasanya enak."

"Terima kasih [Name]-san." Himuro-san mengambil kotak coklat itu dari tanganku, dan dia mulai membuka pitanya dan melihat isinya,

"Ooh? Coklat bon-bon?" aku langsung panik dan ingin merebut kembali coklat itu, tapi Himuro-san langsung berdiri dan mengangkatnya tinggi-tinggi

"Kenapa?"

"Aku rasa aku berubah pikiran, jangan dimakan!"

"Kenapa?"

"Uuugh, pokoknya jangan dimakan!"

"[Name]-san bilang seperti itu malah membuatku ingin memakannya sekarang juga." Himuro-san mengambil satu coklat itu dan memasukkannya kedalam mulutnya, dia awalnya makan sambil tersenyum, lama-lama ekspresinya berubah menjadi datar

"Kok asam?" Tanyanya sambil menatapku dengan lurus, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain

"Itu... karena aku salah memasukkan bahan..." jawabku sambil memainkan jari-jariku.

"Apa itu?"

".... Umeboshi..."

Himuro-san langsung tertawa, perasaan kesal dan malu bercampur aduk, aku melompat mencoba untuk mengambilnya lagi, tapi Himuro-san menghindariku, dia menutup bungkus coklat dariku dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.

"Menarik sekali, ini pertama kalinya aku memakan coklat rasa Umeboshi lho [Name]-san." Ucapnya sambil menahan gelak tawanya

"Uuuh, kalau tidak suka kembalikan!" Aku berusaha merebutnya lagi dari tangan Himuro-san

"Untuk apa? Kau sudah memberikannya kepadaku, berarti sekarang ini menjadi milikku bukan? Lagipula aku suka Umeboshi."

Antara senang atau kesal atau malu dengan ucapannya, aku tidak tahu lagi, aku tidak peduli!

Aku menggembungkan pipiku dan membalikkan badanku "Terserah Himuro-san saja, aku mau pulang."

Himuro-san terkekeh, dia mengikutiku dari belakang "Bagaimana kalau kita makan malam bersama? Aku ingin mengenal [Name]-san lebih dalam." Ucapnya dengan antusias yang dijawab denganku dengan datar dan ketus

"Tidak mau, pergi sana."

"Aku yang bayar, hitung-hitung ini permintaan maafku karena aku membuatmu marah barusan."

"Kalau begitu mau makan dimana?"

"Benar kan dugaan ku, [Name]-san pasti mau kalau di traktir." Ucapnya sambil terkekeh, dia langsung diam setelah aku sikuti pinggangnya.

Tanggal 14 Februari itulah, awal-awal kedekatanku dengan Himuro-san. Dan satu tahun kemudian, di tanggal dan bulan yang sama, aku sudah mulai menjalin hubungan dengan Himuro-san, satu tahun kemudian setelah menjalin hubungan, Himuro-san melamarku di tanggal dan bulan yang sama juga, apalagi dia ingin menikah setelah satu tahun melamarku, yaitu tanggal 14 Februari.

Mungkin Himuro Tatsuya adalah orang yang benang merahnya terhubung dengan kelingkingku.

.....

A/N: Gausah nanya Misa ngetik apaan :'
Dan btw, di re-publish, karena lupa di edit

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top