Hashiru! - LeafandFlower


"Kenapa aku harus melakukan itu?! Itu hanya akan menguras tenagaku dan membuat bajuku kotor serta basah! Kau tahu kan aku tak suka itu?" Aku menggeram kesal di depan Kaoru, Nanami dan Kuroko.

"Aku tahu, tapi ini kan tugas dari sensei." ujar perempuan berkepang dengan kacamata bulatnya, Nanami.

"Seharusnya kau mematuhi perintah sensei." ucap seorang pria dengan rambut hitamnya yaitu Kaoru menatapku sinis sambil melipat tangannya di depan dadanya.

"Jika kau tak melakukannya, maka nilaimu akan jelek." tambah Kuroko dengan pandangan datarnya.

Ck.. tak ada pilihan lain.

Aku membalikkan badanku lalu pergi meninggalkan mereka bertiga sambil menghentak-hentakkan kakiku kesal.

"Aku tetap tak ingin! Seumur hidupku aku tak akan melakukan hal merepotkan seperti itu!" desisku kesal.


Hashiru!

Kuroko Tetsuya x Reader

By: LeafandFlower

Genre Fantasy and some Romance.


"Bagaimana ini Kuroko-kun, Kaoru-kun?" tanya Nanami menatap Kuroko dan Kaoru bingung.

"Apakah aku harus memaksa dia agar besok dia mau datang? Kita bahkan belum menentukan tema untuk kebun kita." Kaoru memandang ke lorong yang kau lewati dengan kesal.

"Tenanglah. Aku akan membujuknya nanti. Lebih baik sekarang kita tentukan tema untuk kebun kita." ujar Kuroko dengan wajah kalemnya.

"Oke."


~Hashiru!~


Tringg..Tringg..

"Ukh, suara berisik apa itu?" Aku melirik handphone yang berada di sebelahku.

1 email from Kuroko Tetsuya.

Menghebuskan nafasku kasar, lalu membukanya.

"Hahh.. pasti ini tentang tadi siang."


Apa kau benar-benar tidak mau ikut?

Ya. Aku SANGAT tidak ingin ikut Kuroko-kun.

Bagaimana dengan nilaimu nanti?

Aku akan meminta tugas lain dari sensei.

Oh baiklah. Ngomong-ngomong apa minuman kesukaanmu?

Milkshake Chocolate. Kenapa kau menanyakan itu?

Aku akan mentraktirmu Milkshake Chocolate selama 1 bulan jika kau mau ikut membantu besok.

Hah? Apa kau bercanda?
Aku lebih suka membelinya sendiri daripada meminta kepada orang lain.

Aku tidak bercanda. Aku serius.

..bagaimana jika kuganti kau akan menemaniku ke Toko Bunga setiap minggu?

Baiklah, tapi kau harus berjanji bahwa besok kau akan datang.

Hmm.. akan kupikirkan lagi.


Aku menutup handphoneku lalu melanjutkan menyalin beberapa materi ke buku rangkumanku.

Apakah aku harus datang? Atau tidak?

Aku menggigit bibir bawahku pelan.

Tapi aku tak suka kotor! Tapi jika Kuroko-kun mengantarkanku membeli bunga setiap minggu, aku tak perlu menunggu papa pulang untuk mengantarkanku membeli bunga untuk mama.

Aku menyenderkan kepalaku di atas buku.

.

.

.

.

"Hei nona cantik, bangunlah."

Hah, suara apa itu?

Aku tetap memejamkan mataku, penasaran apa yang akan dilakukan orang itu kepadaku.

"Bangunlah nona."

Oke dia mulai menusuk-nusuk pipiku. Aku akan bangun.

Aku membuka mataku dan aku bisa melihat seorang pria berambut biru muda memandangku dengan senyuman tipisnya.

Aku mengerjapkan mataku bingung.

"Ini.. dimana?" kataku pelan.

"Sekarang kau berada di dunia kami nona manis." Dia membantuku berdiri dan aku bisa melihat di sekitarku terdapat berbagai macam tumbuhan yang bagiku asing.

"Hah?" aku melihat ke arah pria itu bingung.

"Selamat datang di Zeleny Mir. Aku akan menceritakan beberapa hal yang belum kau ketahui di sini. Sebelum itu perkenalkan, namaku Galazio. Kau bisa memanggilku Zio." Dia memperkenalkan dirinya di depanku sambil menarik tanganku lembut untuk berjalan mengikutinya.

Aku hanya mengangguk-anggukkan kepalaku lalu berjalan menyeimbanginginya.

"Tempat ini adalah tempat dimana banyak tumbuh-tumbuhan yang hampir punah maupun telah punah di bumi kita pelihara lagi. Kau tau bumi kan? Nah dunia kita sekarang hampir sama seperti bumi, tetapi bedanya di dunia ini masih terjaga kealamiannya dan kita juga mempelihara alam di sekitar kita tanpa merusaknya."

"Entah tanaman itu liar maupun tidak kalian tetap menjaganya?" Kau melihat ke sekelilingmu dengan pandangan takjub.

"Benar, kami tidak ingin dunia kami berakhir seperti bumi."

"Lalu, di mana kalian tinggal?" tanyamu penasaran.

"Kau bisa melihat lewat teropong ini. Arahkan ini ke sana." Zio memberikanku sebuah teropong sambil menunjuk satu tempat.

Aku melihat bentuk teropong yang dia berikan, memang sama seperti teropong pada umumnya tapi aku melihat sesuatu yang aneh.

Kenapa teropong ini terbuat dari daun?

Aku membelalakkan mataku setelah melihat di tempat yang Zio tunjukkan.

"K-kalian t-tinggal di sana?" Aku menunjuknya dengan tangan gemetar.

Bagaimana mereka bisa betah tinggal di dalam Kantung Semar?! Bukankah bau di sana sangat menyengat?!

Zio menyipitkan matanya.

"Ah, maafkan aku. Sepertinya aku salah menunjukkan tempat. Kau seharusnya melihat ke sana."

Aku memajukan bibirku sambil melihat sebal ke arah Zio, lalu melihat ke arah yang ditunjukkan Zio lagi menggunakkan teropongku.

Aku tersenyum.

"Rumah yang cantik." kataku sambil tetap melihat bunga itu lewat teropong yang diberikan oleh

"Benar, namanya adalah Cyanea Truncata. Kami masuk melewati lubang ditengah bunga itu tanpa merusak putik / benang sarinya."

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku lalu kami berjalan kembali.

Pada waktu Zio menjelaskan beberapa hal tentang Zeleny Mir, terkadang Zio menyapa teman-temannya yang sedang membawa beberapa kantung kecil, ember yang berisi banyak air, dan beberapa temannya yang membawa pupuk yang sepertinya kompos.

Aku juga memperhatikan penampilan Zio.
Rambut biru muda, dengan kaus dan celana yang sepertinya terbuat dari daun yang berwarna biru muda. Dengan tambahan kulitnya yang cerah dan dia memiliki sayap putih.

Dunia ini seperti Tinkerbell saja.

"Zio, apakah aku juga memiliki sayap sepertimu?" Aku menunjuk sayapnya.

"Setelah ini kau akan mendapatkannya, ikutlah denganku." Zio menggenggam tanganku erat sambil berjalan dan aku hanya mengikutinya.

Dia membawaku ke sebuah sungai dan menaruh 3 daun yang berbentuk seperti mangkok.

Hmm.. unik.

Pilihlah salah satu dari 3 daun ini lalu gunakan untuk meminum air yang ada di sungai ini.

Aku menengok ke arah Zio dengan pandangan kaget.

"Apa kau bercan-"

"Tenanglah, air sungai ini bersih dan kau tak akan sakit jika meminumnya." potong Zio.

Aku memandang Zio ragu.

"Apa kau yakin Zio?" Aku mengambil salah satu dari tiga daun tersebut. Lalu memandang Zio memastikan.

Zio terseyum ke arahku dan menganggukkan kepalanya pelan.

Aku balas tersenyum ke arahnya.

Tak apa. Zio sudah bilang tak akan terjadi apa-apa setelah aku meminum air ini.

Aku mengambil sedikit air sungai itu, lalu meminumnya.

"Hm.. rasanya seperti air pada biasanya." kataku pelan.

Zio tersenyum lebar.

"Sudah saatnya. Lihatlah ke belakang sekarang."

Aku menganggukkan kepalaku lalu melihat ke belakang. Aku bisa melihat beberapa bintang kecil yang mempunyai cahaya yang terang membentuk sebuah sayap yang indah di punggungku lalu mengitariku dari kaki hingga rambutku.

Aku mengedipkan mataku tak percaya.

Sekarang aku telah memakai gaun putih yang panjangnya hingga ke betisku, rambutku digulung lalu ditusuk dengan sumpit berwarna putih dan ada hiasan bunganya di situ, dan juga aku memiliki sayap berwarna hijau muda.

Aku mengerutkan keningku bingung.

Kenapa berbeda?

"Zio.. Kenapa sayapku berwarna hijau muda sedangkan bajuku berwarna putih?"

"Ah, sayap itu untuk membedakan kemampuanmu dalam dunia ini." Zio mengetuk-ngetukkan tangannya di dagunya.

"Sejauh ini ada 4 kemampuan yang baru kami ketahui. Putih untuk Penghidupan yang biasa disebut Nero, hijau muda untuk Penumbuhan yang biasa disebut Fyto, dan coklat tua untuk Dasar yang biasa disebut Edafos. Yang terakhir adalah Ungu untuk Sumber yang biasa disebut Sporos." Zio menjelaskan sambil menunjuk beberapa temannya sebagai contoh.

"Lalu kau dan aku termasuk yang mana Zio?" Aku mengusap-usap kepalaku yang tidak gatal dengan pikiran yang bingung.

"Karena kau mendapatkan sayap hijau muda, kau disebut Fyto. Sedangkan aku disebut Nero karena sayapku putih." jelas Zio.

"Hm.. bolehkah aku mencoba kemampuanku sekarang Zio?"

"Tentu saja. Tunggu sebentar." Zio berlari ke arah kerumunan yang ada di depannya lalu menarik 2 orang dari kerumunan itu.

"Perkenalkan, ini Mavros dari Edafos dan Plexida dari Sporos." kata Zio sambil menunjuk 2 temannya.

"Hai Byal." Kata mereka sambil tersenyum menatapku.

Aku mengarahkan pandanganku ke Zio dengan tatapan bingung.

"Karena auramu putih, mereka memanggilmu Byal." jelas Zio.

Zio menyuruhku, Mavros dan Plexida untuk melingkar.

"Oke perhatikan ini baik-baik Byal." Zio menyeringai ke arahku.

Mavros menatap tanah yang ada di depannya. "Stoyakh za dokato ste zhivi!"

Setelah mengatakan itu, Mavros menggerakkan jarinya dan terbentuklah sebuah lubang yang lumayan besar namun dalam.

Mavros memberi kode ke arah Plexida. Plexida mengangguk lalu memejamkan matanya sambil merenggangkan tangannya ke arah lubang yang telah dibuat Mavros.

"Las semillas y la luz, la fuente inicial de la vida!"

Aku melihat cahaya terpancar dari tangan Plexida dan ada beberapa bibit kecil yang entah sejak kapan berada di dalam lubang itu.

"Sekarang giliranmu Byal."

Aku menatap Plexida, Mavros dan Zio bergantian.

Apa yang harus kulakukan?!

Mavros menyenggol lengan Zio pelan. "Jelaskan padanya Galazio. Aku akan bersiap-siap."

Zio mendekatkan bibirnya ke telinga Mavros. Membisikkan beberapa kata-kata yang tak kuketahui. Setelah itu Mavros tertawa lepas.

"Tentu saja, setelah ini aku yakin dia akan menyukai tanaman." seru Mavros lalu meninju pelan pundak Zio.

Zio hanya menatap datar Mavros lalu berjalan ke arahku.

"Zio, a-apa yang harus kulakukan?" Aku menatap Zio panik.

Zio mendekat ke arahku, lalu membisikkan sesuatu di telingaku yang membuatku tersenyum ke arahnya.

"Baiklah, akan ku lakukan semampuku."

Aku memejamkan mataku sambil mencoba konsentrasi.

Jika dipikir-pikir lagi Mavros itu mirip Kaoru, Plexida mirip Nanami, dan Zio sendiri mirip Kuroko.

Menggerakkan jari-jariku lalu aku merasakan bahwa sayapku membawaku terbang.

Ternyata menanam tidak seburuk yang kupikirkan.

Aku tersenyum tipis.

Sudah kuputuskan, aku akan berangkat besok.

"Grew to be lovely and helpful!"

Dan secara tanpa sadar, aku menggerakkan jariku membentuk sebuah tanaman yang tak ku ketahui.

Zio terbang ke sampingku lalu tersenyum.

"Et dabo te esse immortalem nutrimentum!" Zio merenggangkan tangannya lalu munculah awan abu-abu yang berada di atas tumbuhan itu dan tak beberapa lama kemudian dia mulai meneteskan beberapa air.

Aku turun ke tanah bersama Zio. Mavros dan Plexida berlari pelan ke arahku lalu merangkulku.

"Byal, kau telah menanam tumbuhan yang belum pernah kita tanam di dunia ini!" Plexida tersenyum bahagia ke arahku.

"Aku tak menyangka bahwa kau sangat berbakat Byal." kata Mavros tersenyum hingga menampakkan giginya.

"Memangnya apa nama tanaman itu Plexida?" Aku menunjuk tanaman yang telah kami tumbuhkan bersama-sama.

Plexida mengepalkan kedua tangannya. Beberapa menit kemudian muncullah sebuah cahaya di dalam tangannya. Lalu disaat dia membuka kepalan tangannya, sudah terdapat buku ukuran sedang dengan sampul daun hijau.

"Hmm.. namanya adalah Cosmos Atrosanguineus. Tanaman ini termasuk tanaman yang telah punah di bumi." jelas Plexida yang kubalas dengan anggukkan tanda paham.

"Semua ini tak akan bisa kulakukan jika bukan karena kalian semua. Terutama Zio." Aku tersenyum ke arah Zio.

Zio menganggukkan kepalanya sambil balas tersenyum ke arahku.

"Ah ya, dan tanaman ini bukan aku saja yang menanamnya. Tapi kita semua yang menanamnya." Aku memeluk Plexida dan Mavros bersamaan.

"Byal, ini untukmu." Zio memberikan sebuah kalung dengan permata kecil berwarna hijau muda kepadaku.

Mataku berbinar-binar. "Terima kasih Zio, akan kusimpan dengan baik benda ini!"

"Jagalah di tempat yang aman Byal, karena kalung itu adalah ikatan kita berempat karena telah menumbuhkan 1 tumbuhan di sini. Jika kau menghilangkannya, kau tak akan bisa kembali ke dunia ini." Mavros mengatakannya sambil menunjukkan kalung yang sama denganku, hanya saja warna permatanya coklat tua.

Plexida dan Zio juga menunjukkan kalung mereka.

"Jika kalung ini didekatkan, mereka akan bersinar dan memberikan kita kekuatan lebih. Ini biasa kali lakukan jika ada laha satu dari anggota kelompok kami yang sedang sakit." jelas Zio.

"Jadi, aku sudah masuk kelompok kalian?"

Mereka menganggukkan kepala sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak!" Aku berlari lalu memeluk mereka bertiga.

.

.

.

.

Aku berjalan pelan di belakang Nanami, lalu memeluknya secara spontan.

"Ohayou Nanami-chan~" Aku tersenyum ke arahnya.

Nanami balik tersenyum ke arahku.

"Yokatta, kau mau datang!"

"Hah.. apa kau sedang PMS? Kemarin kau marah-marah karena menanam merepotkan, sekarang kau datang dengan wajah gembira. Ada apa denganmu?" Kaoru menatapku tajam.

Aku melepaskan pelukanku lalu melemparkan sebuah bogeman kencang di muka Kaoru.

Duak!

"Rasakan itu Kaoru-kun." Aku menatapnya sinis.

"Cih.."

Kuroko berjalan pelan lalu berdiri di sebelahku.

"Kau tak perlu mengantarkanku jika kau terpaksa Zi-" Aku membelalakkan mataku.

"M-maksudku Kuroko-kun. Aku datang kemari bukan karena bujukanmu." kataku sedikit terbata-bata.

Kuroko menggenggam pergelangan tanganku.

"Tak apa. Janji adalah janji. Aku akan mengantarkanmu walaupun kau tetap tidak mau."

Blush

"Baiklah jika itu maumu." Aku tersenyum ke arahnya.

Ukh.. Nyaris saja aku memanggilnya Zio.

Kuroko menatapku datar, lalu melepaskan genggamannya dan menaruh tangan kirinya di belakang punggunggnya.

"Rencanaku berhasil." ucapnya pelan sambil menggenggam erat sebuah kalung dengan permata berwarna putih bening yang berada di tangan kirinya.


"Bayangkan betapa menyenangkannya menanam sebuah tumbuhan yang belum pernah kau tanam bersama teman-temanmu. Bukankah itu menyenangkan?"


Liat dari atas sampe bawah.

Apa-apaan imajinasiku yang aneh bin absurd ini :'v //ngek

Kalo pada tanya itu bahasa dari mana aja, silahkan cari di mbah gugel translate //heh :v

Oke, kalo ada typo atau mungkin kritik maupun saran dari kalian silahkan komentar yaa~

Soalnya ini ff Fantasy Flo yang pertama *crais* *garukdinding* :'v

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top