6. Lifo atau out standing

"Ciee yang mau nikah." Daritadi Puti masih saja ngeledekin Quina.

Quina memutar bola matanya jengah "Apaan sih lo, Nyet." Setelah ajakan menikah Fauqa dua hari yang lalu, Quina tak henti-hentinya menerima ledekan dari Puti. Iya, Quina langsung laporan ke Puti waktu itu. Tepatnya, setelah Fauqa meninggalkan rumahnya. Quina segera menghubungi temannya itu, tentu saja setelah ia memberitahu sang Bunda terlebih dahulu. Quina menceritakan tentang  Fauqa yang mengajaknya menikah. Dan jawaban apa yang diberikan Quina.

"Padahal yang udah lama pacaran itu gue, udah tunangan pula. Malah dilangkahi lo. Nggak asik banget sih! Lo pernah dengar istilah lifo, nggak? Last in first out. Nah, lo itu lifo, pacaran nggak, tapi langsung nikah. Takdir Tuhan itu emang dahsyat ya, nggak bisa ketebak." ucap Puti.

"Kalo gue lifo, lo apa? Outstanding?

"Sialan lo, jodoh gue udah didepan mata Nyet, tinggal eksekusinya aja. Lagian lo, songgong mode on banget sih, berani bilang gue outstanding mentang-mentang udah laku." cibir Puti.

"Ya, maaf. Lagian lo sensi banget sih. Tapi menurut lo ini terlalu cepat nggak sih, Pu?" tanya Quina. Saat ini mereka sedang duduk-duduk santai di ranjang kamar Puti.

"Nggak ada yang namanya terlalu cepat atau terlambat kalau menyangkut jodoh. Tuhan itu punya rencananya sendiri. Setiap orang udah disiapin kisahnya masing-masing. Kalau Tuhan udah menetapkan, nggak ada yang bisa merubah. Kita sebagai makhluk hanya perlu ngejalanin aja." jawab Puti diplomatis.

"Iya sih. Tapi gue nggak suka aja denger kabar yang beredar. Seolah-olah gue itu... You know!!..." Quina tak melanjutkan kata-katanya.

"Yaelah, kayak lo nggak tau habit orang-orang di sekitar kita. Mereka akan merasa susah kalo ngeliat kita senang. Dan sebaliknya, mereka akan senang melihat kita susah. So, cuekin aja, tutup kuping!"

"Easy to say ya, Nyet. Lo nggak tau aja rumor yang beredar di komplek gue. Udah berasa artis aja hidup gue ini."

Quina sih bisa nyantai aja mendengar rumor yang beredar di kompleknya. Toh ini hidupnya. Dan dia tidak pernah merugikan orang lain. Tapi yang menjadi masalah bagi Quina adalah Ibunya. Quina tidak mau Ibunya sakit memikirkan rumor yang beredar.

"Trus lo mau ngapain? Ngelabrak tuh orang-orang? Yang ada, elo-nya sendiri yang repot. Jadi solusi terbaiknya, tutup kuping aja. Ntar orang-orang itu juga capek sendiri. Pernah dengar istilah silent is gold, kan? Nah, itu, mending diam. Daripada lo capek ngejelasin, biar aja kebenaran itu nanti yang bicara sendiri. Toh, mereka bisa liat dengan mata kepala mereka sendiri, bener nggaknya omongan mereka itu."

Quina mengangguk-angguk membenarkan omongan Puti. Biarkan anjing menggonggong Quina tetep berlalu. Kalau mikirin apa maunya orang-orang yang ada kita bisa gila.

**

Quina mematut dirinya didepan cermin. Ripped jeans dan baju oblong 3/4 berwarna putih, rambut panjang yang dikuncir kuda serta tidak lupa kacamata bulat. Perfect, style andalan Quina. Quina paling suka gaya kasual namun tetap terlihat chic. Dan ia paling malas kalau harus berpenampian feminin. Quina ingat dulu, ia pernah jalan dengan  sepupunya yang sangat girly. Dan Quina bertanya apakah nggak ribet dandan kayak gitu. Trus sepupunya bilang 'suatu hari akan tiba masanya Quina merubah style slengekan menjadi feminin. Karena nggak mungkin selamanya Quina, bertahan dengan dandanan seperti itu. Dan itu benar, seiring beranjak dewasa Quina sedikit-sedikit merubah gaya berpakaiannya yang biasanya selalu memakai kaos dan jeans. Dan ternyata jadi Feminin itu mahal, kan ya? Musti micth and macth pakaian, aksesoris dan sepatu. Dah gitu make up, yang katanya simple tapi tetep aja ngabisin duit. So, nggak salah banyak cewek jadi matre buat mempercantik dirinya.

Setelah puas dengan penampilannya, Quina melangkah ke teras rumahnya dimana Fauqa telah menunggunya sejak sepuluh menit yang lalu. Bukannya Quina nggak sopan atau apalah itu namanya, ngebiarin Fauqa duduk diteras trus dimangsa nyamuk. Tapi berhubung yang ada di rumah cuma Quina seorang, jadi akan lebih baik membiarkan Fauqa dimangsa nyamuk daripada dia dipersilahkan duduk diruang tamu, setelah itu dimangsa warga karena disangka berbuat yang iya-iya. Ingatkan Quina itu lagi jadi saleb (eh seleb) kompleknya

"Lama ya nunggunya? Maaf ya!" ucap Quina begitu sampai di depan Fauqa.

"It's okey... kita langsung jalan aja ya, ntar keburu malam!" lalu Fauqa berdiri dari kursinya, berjalan menuju Toyota FJ40 warna kuning hitam miliknya.

"Bentar, sepatunya belum," ucap Quina, lalu memasang sepatu sneakernya dengan cepat.

Setelah menempuh perjalanan tak lebih dari tiga puluh menit, mobil yang dikendarai Fauqa berhenti disebuah kedai durian.  Hari ini Quina akan menemani Fauqa bertemu dengan teman-temannya. Mereka akan melakukan pesta durian begitu kata Fauqa tadi.

Quina hendak membuka pintu mobil ketika tangan Fauqa menahan gerakannya. "Kalo rambutnya digerai kamu nggak masalahkan, Quin." ucap Fauqa seraya melepas ikatan rambut Quina.

"Loh, kok...?"

"Kamu tau nggak Quin, salah satu hal yang bikin cowok nafsu selain liatin body cewek adalah saat ngeliat tengkuk cewek. Dan cewek sering nggak sadar akan hal itu. Ketika mereka mengekspose tengkuk mereka, itu adalah another siksaan buat  para cowok."

"Haaa," Quina masih saja gagal fokus, mendengar omongan Fauqa. Sumpah dia nggak bermaksud menggoda atau apapun itu namanya.

Fauqa mengacak rambut Quina saking gemasnya. "Nah, satu lagi cobaan buat cowok itu ketika ngeliat bibir yang megap-megap macam ikan ini, kayak minta dikasih nafas buatan." ucap Fauqa, lalu mengecup bibir Quina cepat, kemudian membuka pintu mobil disampingnya dan meninggalkan Quina yang masih kehilangan kesadarannya.

Quina memegang bibirnya sesaat setelah Fauqa meninggalkannya. Aishhh, Fauqa ini. Itu kan first kiss mereka. Seharusnya kan, harus lebih hawwttt kan ya. Oh, Tuhan. Quina harus cepat-cepat dinikahkan, biar nggak error otaknya. Masa dapet kecupan dikit aja, udah mikir yang iya-iya.

**

Acara kumpul-kumpul Fauqa dan teman-temannya berjalan lancar. Total ada lima pasangan yang ikut diacara tersebut. Mereka adalah teman semasa SMA dulu.

"Akhirnya, setelah bertahun-tahun, si Uqa ada yang mau juga." ucap Eka, salah seorang teman Fauqa. Eka datang bersama istrinya. Mereka sudah menikah selama dua tahun, tapi belum dikaruniai momongan.

"Iya, gue kira dia maho. Habisnya setiap kita ngumpul-ngumpul si Uqa nggak pernah bawa gandengan." celetuk Fadhlan, cowok bertubuh bongsor yang memakai kaus hitam.

"Sialan lo!!" ucap Fauqa, lalu melempar biji duren ke arah Fadhlan, yang dengan sigap menghindar.

"Tapi bener kan, Qa. Lo, kalo ngumpul nggak pernah bawa gandengan. Masa tiap kita ngumpul, lo baru putus terus, bullshit itu namanya." ucap Dimas menimpali.

"Nggak. Enak aja lo, pada ngebacot. Gue kagak maho. Tapi emang pas kita ngumpul, gue kebetulan lagi jomblo. Lagian gue, mau-nya yang gue kenalin ke lo-lo pada, hanya orang spesial aja. Nggak kayak si Deri tiap ngumpul ceweknya beda-beda terus."  Fauqa melimpahkan kesalahan kepada Deri yang sedari tadi asyik dengan duren yang ada didepannya.

"Hooo, nggak asyik banget sih lo, Bro, ngelimpahin kesalahan ke gue. Lagian jujur aja kalo lo nggak laku, jangan ngebawa-bawa gue. Bisa tidur di teras gue ntar." jawab Deri lalu melirik istrinya yang sudah terlihat sewot.

Seketika terdengar tawa kencang dari kumpulan Fauqa. Mereka menertewakan Deri yang terlihat sibuk membujuk istrinya. Maklum pengantin baru masih panas-panasnya kan ya?

"Sialan lo, Qa. Hobby banget ngisengin orang. Ntar kalo lo udah nikah, lo rasain gimana nggak nyenyaknya tidur sebelum sikelonin." jawab Deri kesal.

"Nggaklah, makanya gue bawa calon bini gue ke sini, biar dia tau watak lo semua. Dan biar dia antisipasi ama kemungkinan balas dendam yang bakal kalian lakuin ke gue. Jadi Quin, dimasa depan, kalo para curut ini ngomong yang jelek tentang aku, itu semua bohong. Karena aku janji, bakal cerita ke kamu semua hal tentang aku. So, semua hal tentang aku dimasa lalu hanya akan kamu dengar dari mulutku sendiri." ucap Fauqa, kemudian merangkul Quina lalu mencium keningnya lama.

Teman-teman Fauqa mengumpat menyaksikan aksi romantis sahabatnya itu.

"Asli norak banget lo, bro. Buruan lo nikah, biar hawa nafsu lo tersalurkan dengan baik. Ini efek kelamaan jomblo makanya main sosor aja. Padahal didepan umum." ucap Deri.

"Hahaha, tenang aja bro. Dua minggu lagi gue nikah. Lo semua datang ya. Nggak ada  formal invitation. Gue cuma syukuran aja. Nggak pake pesta-pesta."

"Serius lo???" kompak teman-teman Fauqa bersuara.

"Iya, serius. Kan seperti yang lo pada bilang. Biar hawa nafsu gue cepat tersalurkan." jawab Fauqa cuek.

"Serius, Quin?" kali ini istri Eka yang bersuara.

"Iya, dua minggu lagi. Datang ya! No party."  jawab Quina yang sedari tadi lebih banyak diam menyaksikan interaksi Fauqa dan teman-temannya.

"Pelit lo, Qa. Nikah itu sekali seumur hidup, masa lo nggak bikin pesta. Kalau lo nggak mau, lo musti mikirin Quina juga dong." Rara, pacar Fadhlan angkat bicara.

"Ini bukan masalah pelit atau nggak Ra, ini udah keputusan kita berdua. Ditambah kebiasaan keluarga besar gue yang anti ngadaian pesta-pesta gitu. Mubazir kalo kata bonyok. Mending duitnya disumbang buat orang yang ngebutuhin."

Ya, Quina pernah dengar dari Puti kalau keluarga Fauqa itu nggak suka pesta-pesta gitu. Nggak ada untungnya. Eitss, ini bukan masalah uang yang didapat setelah pesta ya. Ini lebih kepada manfaatnya. Ada tidaknya manfaat dari pesta itu. Kalau cuma untuk pamer kekayaan mending nggak usah. Kalau cuma pamer kekuasaan mending jangan. Kalau tujuan pesta itu untuk berbagi kebahagian dan mendoakan pasangan pengantin. Toh, dengan syukuran biasa juga bisa. Kalau ingin berbagi kebahagian bisa juga, dengan mengajak anak yatim piatu. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berbagi. Tidak harus dengan pesta-pesta itu.

"So, udah siap lahir bathin dong lo, udah kebayang-bayang juga dong." ucap Dimas.

"Gue, siap dong." ucap Fauqa mantap.

"Kalau kamu gimana, siap nggak Quin?" tiba-tiba Fauqa bertanya kepada Quina.

"Menurut kamu??? Quina tersenyum kearah Fauqa.





Sorry untuk typo ya gaess. Alurnya terlalu lambat kayaknya. Dan ngebosenin, soorryyy.

With love,

Libra

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top