17. Thank you for ...

Dengan cepat Fauqa memasukkan peralatan mandinya ke dalam tas. Dia sangat kaget melihat banyak nya  panggilan tak terjawab dan sms masuk dari Quina.

Memang salahnya tak memberitahu Quina, kalau hari ini ia ada jadwal futsal dengan teman-temannya. Ini karena rasa kesal yang masih bersemayam didalam hatinya. Sehingga ia enggan untuk memberitahu Quina tentang kegiatan dadakannya itu.

Fauqa sadar tindakannya semalam itu keterlaluan. Mendiamkan istrinya, yang telah meminta maaf. Memang tak selalu Quina bersikap seperti itu, merasa tidak enak ketika meminta sesuatu kepadanya.

Seharusnya sebagai suami hal tersebut tidak membuat Fauqa marah. Toh, ia tau tabiat istrinya itu. Terlalu mandiri. Hingga membuat ia lupa, kalau ada seorang pria yang akan dengan senang hati mengulurkan tangan kepadanya untuk memberi bantuan.

Jangan harapkan Quina akan bermanja-manja padanya. Itu seperti mimpi. Quina itu misterius lupus, saking misterius nya tak bisa ditebak, begitu Puti sahabatnya pernah berkata. Quina itu tak pernah gengsi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang jarang dilakukan perempuan, memperbaiki kipas angin yang rusak, membetulkan kran yang lepas, mengecat dinding kamar. Kalau tidak mengingat ia sudah menikah mungkin Quina akan membetulkan genteng rumah juga. Begitulah istrinya itu. Ajaib.

Disaat banyak wanita memanfaatkan kemudahan yang didapat dari suami mereka. Tidak demikian dengan istrinya itu. Ia akan tetap melakukan apapun yang bisa ia lakukan sendiri. Tanpa meminta bantuan dari Fauqa.  Jadi sebagai suami Fauqa harus sabar atas semua keajaiban yang dimiliki istrinya itu.

Fauqa menghubungi nomor telepon Quina begitu ia meletakkan tas nya dengan asal di kursi belakang.

Dengan gelisah Fauqa menunggu panggilannya tersambung. Dan setelah mengulangi hingga empat panggilan, Quina tetap tidak mengangkat telepon darinya.

"Yang, kamu dimana,"  Fauqa bermonolog.

Tak putus asa Fauqa mencoba mengirimkan pesan kepada Quina.

Quin, sayang, kamu dimana?

Lalu Fauqa mengirimkan pesan tersebut.

Dan tak berapa lama Quina membalas pesan Fauqa mengatakan bahwa dia sedang menonton film di bioskop bersama Puti.

Fauqa menarik nafas lega. Ternyata istrinya tidak melakukan drama kabur-kaburan seperti yang ada di bayangkan nya.

Kembali Fauqa mengirimkan pesan kepada Quina, memintanya untuk menunggu di sana.

***

"Yah nggak asyik nih. Masa gue jadi obat nyamuk sih?" Keluh Puti begitu ia dan Quina sampai disebuah food court dimana Fauqa telah menunggu.

"Ngapain jadi obat nyamuk?" tanya Fauqa yang mendengar keluhan Puti.

"Abisnya kalian berdua pasti mau kangen-kangenan. Kan ada yang habis merajuk." sindir Puti.

"Elahh, Pu. Lo kata gue bocah pake acara merajuk segala." ucap Fauqa yang tau sedang disindir.

"Habisnya bini lo ngadu ke gue, bilang lo lagi merajuk." Quina langsung melempar Puti dengan tissu yang ada didepannya.

Fauqa tertawa mendengar aduan Puti, lalu menarik Quina lebih dekat padanya. "Aku nggak merajuk kok, Yang. Cuma ngambek dikit aja. Nanti kamu bujukin ya?" bisiknya di telinga Quina.

"Asyeeem, ingat oiii, ada gue di sini." Puti yang berada di depan mereka langsung merajuk.

Quina yang berada dalam rangkulan Fauqa hanya tertawa mendengar ke-lebay-an temannya itu.

"Kayak lo nggak sering aja, jadi in gue obat nyamuk." Quina tersenyum mengejek ke arah Puti. "Telepon gih laki lo, double date kita." usul Quina kemudian.

"Tanggung ini, Nyom. Bentar lagi lo juga udah minta pulang. Lo kan dimantarain ma bantal lo, jadi nggak bisa pisah lama."

"Ta..."

Belum selesai Quina berkata, Puti sudah memotong ucapannya. "Jangan ngumpat lo, ntar ponakan  gue denger." omel Puti.

Quina hanya tersenyum masam mendengar omelan Puti.

"Astagfirullah," Puti mengucap tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Quina dan Fauqa berbarengan. Kemudian melihat ke arah yang sama dimana pandangan Puti terpaku pada satu titik.

Terlihat Nando dan istrinya memasuki food court. Dan seketika pandangan mereka bertemu.

Fauqa yang menyadari hal itu, merangkul Quina yang tiba-tiba kaku lebih erat lagi, lalu berbisik , "it's okey ada aku disini masa depan mu." Kemudian mencium puncak kepala istrinya.

Quina segera mengalihkan pandangannya kepada Fauqa lalu tersenyum canggung. Ia menyandarkan kepalanya di dada Fauqa mencari ketenangan dengan mendengar detak jantung suaminya itu.

Benar, disana adalah masa lalunya yang hanya berada dibelakang. Sekarang ada masa depannya, duduk di sampingnya, tempat ia menyandarkan segala asa. Pria terbaik yang Tuhan kirimkan untuk nya.

***

"Kamu nggak pa-pa kan, Yang?" Fauqa menghampiri Quina yang duduk di sofa ruang keluarga.

"Emang aku kenapa?" Quina balas bertanya.

"Yaah, siapa tau masih shock habis ketemu masa lalu."

"Manusiawi lah ya kalau shock itu. Namanya ketemu sama seseorang yang udah menorehkan luka. But, aku malah mau say thanks buat dia. Tanpa dia, aku nggak bakal ada disini bareng kamu. Meluk kamu," Quina memeluk Fauqa, "spending time, insya Allah, hingga akhir hayatku bareng kamu." lalu Quina mencium sudut bibir Fauqa dan tersenyum lebar pada suaminya itu.

Dulu, mungkin Quina kecewa terhadap hidupnya. Namun sekarang ia sadar tak ada yang sia-sia. Tuhan punya rencana indah terhadap setiap kejadian yang dialami makhlukNya.

Kalau diizinkan patutlah Quina berterima kasih untuk masa lalunya. Karena tanpanya, tak akan ada masa sekarang dimana ada Fauqa dalam hidupnya.

Tak perlu mengingat-ingat lagi. Cukup jalani yang ada dimasa sekarang dan juga masa depan. Bukankah itu yang namanya hidup? Untuk masa depan.

Fauqa tersenyum kearah Quina. Bangga dengan kebesaran hati istrinya untuk memaafkan masa lalunya.

"Terima kasih karena kamu udah mau memaafkan masa lalumu. Karena tanpa memaafkan takkan ada bahagia untuk masa depan kita."

"Loh, kok gitu?" tanya Quina heran.

"Iya, kalau kamu masih terkungkung oleh masa lalumu, kamu akan abai dengan aku, masa depanmu. Dan pastinya bahagia yang menjadi tujuan kita akan sulit untuk diwujudkan." Fauqa memeluk Quina erat.

Benar apa yang dikatakan Fauqa, kalau ia masih berkutat dengan masa lalu, tak akan ada kemajuan untuk hubungan pernikahannya dengan Fauqa. Lagi pula tak pantas Quina menuntut kepada Tuhan untuk sebuah keadilan atas luka yang pernah dialaminya. Karena Tuhan telah memberikan hadiah lebih untuk semua duka dimasa lalu, yaitu Fauqa. Jadi yang harus Quina lakuan sekarang adalah bersyukur dan bersyukur.

Quina memeluk Fauqa lalu berbisik, "terima kasih sudah datang dihidupku.

***

Desember Enam Tahun yang lalu.

Katakanlah Quina bodoh karena tidak mau melaporkan perbuatan Nando ke kantor polisi. Katakanlah Quina jahat karena membiarkan orang seperti Nando masih berkeliaran dengan bebasnya. Quina siap dihujat orang-orang yang berpikir apa yang dipilih Quina adalah kesalahan. Sangat siap.

Karena orang-orang biasanya hanya tau apa yang mereka pikir itu benar maka harus dilakukan. Jikalau tidak maka hujatan atau cacian akan diberikan pada orang yang mereka anggap salah. Tanpa tau alasan apa yang membuat seseorang mengambil keputusan itu.

"Udah." suara Ibu menghentikan tangan Quina yang hendak menyuapkan nasi ke mulut Ibunya.

"Tapi Ibu baru makan empat suap." Quina mencoba membujuk Ibunya.

Ibu Quina menggeleng sebagai tanda penolakan. Kemudian merebahkan tubuhnya diranjang rumah sakit. Ya, sekarang Ibu Quina sedang dirawat di rumah sakit karena mengalami shock melihat keadaan anaknya waktu itu.

Beberapa hari setelah kejadian itu akhirnya Ibu Quina pulang dari luar kota. Dan beliau sangat shock melihat keadaan Quina yang sangat menyedihkan. Dan langsung pingsan ketika Quina menceritakan kejadian yang menimpanya. Beberapa hari kemudian Ibunya masuk rumah sakit karena kondisinya yang drop dikarenakan stres.

Dan ini sudah hari ketiga Ibunya di rumah sakit. Nafsu makan Ibunya menurut drastis. Quina tau Ibunya stres memikirkan nasibnya. Dan oleh sebab itu, Quina tidak mau menambah lagi beban Ibunya dengan masalah baru apabila ia masih berhubungan dengan Nando. Maka dari itu, Quina menutup kisah kelamnya dengan Nando dengan tidak melaporkan kejadian yang dialaminya ke pihak berwajib.

Dan atas bantuan Puti dan keluarganya juga akhirnya Quina terlepas dari Nando. Iya, Quina sudah bebas sebebasnya tanpa ada embel-embel nikah siri. Ketika Quina bertanya Puti hanya berkata keluarganya hanya memberi sedikit pelajaran kepada Nando. Dan entah apa itu, yang pasti hal itu membuat Quina harus menghindar dari Nando beberapa hari yang lalu karena pria itu berusaha untuk mencarinya.

Quina meletakkan piring nasi yang tersisa diatas lemari kecil yang ada di samping ranjang Ibunya. "Ya udah Ibu istirahat dulu, Quin mau ke apotek sebentar menebus obat." Ibu Quina mengangguk, mengiyakan.

Quina segera beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya keluar dan menutup pintu ruang rawat Ibunya dengan pelan.

Quina melangkahkan kakinya menuju apotek yang berada di depan rumah sakit. Dan seketika matanya terpaku pada gerombolan anak muda yang berlari mengikuti brankar yang tengah didorong oleh petugas rumah sakit. Quina mendekati gerombolan tersebut. Dan ia tambah terkejut begitu melihat orang yang terbaring diatas brankar, dengan kondisi yang mengenaskan tersebut adalah Nando.




Haiiii gaess aku update yahhh. Seperti biasa maaf untuk typo dan penulisan yang tak sesuai dengan eyd. Ditunggu vote dan komennya.

With love,

Libra


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top