⚜️6⚜️

Voteu Voteu Voteu ya gaisseu





















BUUGHH!

Yup, benar, aku menabrak seseorang.

Baguuussss, Baguuusss sekali!  Hariku yang buruk, makin buruk sekarang.

"Sial! Apa harus aku menabrak seorang senior? Terlebih dia wanita! Shit!"

Ya, benar, kami-aku dan si senior- terhuyung hingga saling membentur lantai nan tidak empuk ini, pastinya, kini tubuh ku sakit, hah!

Paling tidak, ini membuat para penggosip berhenti bicara.

Dan yang terjadi selanjutnya...

"HEY! KALIAN JUNIOR!  APA YANG KALIAN LIHAT HA?! KALIAN MENERTAWAKANKU! PERGI KALIAN DARI SINI!  SEKARANG JUGA!"

Tepat sekali!  Bentakan senior yang didepanku berhasil membuat lorong ini kosong seketika. Kadang aku bingung, apa murid disini benar-benar manusia semua?

Aneh-sangat-, mereka hilang lenyap seperti baru saja dihisap oleh Black Hole di angkasa sana. Ya paling tidak, telingaku tidak kepanasan karena gosip receh mereka tentang orang tuaku.

"Rhea, ayo berdiri! Kau tahu siapa dia kan?!"

"Hah, akhirnya ada juga yang menyadari pangkat ketua ku di sekolah ini" batinku

Ya, sekelompok siswi menolong senior yang bernama Rhea itu.

"Ha? Memang siapa gadis ini?! Aku tidak mengenalnya." Ucap Rhea, acuh-tak acuh.

"SIALAN". umpatku dalam hati dan berdiri sendiri dari singgasanaku di lantai tadi.

"Dia itu, gadis yang orang tuanya mati karena makhluk itu!"bisik siswi dibelakang Rhea -paling mereka itu babunya Rhea menurutku-.

"AA! YANG ORANG TUANYA MATI DI TENGAH HUTAN ITU YA?!"teriak Rhea, tepat di depan wajahku.
"Cih! Berarti kau Valerie kan? Dari kelas 11A, kau menabrak seniormu! Sekarang cepat minta maaf padaku!"

"Bangsat! Ternyata dia sama biadabnya dengan para penggosip di sekolah ini!" umpatku untuk yang kesekian kalinya di hati.

"Namaku Vallerian, bukan Valerie." jelasku membenarkan.

"Masa bodoh dengan namamu atau apapun itu, yang penting minta maaf padaku sekarang juga!"

"Shit! Kalau kau bukan seniorku, sudah ku cengkram lehermu!" batinku untuk yang kesekian kalinya lagi.

"Maaf telah menabrakmu senior." jawabku sedikit membungkukkan kepala -anggap saja aku menghormati senior seperti dia-.

"BUKAN SEPERTI ITU BODOH!" bentak Rhea, dan segera ia mendorong tubuhku kelantai lagi, seperti berlutut padanya.

"Sekarang baru benar. CEPAT! MINTA MAAF PADAKU LAGI!" bentaknya -untung tidak tepat di wajahku-.

"Hey! Rhea, apa yang kau lakukan? Kau tidak tahu dia siapa?" bisik siswi lainya.

"APA KAU MAU IKUT BERLUTUT DENGAN GADIS BODOH INI?! JIKA TIDAK DIAMLAH!" hardik Rhea pada siswi tadi.

"Ma-af Rhea." jawabannya sedikit ketakutan.

Sepertinya benar dugaanku, segerombolan siswi di belakang Rhea hanyalah babunya.

"Apa yang kau tunggu gadis murahan?! CEPAT MINTA MAAF PADAKU!"

"SIAL! Murahan katanya! Aku?! Gadis murahan?!" sekarang emosiku tidak terbendung lagi!

GAME ON!!








BRAAKK!!



Tubuhnya kuhantam ke dinding, tepat setelah ia mengataiku murahan! Ku cengkram kerah bajunya sekuat tenaga, kini! Diriku sudah tak terkendali.

"Jaga mulutmu senior! Kaulah yang murahan, setiap malam kau dibayar kan? Berapa bayaran mu? Kau senior hina yang tak pantas untuk di hormati." jawabku dengan nada dingin, aku yakin, kini tatapan ku mulai berubah.

"Argh!" nafasnya mulai tersenggal.

"K-kalian! T-tolong aku!" pintanya pada para babunya, tebakan ku benar, tak ada seorang pun dari babunya ingin menolong nya.

"Be-raninya kau mencekikku!" nafasnya makin tersenggal.

"Le-paskan sekarang juga!" nafasnya mulai menderu,

"Cih, selain HINA, kau juga bodoh ya senior." jawabku terus mencengkram kerah bajunya.

"Jika sekali lagi kau mengataiku murahan, bisaku pastikan, bahwa rahasiamu tahun lalu akan tersebar ke seluruh sekolah, bahkan hingga pusat kota" lanjutku dan pergi meninggalkannya dengan nafas menderu.

"Ku koreksi senior, aku hanya mencengkram kerah bajumu, jika aku mencekikmu, kupastikan, kau sudah mati daritadi." segera, para babu yang tak mau menolongnya tadi mengerumuninya yang jatuh kelantai.

Yup, itu berhasil membuatnya bungkam, dan aku bisa pulang dengan tenang kali ini.

Tepat, jam 3 sore aku sudah sampai dirumah, bisa kalian tebak, jam berapa aku pulang kan?

Kalian pasti tahu, apa pekerjaanku sepulang sekolah.

Mandi, memasak, lalu makan siang.

Anehnya, 3 pria itu tak ada di rumah, rumah ini kosong, seperti rumah angker di film film.

"Masa bodoh dengan 3 pria itu, apa peduliku." umpat ku -kali ini tidak di dalam hati.

Ku lempar tas kesembarang tempat di kamarku, lalu aku mandi, tak lupa keramas.

Jika saja bukan permintaan papa, sudah ku potong rambutku ini se leher.

Ya, papaku tidak memperbolehkan memotong rambut, katanya, indah jika aku berambut panjang, aku hanya di perbolehkan memotong rambut sekali setahun -pada waktu tertentu-, itu pun hanya ujung rambutnya, katanya bisa membuat rambut ku jadi lebih panjang.

Selesai berpakaian, aku memasak makan siang, jam 4 sore mereka-ke 3 pria yang tidak aku pedulikan-sudah selesai makan.

Entah kapan mereka datang, pokoknya mereka sudah selesai makan, dan selesai membereskannya, ku kunci diriku dikamar.

Si kembar tak banyak bicara, dan tadi hanya terjadi percakapan kecil antara aku dan Rio,

"Vall, kau tidak ikut makan?"

"Tidak, terima kasih."

"Bagaimana sekolahmu?" tanya nya lagi.

"Biasa saja, tak ada yang menarik." jawabku ketus,dan berhasil membuatnya bungkam.

Ya, hanya itu percakapanku siang ini. Tak lebih, tak kurang.

Dikamar, aku hanya tidur tiduran, sesekali scrool beberapa aplikasi, layaknya seorang jomblo, aa, tidak, ku koreksi, aku bukan jomblo, tapi single.

Tugasku lumayan banyak, tapi aku sedang malas mengerjakannya, nanti malam juga bisa.

Jam jam berlalu begitu saja,

hingga kini jam 8 malam,

Bagus, aku ketiduran dan tidak sempat masak makan malam.

Segera ku lari ke dapur untuk memasak, namun, aneh, makanan sudah tersedia rapi di meja makan.

"Siapa yang memasak?" batinku sambil celingak celinguk, mencari si koki.

"Aku yang memasaknya." jawab seorang pria sembari melepas celemek, entahlah, dia Andreas atau Andries, aku tak bisa membedakannya.

"Pergilah ke meja makan, sekarang waktunya makan malam." lanjutnya.

Segeraku keluar dari dapur dan duduk di meja makan.

Dan kami makan malam, setelah selesai, kalian tahukan apa yang aku lakukan?
Ya, membereskan piring kumuh itu. Dan kembali ke kamar.

Kali ini aku tidak me nge-scrool handphone lagi, kini aku membuat tugas, hingga jam 11 malam, lalu aku tidur.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top