⚜️4⚜️
Budayakan vote, komen sebelum membaca, dan jangan lupa kasih saran ya guys, positif atau negatif, pasti di terima kok,
*INGAT!!!* author cuma makan mantan kok, bukan kamu, ia kamu, kamu yang lagi baca ( ͡° ͜ʖ ͡°)
Warn! Sudut pandang bisa berubah ubah, kadang di ingetin, kadang juga enggak, hehe 😬
⚜️Happy reading⚜️
—"Beri ternak makan, lalu baru kita yang memakannya"—
"Hah.. Ini teramat sangat ber-de-bu"
LenguhVall, yang bahkan belum memulai aktivitas apapun.
Sembari memandang kamarnya yang masih dipenuhi kain putih penutup perabot,Vall mulai berjalan mengambil sapu di belakang pintu kamarnya dan dengan lelah mulai menyapu dari sudut kamarnya tanpa menukar baju terlebih dahulu.
Sudah 2 jam, dan akhirnya debu dikamarnya hilang sudah.
"Hah, akhirnya debunya hilang" rasa puas sedikit terpancar dari wajahnya
tapi..
"Dan ini baru debunya saja yang hilang.. huft ini melelahkan" seketika wajahnya kembali suram dan dingin, seperti biasanya.
"Hah, aku harus menyelesaikan ini sebelum matahari tenggelam dalam mendungnya hari ini"
Tangannya mulai menarik kain putih yang tersebar di seluruh bagian kamarnya, memperlihatkan ukiran indah nan rumit pada perabot di kamarnya.
"Ahh, kamar ini sudah banyak berubah, dulu, aku mama dan papa sering bermain bersama di sini....
Ya, paling tidak sebelum keluargaku pindah ke rumah papa..."
hidungnya mulai tersumbat, air matanya mulai berlinang, mengaburkan penglihatannya,
"Dulu, aku sangat senang bisa bermain dengan mereka, dulu.... Yah dulu...." suaranya mulai serak, nafasnya sesak, penglihatannya semakin tak jelas.
Kilasan Kilasan memori lama tentang kehidupan bahagia keluarga kembali terulang.
Deretan memori berputar di kepalanya secara random tak beraturan.
Seperti sebuah kebenaran yang akan mengungkapkan sebuah misteri.
Mulai dari Vall berumur lima tahun, yang kala itu tengah bermain di taman rumah ini bersama ayah dan ibunya.
Sampai seorang pria berpakaian serba hitam menghampiri keluarga kecilnya.
Dan Kilasan lain yang di awali dengan ia dan ibunya pergi berdarma wisata ke sebuah taman di tepian kota. Tanpa ada ayahnya
Juga Kilasan lain,
Saat ia di taman,
Tepi pantai,
Juga tengah hutan,
Hingga beberapa saat lalu,
Saat tersebar gosip, bahwa ia akan jadi persembahan selanjutnya.
Sampai sampai gosip ke abadian ayahnya Valiant juga kecantikan abadi Calista.
Lalu terlempar kembali ke saat di mana ia berada di sebuah gedung,
Hingga ia di perpustakaan
Dan juga sebuah buku bersampul beludru hitam pekat,
Juga rangkaian kata yang terkilas begitu saja dalam pikirannya.
Matanya tak kuat lagi, air matanya lolos begitu saja dari kedua matanya, jatuh berderai menuju lantai, membuatnya-kembali-jatuh dan menangis tersendu-sendu.
"Ma, Pa, kenapa kalian meninggalkanku sendiri? Bukankah kalian berjanji bahwa akan selalu bersamaku? Selalu menjagaku, menyayangiku? Tapi, kenapa? Kenapa kalian pergi?? Kenapa kalian melanggar janji yang aku percayai? Bisakah aku menggantikan posisi kalian?"pinta Vall, sembari tetap menangis dan juga mengajukan banyak pertanyaan serta protes pada orang tuanya yang tidak lagi menginjakkan kaki di dunia ini.
"Ma,Pa, bolehkah aku ikut kalian ke alam sana? A-aku sangat merindukan kalian berdua...." pintanya tampak frustasi.
'Hah' helanya tampak frustasi.
"Padahal, kalian baru saja pergi, tetapi aku sudah merindukan kalian, apa aku akan bisa bertahan lama?"
"Bahkan, belum terhitung dua puluh empat jam kalian meninggalkanku."
"Jujur, a-aku pesimis dengan itu.. Apa boleh aku ikut kalian ke alam sana sekarang juga? A-aku terlalu depresi, stres, ketakutan.... disini, tempat ini berasa asing bagiku..."
Tok tok tok...
Segera, ia usap kasar wajahnya yang berair, sampai menimbulkan rona kemerahan pada kedua pipinya. Dengan mata sedikit sembab, juga hidung yang masih tersumbat.
Tetap, di paksanya dirinya menuju pintu kamarnya -asal suara tadi-, untuk hanya sekedar menyembulkan kepalanya di ambang pintu yang tengah ia buka.
Dengan sedikit bergidik penuh pertanyaan, -atas apa yang terjadi pada Vall, atau lebih tepatnya mata Vall-, Desiserio melanjutkan niatnya.
"Sayang, waktunya makan siang." - Desiserio
"Sebentar lagi, aku akan ke bawah, maaf, aku tidak bisa memanggil sapaan seorang anak padamu." - jawab Vall dengan suara menelisik ke hidung.
" Tak apa, panggil saja Rio."- jawab Desiserio santai.
"Baiklah, aku akan segera ke bawah,, Rio." - Vall
"Kami menunggumu" - Desiserio
Selepas Desiserio lenyap di ambang tangga rumah, Vall ber jongkok, menenangkan dirinya yang masih tersendu sendu.
Selang beberapa menit, Vall sudah tenang, sembab matanya sedikit-banyak berkurang, hidung nya tak lagi tersumbat, ia sudah bisa bernafas seperti biasa, tanpa tercekat sedikit pun.
Segera Vall menuju kebawah dan akhirnya, makan bersama dengan si kembar dan Desiserio, di sela makan, Desiserio mengenalkan anak kembarnya pada Vall.
"Ini Andreas, dan ini Andries" jawab Desiserio jelasnya saat itu.
Dan mereka -Vall, Andreas, Andries- hanya sibuk pada makan siang nya tanpa menyuarakan intonasi tanggapan sedikit pun.
Desiserio ter-kacangi oleh ketiga remaja di depannya ini.
'Sabar'
hanya istilah itu yang tepat untuk menggambarkan keadaan Desiserio di meja makan yang
-sangat- canggung ini.
Kurang lebih dua puluh menit berlalu, dan tak ada percakapan sedikit pun di antara mereka.
Makan siang mereka hanya di hiasi dengan dentingan -sedikit- nyaring dari suara sendok makan dan piring keramik yang mereka gunakan.
Tak lebih, tak kurang, hanya itu.
Semuanya berawal ketika pernyataan-perkenalkan Desiserio tentang kedua anaknya pada Vall.
Yang di akhiri dengan Desiserio yang di kacangin oleh Vall dan juga dua putranya.
Di buka oleh Desiserio dan di akhiri oleh Desiserio -juga-.
~TBC~
Hellowww para readers tercintah, Sorry ya telat update, paket auhtor ini lagi habis, tunggu di beliin kakak dulu
Hehe auhtor gak modal ye, Sorry dah Sorry
Btw, jangan lupa vote, komen juga ya guys, kasih saran, baik itu yang positif atau negatif, insyaallah auhtor gak akan marah, :)
See ya👋👋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top