[3] Halo Kelas 1A

Riuh tak terbendung dalam teater yang menampung seluruh murid baru. Pekikan-pekikan begitu memekakkan telinga. Seharusnya Yuzuru tenggelam dalam euforia tersebut. Awalnya memang iya. Gadis mungil itu langsung loncat-loncat melihat Junya di depan mata. Setelah sekian lama, sejak musim panas tahun lalu?

Namun begitu mata bertemu mata dengan Ren? Pemuda itu menyadari kehadirannya dan menjulurkan lidah. Tidak hanya itu, sesaat Ren sengaja memeluk lengan Junya dari samping. Spontan Yuzuru naik pitam. Ia diledeki. Ren tampak mencemoohkan sikap Yuzuru yang mengagumi Junya, memanas-manasi keadaan. Dan yang membuat Yuzuru semakin kesal ialah ledekan itu dianggap para gadis sebagai fanservice!

Penampilan 4Princes berakhir, tepuk tangan dan pekikan semakin menggema. Para murid yang menjadi penggemar menyoraki nama idola favorit mereka. Empat personel grup idola itu melambaikan tangan dan senyuman menawan.

“Halo dari kami lagi....” Junya memberi salam terlebih dahulu.

Tiga rekannya melanjutkan, “4Princes!”

“Kaget? Kaget? Kami awalnya juga kaget diminta menjadi surprise guest buat kalian, murid baru Akademi AME tahun ini!” Anggota lain berwajah bulai—Alex memberikan sepatah kata.

“Tentu permintaan ini begitu berharga untuk kami. Apalagi salah satu anggota kami juga akan memulai lembar baru di sini.” Tomoaki menoleh ke Ren, mengedipkan sebelah mata.

Junya menepuk pundak Ren, pun menambahkan, “Mohon bimbingannya buat anak pemalu ini, ya!”

“Aku bukan anak pemalu,” ketus Ren dengan kening berkerut.

Para siswi langsung ribut, kaget karena tidak menyangka akan satu sekolah dengan idola yang tengah naik daun.

Yuzuru menutup telinga, memperlihatkan tatapan bosan. “Sial, harus satu sekolah ama dia.”

Chihiro terkekeh. “Aku baru ingat pernah melihatmu di mana. Pasti kamu yang jadi pemeran tambahan di film pendek yang dibintangi Ren-san!”

Mata Yuzuru terbelalak. “Padahal eksistensiku di sana seperti lalat lewat! Chihiro hebat bisa mengingat wajah orang dalam sekilas pandang!”

“Bahkan aku juga ingat ada nama ‘Kitani Yuzuru’ di kreditnya. Ah, tapi baru sekarang sadarnya kalau itu kamu.” Chihiro bergumam sesaat. “Namun, aku heran, kenapa kamu tidak terlihat senang?”

Bibir Yuzuru maju beberapa senti. “Sikapnya cukup menyebalkan! Itu saja.”

Chihiro kembali terkekeh. “Tampaknya kalian akrab, ya?”

Kedua tangan Yuzuru menyilang di depan dada, bibir mengerut sambil menegaskan suara, “Sama sekali enggak!”
.
.
.
.
.
Acara penyambutan murid baru pun berakhir dengan tertib, walau sampai di luar teater para siswi masih saja melontarkan pendapat mereka tentang penampilan 4Princes. Seluruh murid kelas satu dipersilakan ke kelas masing-masing. Mereka melangkah bersama, menelusuri lorong yang sama. Bicara dengan teman seperlangkah walau tidak sekelas. Atau hanya ada yang berjalan tanpa bersuara, mengikuti aliran murid sekitarnya.

Yuzuru tak henti-hentinya mengajak Chihiro bicara hingga gadis itu seakan tak perlu berkenalan dengan murid-murid lain yang tampak tertarik terhadapnya. Bagi Chihiro, Yuzuru sangat lucu dan tak membosankan sebagai lawan bicara. Sesekali Yuzuru hanya mengalihkan perhatian pada orang-orang yang sudah dikenalnya di asrama. Banyak hal dari Akademi AME untuk dijadikan bahan pembicaraan. Tanpa sadar keduanya sudah berada di depan kelas 1A. Mereka serempak memijakkan kaki ke dalam dengan aba-aba ‘satu-dua’ seakan itulah goal mereka hari ini.

Kelas sudah dipenuhi hampir seluruh murid yang terdaftar sebagai anak kelas 1A. Mereka adalah para pemegang nilai ujian masuk tertinggi. Yuzuru terkagum-kagum saat mengingat dirinya tergabung di tengah-tengah orang cerdas. Ia baru sadar sesuatu. Chihiro pasti salah satu dari yang terhebat. Berapa peringkat gadis itu?

“Wah, sudah pada berkelompok, nih, Yuzuru? Kita tidak boleh tersisihkan!” bisik Chihiro dengan tatapan berapi-api.

Yuzuru tertawa kecil, lalu membenarkan dalam hati akan peringatan teman sekamarnya. Mereka tidak boleh tersisihkan dalam pergaulan. Namun, kecemasan kembali merengkuh jantung, membuatnya berdegup kencang.

‘Aku tak boleh takut!’

Saat Chihiro celingak-celinguk memperhatikan sekitar, Yuzuru yang tengah memotivasi diri sendiri dalam hati, seorang siswi menghampiri mereka dengan senyuman ramah. “Halo, kalian berdua!”

Seketika Chihiro berbenah sikap. Memoles senyuman, menaikkan tangan untuk membalas sapaan. “Hai! Senang bisa menjadi teman sekelasmu.” Gadis itu segera mengambil tindakan pertama. “Aku Yamashita Chihiro. Kamu?”

Gadis rambut sebahu dan agak ikal itu membalas jabatan Chihiro. “Kirishima Minami! Tak kusangka nomor dua orangnya ramah. Kukira akan sulit mendekatimu.”

Chihiro tertawa kikuk.

Mendengar nama keluarga Kirishima membuat Yuzuru membatu sesaat. ‘Hah? Mu-mungkin kebetulan nama keluarga mereka sama.’ Namun gadis mungil itu was-was, menatap Kirishima Minami lekat. ‘Agak mirip....’

Dilihat dua bola mata begitu intensif membuat Kirishima Minami risih. Siswi itu mengulurkan tangan pada Yuzuru. “Salam kenal juga, ya, nomor sembilan!”

“Sembilan?” Seraya bertanya Yuzuru tetap menjabat tangan Minami. “A-ah, aku Kitani Yuzuru.”

Minami hanya terkekeh, Chihirolah yang menjelaskan. “Maksudnya itu… peringkat ujian masuk, bukan?”

Kedua mata Yuzuru terbelalak. “HEH? Aku nomor sembilan? Kukira paling akhir!”

“Memangnya kamu tidak lihat pengumumannya di laman resmi akademi?” heran Chihiro.

Yuzuru hanya menggelengkan kepala. Saking senangnya diterima di AME—walau memang tetap ikut ujian masuk lagi, ia lupa melihat pengumuman kelulusan di situs akademi. Semua syarat masuk dan apa saja yang boleh dibawa selalu ditanyakannya ke Toyosaki. Hal itu karena keterimaannya Yuzuru berbeda dengan anak-anak yang lain. Bisa dikatakan ada campur tangan ‘orang dalam’, dan orang itu tidak lain ialah kepala akademi sendiri. Toyosaki hanyalah ‘alat’ yang mengatur semua agar berjalan lancar.

“Kirishima sendiri peringkat ke berapa?” tanya Yuzuru penasaran.

Bibir Minami tersenyum lebar. “Mau tahu?”

Yuzuru mengangguk, penuh antusias.

“Aku… nomor enam,” jawabnya bangga seraya membusungkan dada. Melihat keluguan Yuzuru, Minami menunjuk satu per satu murid yang ada di kelas. “Kamu sudah tahu dia, kan? Kurosawa Yosuke yang naik ke podium tadi? Dia nomor satu. Lalu yang tengah bicara dengannya nomor 22, Harada Fuuto. Lalu....”

Gadis itu tak berniat memperkenalkan semua murid pada Yuzuru dan Chihiro, tujuan utamanya ialah membanggakan informasi yang ia miliki pada orang lain. Perasaan gadis itu semakin melambung kala melihat dua pasang mata berbinar takjub dengan keahliannya. Lalu ada satu tujuan lain mengapa ia melakukan pendekatan pada mereka yang memiliki ekspresi polos. Minami yakin dua orang ini tempat yang tepat kala ia mendapatkan kesulitan di AME. Teman yang mudah dimanfaatkan.

Sementara itu Yuzuru dengan seksama mendengarkan semua informasi yang diterimanya dari Minami. Hal itu akan sangat berguna baginya melakukan pendekatan. Ia tidak boleh menjadi gadis pendiam yang tak peduli orang-orang di sekitar. Ia harus menjadi dirinya yang dulu—mudah bergaul dan masuk dalam suasana apa pun.

“Padahal terlihat jauh pintar dari aku, kok bisa aku peringkat sembilan, ya?” gumam Yuzuru seraya geleng-geleng kepala melihat sosok berkacamata tapi hasil ujian ada di bawahnya.

Chihiro dan Minami tertawa mendegar pendapat nan begitu polos itu.

“Kok bisa, katanya?! Hahaha!”

“Itu tandanya kamu belajar dengan giat, roommate-ku!”

“Wah, wah, wah! Ada perbincangan menarik apa, nih, sampai-sampai kalian tertawa?” Seorang siswa menghampiri mereka bertiga. “Yahoo! Kenalin, aku Kirishima Kira—ah, kalian tercengang, kan?” Laki-laki itu menunjuk Minami dan dirinya bergantian. “Kami sepupuan, bukan kembaran, kok!”

Yuzuru memegang dada seolah menahan jantung meloncat keluar. “Ada lagi yang namanya Kirishima! Kutukan apa ini, Tuhan!” gumamnya sendiri.

“Kamu ada trauma dengan namanya Kirishima, ya?” Kirishima Kira tertawa geli. “Ayolah, marga Kirishima memang tidak milik kita berdua, kok. Jangan takut, ya!”

Yuzuru hanya menaikkan jempol pertanda tak memperdebatkan nama keluarga dari orang yang pernah dikenalnya.

Minami kembali melanjutkan ‘perkenalannya’ pada dua teman barunya itu. “Yang baru masuk itu… Miwa Umiko. Dia peringkat 18. Ibunya Park Sae Ri, model asli Korea yang mengepakkan sayap di negara kita.”

Tanpa sadar Chihiro bertepuk tangan. “Kirishima-chan hebat! Tidak hanya tahu nama, tapi wajah dan tentang keluarga. Apa kamu memang kenal dengan mereka semua?”

“Tidak, tapi salah mereka dari keluarga terkenal makanya dengan mudah aku mencari tahu tentang mereka. Terutama kamu, Yamashita Chihiro-chan,” jari telunjuk Minami mengarah ke Chihiro, “anak dari keluarga pendiri perusahaan Wagi yang bergerak di bidang perhotelan.”

Chihiro menutup mulut yang hendak menganga. “Aduh, apa usaha ayahanda sebegitu terkenalnya? Wah! Aku merasa tersanjung.”

Sekali lagi Minami mengulurkan tangan. “Meski usiaku baru enam belas, tapi aku memiliki koneksi yang cukup besar. Bagaimana, Yamashita Chihiro-chan? Untuk ke depannya apa kamu mau bekerja sama denganku?”

Sebagai anak tunggal dari sebuah perusahaan terbilang besar, tentu saja Chihiro tidak mau melewatkan kesempatan mendapat kenalan yang memiliki koneksi kuat seperti Minami. Apalagi masalah utamanya Chihiro cukup pemalu terhadap orang asing. Hanya saja sikap pemalunya itu tertutupi oleh tutur lemah lembut yang sudah menjadi ciri khasnya.

Chihiro membalas jabat tangan Minami. “Untuk ke depannya mohon bantuannya, ya, Kirishima-chan!”

“Panggil Minami saja,” balas Minami puas.

Melihat sebuah hubungan ‘kerja sama’ bukan ‘persahabatan’ membuat Yuzuru geleng kepala.

Kira mencolek pundak Yuzuru agar gadis itu menoleh ke arahnya. “Biasakan saja sikapnya, ya? Micchan emang begitu. Jujur dan… bersahabat!”

“Uuh, sepupu dibela.” Yuzuru bergemam dengan bibir hampir tertutup. Jari telunjuk diarahkan ke Chihiro dan Minami bergiliran. “Kalian berdua tengah melakukan afiliasi di depanku! Ajak, dong!”

Baik Chihiro maupun Minami sama-sama terbelalak dan tertawa kemudian melihat Yuzuru menggembungkan pipi.

“Aduh, maaf ya, Yuzuru? Mana mungkin aku melupakanmu!” Chihiro langsung membujuk seraya menepuk puncak kepala Yuzuru dengan gemas.

Minami mengelus dagu. “Lagipula… dari dua-lima murid 1A, hanya data kamu yang terjaga ketat. Aneh, ya?”

Yuzuru menelengkan kepala, bingung. Chihiro dan Kira turut bertanya dalam hati apa maksud perkataan Minami barusan.

“Kitani Yuzuru dari Kota Mito, Ibaraki. Kamu dari keluarga… maaf, biasa—tidak ada hubungan keakraban dengan petinggi atau karyawan AME, tapi bisa dapat nilai bagus dan berhasil mendapatkan beasiswa. Walau datamu terlihat sederhana, tetap saja misterius bagiku!” Minami menundukkan badan, mendekati wajah Yuzuru dengan tatapan selidik. “Kamu… siapa?”

Pertanyaan itu membuat jantung Yuzuru hampir berhenti berdetak. Sesaat pernapasannya tercekal. Banyak pertanyaan bergelut di benak, dan berusaha menjawabnya sendiri. Kenapa Kirishima Minami tertarik mencari informasi pribadinya? Andai gadis itu tahu ia harusnya kelas dua SMP, apa akan dibeberkan ke orang lain? Bagaimana....

“Bagaimana kamu dapat informasi tentangku—tentang seluruh anak 1A?” Yuzuru memberanikan diri bertanya. Daripada penasaran dipendam, lebih baik diungkapkan.

Minami menarik badan, berdiri dengan tegap seraya melipat tangan di depan dada. “Itu karena aku punya skill hacking.”

Mulut Yuzuru menganga. Chihiro pun juga turut terkejut—tapi tangannya spontan menutup mulut.

“Tenang saja, kok! Hacking itu seperti membuka brangkas dengan kunci khusus, membaca berkas yang diperlukan, lalu menutup brangkas itu lagi dengan rapi.” Minami menjelaskan perbuatannya agar dua teman baru tidak menjauhinya.

Sekujur tubuh Yuzuru membeku. Sebelum masuk asrama, Kepala Akademi sudah menegaskan padanya untuk tidak mengungkapkan jati diri. Tentang dia yang harusnya kelas dua SMP. Tentang dirinya yang pernah ikut ujian sebelum dinyatakan lulus SD. Tentang SMP-nya dulu. Semuanya. Karena identitas Yuzuru sudah ditutupi dengan data palsu. Tanggal lahir, tanggal kelulusan SMP. Semua itu hanya tercatat di data sekolah. Andai ada orang lain yang mencari identitasnya di luar, tentu akan menemukan persimpangan informasi begitu jauh.

‘Kirishima Minami. Berbahaya! Aku harus laporin hal ini ke Pak Toyosaki!’

“Bagaimana, Kitani Yuzuru-chan? Apa kamu mau mengakui suatu hal? Bahkan dengan badanmu yang begitu mungil ini membuatku tak yakin bahwa kamu kelulusan SMP.”

Yuzuru melangkah mundur, tapi tatapannya tak jatuh sama sekali. Ia harus tetap tegar menghadapi intimidasi kuat dari orang yang lebih tua darinya.

“Hentikan, Miichan!” Kira menarik pelan lengan Minami agar menjauh sedikit dari Yuzuru. Saat itu juga Yuzuru dapat bernapas lega. “Kamu membuatnya takut. Kitani tidak seperti orang yang biasa kamu temui.”

Minami terkekeh, menghapus raut menakutkan di wajahnya. “Maaf, ya? Aku hanya mengetes. Jangan dipedulikan kalimatku barusan. Tenang saja, satu-dua tahun, aku yakin kamu akan tumbuh menjadi gadis cantik kelak! Kata orang pertumbuhan anak gadis lebih cepat saat menginjak masa SMA!”

Kedua mata Yuzuru menyipit saat Chihiro tertawa geli mendengar pendapat Minami. “Merasa dejavu. Dua kali kudengar kalimat yang sama dari orang yang berbeda. Segitu kecilkah badanku ini?”

Kira mengangguk seraya memperhatikan Yuzuru lekat. “Hm, benar juga. Bahkan tak ada tanda tonjolan di depan. Harusnya usia lima belas-enam belas sudah ada sedikit—”

Minami menepuk kepala belakang Kira. “Dasar mesum!”

Kira langsung menundukkan kepala di depan Yuzuru. “Maaf.”

Dengan polos Yuzuru meraba-raba tubuh depannya dari dada hingga perut beberapa kali. “Hoo, buah dada? Saking gak adanya aku tak terpikirkan.”

Chihiro langsung membalikkan badan Yuzuru agar tak diperhatikan Kira ataupun anak laki-laki lain. Pipinya memerah dengan tingkah lugu sang teman sekamar. “Hati-hati dengan sikapmu itu, Yuzuru!”

“Jangan-jangan kamu cowok!” terka Kira sekedar bercanda.

“Enak aja!” Yuzuru seketika kesal. Kedua tangannya langsung memegang ujung rok, mengangkatnya sedikit. “Mau bukti?”

Tidak hanya Chihiro, kali ini Minami turun tangan menghentikan tingkah terlalu polos Yuzuru.

“JANGAN!”

Writer's Corner

Halo! Apa ada yang masih belum tidur? Soalnya aku update jam 9.26 PM. Mungkin udah ada yang tidur, atau ada yang masih terjaga, tapi lagi sibuk suatu hal? Kapan pun tak masalah baca update-an ini, yang penting udah UP!

Aku sangat SUKA nulis bagian kepolosan Yuzuru. Terkadang anak itu sangat peka sama lingkungan, tapi bisa juga bertingkah polos karena emang gak tahu apa pun.

Adegan di akhir bisa kalian bayangkan gimana reaksi Chihiro dan Minami saat Yuzuru hendak menyingkap roknya? Jujur aku bayanginnya ngakak!

Oot, pertanyaan buat pembaca cewek, awal pertama haid kapan, ya? 🤣 Aku sih kelas 2 SMP (lol)
Dengan pengalaman sendiri, makanya aku buat Yuzuru benar² telat masa pubernya wwww!
Kalau kalian tanya kapan, mungkin di tahun kedua di AME aja Yuzuru pubernya, ya! XD www
Soalnya aku mau puas-puasin kepolosan Yuzuru di tahun pertama sama teman sekelasnya. Dia itu adik buat 1A. Anak bontot tersayang, gitu 🤭

Gimana kesan kalian tentang bab kali ini?

Di penghujung bab, sekali lagi, kasih krisaran kalian, share, dan follow akun penulis!

Jangan Plagiasi!
Baik itu karyaku maupun karya orang lain!
Hargai setiap karya orang!

Sampai jumpa di bab selanjutnya!

(*´▽')ノ♡

ALana
26.12.2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top