1| Alien itu Jatuh!

Gak ada angin badai, gak ada hujan, tiba-tiba aja ada suara bedebum besar di luar. Sedikit ada goncangan kecil di lantai aku duduk. Kayak gempa bumi kecil; kayak pohon ditebang menghantam tanah. BUM! Malam-malam gini siapa sih yang gak ada kerjaan nebang pohon? Lembur, Pak?

Penasaran, aku keluar dari kamar, bertepatan banget kepala Ibu melongok dari kamarnya juga. "Apaan tuh?"

Kami hanya tinggal berdua di rumah yang cukup besar ini. Ibu orangnya was-wasan, tapi untung aja beliau gak jantungan tiap kali ada suara aneh-aneh begituan. Yaa pokoknya suara asing yang bikin alarm waspada kepala berdiri. Ayah keluar kota, kerja. Anggota keluarga terakhir hanya Miyaw---si kucing belang tiga.

"Tetangga nebang pohon?" tanyaku dengan nada agak cuek, padahal jantung berdesir kencang. Aku baru berusia tiga belas, tapi aku terbilang tenang menghadapi keadaan, tidak takut apalagi menjerit seperti anak perempuan kebanyakan.

"Rasanya gak ada," jawab Ibu balik lagi ke kamarnya. Tidak lama beliau keluar dengan kepala udah ditutupi jilbab.

Aku sergap ambil sapu, memegangnya erat-erat dengan dua tangan kecilku. Dengan penuh keberanian aku melangkah cepat ke dapur. Ada pintu menuju keluar di sana. Namun aku tidak ceroboh, aku menengok ke jendela terlebih dahulu. Mataku terbelalak!

"Apaan tu?" gumamku begitu penasaran.

"Apa?" tanya Ibu dengan suara sedikit bergetar. Beliau ikut menengok. Mulutnya menganga.

Tanganku tanpa kenal takut sudah memutar kait kayu, menarik daun pintu. Kukenakan sendal, melangkah pelan-pelan di tanah lembab. Ibu menyeru namaku dengan suara tertahan. Aku mengabaikan peringatannya. Aku masih merasa 'aman' karena ada sapu di tangan.

Sebuah benda bulat besar jatuh tepat di halaman belakang rumahku. Saking besar dan berat, benda ini tertanam seperempatnya ke tanah. Sekitar tiga meter terlihat jelas benda bulat ini jatuh dan berguling sehingga rumput hancur bercampur baur dengan tanah cokelat basah.

Permukaannya seperti bola sepak kaki. Tampaknya juga terbuat dari besi atau apapun itu pokoknya terlihat sangat kokoh. Aku mengetuk-ngetuk permukaannya dengan ujung sapu. Tidak bersuara, jelas karena benda ini sangat 'padat' seperti batu.

"Ja-jangan-jangan... meteor?!" Aku rasa kedua mataku kini berbinar penuh harapan. Menjual batu meteor kecil saja akan dapat puluhan juta, apalagi batu setinggi badan orang dewasa? Mendadak jutawan nih judulnya!

Tiba-tiba aja asap mengepul sekeliling batu meteor besar itu. Pundakku ditarik ke belakang. Ibu memelukku dengan badan bergetar. Aku sekonyong-konyongnya meluruskan sapu layaknya pedang. Yang benar aja kalau benda ini monster yang jatuh dari langit? Sapu kayu gak ada tandingannya! Harusnya tadi aku ambil perang aja sekalian! Iih, kayak aku berani aja! Ada lipan masuk rumah aja Ibu yang urus! Hueee!

Tiba-tiba, lagi, bagian atas bola besi itu terangkat. Asap semakin mengepul keluar dari dalam 'tubuhnya'. Ada cahaya dari dalam situ. Agak silau, tapi hanya sesaat. Tidak lama ada sosok yang melangkah keluar.

"A-a-a-a-a-a-lien???"

Dibilang alien pun... dia malah mirip manusia! Rambut abu-abunya berantakan. Kulitnya pucat-tapi lebih terlihat transparan biru. Setinggi aku. Dia punya badan, tangan, kaki, dan kepala seperti manusia biasa. Tapi ada satu hal yang buat aku yakin dia alien... bola matanya seperti Miyaw! Semua ciri-ciri itu sama persis dengan catatan mendiang Engkong!

"O-ghok-ghok..."

Aku melongo. Tadi itu... suara batuk?

"Huha-ha-ha-ha! Vheskas autrom miyawu xtremkaaaa! Pribanstra krovestra pro dada!!! Ha-ha-ha!"

Lah ngomong apa dah ni bocah? Wiskas? Miyau? Dada?? Hoo, dengan wiskas, kucing dapat berdada-maksudnya berotot gitu? Ternyata ada gunanya aku belajar bahasa Alien dari catatan cacing Engkong.

Dengan bahasa planetnya sosok asing itu terlihat bangga setelah keluar dari bola raksasa. Bahkan suaranya seperti suporter menyoraki tim lawan. Kalau pakai bahasa Inggris, aku yang masih SMP ini masih ada lah ya ngerti dikit-dikit. Lah ini? Gajebo-gak jelas banget bo!

Alien itu menoleh dengan tatapan sinis ke arah Ibu dan aku. Mungkin karena makhluk itu 'aneh' kami tidak jadi takut. Aku bisa tahu dari pelukan Ibu tidak ada gemetar kayak akupuntur elektrik di leher. Lalu dengan sengaknya ia menunjuk kami, diikuti kepala mendongak ke atas.

"Pribanstra! Vreja pro serja kresa moreta daferba ta! Sosen priban so pribanstra preka dada, pro, sewanda viktario~ kro yosen ta! Pro drasen fro deba krimerai ta, da? Hu-ha-ha!"

Aku menunjuknya dengan ujung sapu. "Dari tadi ni anak ngomong apa sih? Dada mulu. Mau makan dada ayam ya? Udah malam. Kedai pada tutup semua di sini. Ih, telat kalau mau minta makan, tuh. Ceplak telur aja ya!"

"Ha?!"

'Ha?!' katanya? Kalau urusan protes kayaknya mau dari negara mana pun, mau alien sekalipun ungkapan protesnya sama ya?

"Oh!" Ia mengambil sesuatu dari kantong bajunya yang terbilang ketat, mirip pembalap F1 dengan versi seluruh permukaannya licin seperti baju disko berbi. Agak berkilat juga lagi! Dia memasang earphone tanpa kabel ke telinga. Earphone bluetooth kali, ya? Ada micnya tertempel ke pipi, agak dekat ke bibir. "A-a-a." Ia bicara seperti tes mik masjid. "Malam, penduduk Bumi! Maaf sudah mengganggu waktu malam kalian-ah, untuk apa aku harus minta maaf pada makhluk yang akan segera punah?"

Kayaknya earphone itu alat canggih yang bisa buat si pengguna bisa bertukar bahasa. Mungkin?

Ibu melepaskan pelukannya, mendorong pundakku dari belakang. "Pukul gak papa, Mil, Ibu ijinin."

Darahku memuncak dong kalau dibolehin gelut! "Wokeh!" sahutku semangat sambil naikin tangkai sapu.

"Heh! Anak Bumi! Berani juga kau denganku? Tapi boleh juga. Akan kuperlihatkan kekuatanku untuk memusnahkan Bumi. Berbanggalah! Karena kau akan jadi orang pertama."

Makhluk asing itu mengetik-ngetik jam tangannya, lalu meluruskannya ke hadapanku. "Terima ini!"

Tidak ada yang terjadi. Hanya semilir angin malam menggelitik kuduk.

Alien itu terlihat panik. Terus-menerus menekan tombol yang ada di jam tangannya. Tiba-tiba saja di atas jam itu keluar cahaya, seperti layar tembus pandang yang pernah kulihat di film-film sci-fi.

[Titik xxx-0000-xxx-000. Suhu 34/25 derjat. Cuaca sedikit berawan. Anda tidak perlu membawa payung keluar. Cuaca esok hari-]

"Akh, sial!" Alien itu melepas jam tangan canggihnya, melemparnya begitu saja ke tanah. "Barang tidak berguna! Apanya yang keluar api?" Ia masuk ke bola besar itu lagi. Terdengar kasak-kusuk dari dalam.

Aku menoleh ke dalam bola besar itu. Si Alien tengah mencari entah apa itu sambil menerbangkannya keluar jika bukan itu yang dibutuhkannya.

"Sial! Kenapa semua barang gak berguna yang diberikan Lektor?! Senjata api atau benda tajam pun tidak ada! Sial! Sial! Aku dipermainkannya! Sial! Sial!"

Aku tertegun. Alien itu meneteskan air mata. Alien itu menangis terisak seperti anak kecil. Alien itu berlutut, menghentak-hentakkan dasar bola sekuat tenaga. Alien itu... tampak putus asa.

"Aku... dicampakkan..."

"Kataku jatuh sih, Bang," ujarku spontan teringat kata mutiara meme yang suka dilontarkan sahabatku di kelas.

Jelas, bola ini jatuh, bukan seperti pesawat alien yang digambarkan para penggemar UFO yang terbang seperti piring, lalu cahayanya dapat menarik benda-benda masuk ke pesawatnya.

Alien itu menukik tajam tatapannya padaku. "Puas kau? Merasa menang, hah?! Jangan bangga dulu melihat ku terpuruk! Sudah tiba di Bumi, bagaimanapun, aku akan menghancurkan kalian! Tanpa alat pemusnah pun aku kesatria muda kerajaan! Leher kecilmu itu dengan mudah kupatahkan!"

Geram, kutoyor-toyor kening alien congkak itu dengan ujung sapu. "Ayo sini maju lu, kata gua! Kecil-kecil gini aku ketua preman anak-anak sini!"

Tangisan alien itu malah menjadi-jadi. "Hweee sial kau! Tunggu aku isi perut dulu! Capek tahu, terbang sebulan gak bebas gerak!"

Aku mengamati seisi 'pesawat' bola yang hanya setinggi alien itu. Hanya ada satu kursi, layar di sekelilingnya, lalu banyaknya sampah bekas makanan dan... "Ukh, bau!" Aku baru sadar di dalamnya banyak baju daleman yang tergeletak bersama sampah. Pun aku mundur, kembali ke sisi Ibu. "Gila, ni alien bau, Bu!"

Ibu hanya melongo. "Beneran alien? Kok gak kayak tuyul kayak di tipi-tipi? Gak ada idung kek poldemot di heri poter? Ni malah anaknya ganteng, Mil. Anak dari Amerika kali, atau Eropa?"

"Kulitnya biru gitu!? Alien kataku sih, Bu! Persis kayak catatan Engkong."

Ibu menoyor kepalaku. "Kamu kemakan cerita hayalan Engkong mah, kata Ibu. Kulitnya pucat karena kelamaan dalam tu bola, kali."

Yaelah, Ibu malah ketularan gaya bicaraku!

Ibu menengok keadaan si alien. Aku juga turut menghampiri pintu dari bola besar itu. Si alien masih tersungkur, menangis seperti orang yang udah kehilangan segala-galanya di dunia ini. Hm, emang sih, dia gak punya apa-apa di dunia ini, kan dia alien!

"Jangan nangis, Nak. Yuk masuk dulu. Ntar ceritain aja semua ke Ibuk, ya? Yuk!"

Yaelah, ibu aku membujuk si alien kayak anak tersesat. Si alien meringsut ke arah Ibu. Sebengis apapun orang kalau lapar pasti nurut kalau diajak makan, ya? Wah, aku harus umpetin semua benda tajam di dalam! Bisa gawat kalau ni alien beneran mengancam kedamaian Bumi. Perang antarnegara di seberang aja kaga berakhir sampai kiamat! Ni anak malah mau nambah beban dunia! Parah sih kataku. Lebih parah lagi Ibu tanpa waspada membawa masuk makhluk asing ke rumah kami.

Kataku sih, Ibu emang orang yang paling baik sedunia. Cacian apa aja datang tidak dianggap. Biar banyak godaan dari bapak-bapak kesepian di sini, sebagai wanita yang sering ditinggal suami pergi kerja, Ibu dengan elegan menolak mereka semua.

"Sori aja, kalian gak selevel, gak seganteng suami aku!"

Padahal tampang bapak biasa aja. Pulang juga gak bawa sekoper duit, cuman pakaian kotor. Kalau udah cinta semua terlihat indah, kata orang gitu sih.

Ibu menuntun alien itu masuk. Mengusap-usap kepala, punggungnya, benar-benar bersikap baik ke anak tersesat itu! Sebagai anak muda satu-satunya di rumah, aku harus siap siaga menghadapi apapun yang terjadi nantinya. Terutama bom waktu ini. Si alien yang belum aku ketahui namanya.

Catatan Penulis

Hawoooooo!!!

Kali ini aku keluar dari genre peridolan bentar!

Cerita komedi buat kalian yang masih SMP! Nih cerita yang cocok buat kalian, bukan cerita cinta²an kaga jelas! :v

Yuk, tombol like, masukin ke daftar bacaan!

Up random :V

Meme hari ini

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top