Day 8: Pesan
Drabbletober2019 || Fanfiction || BoBoiBoy || BoBoiBoy FanFiction || BoBoiBoy Api || AU || Hurt-Comfort
[Day 08 - Prompt: Pesan]
.
“Setitik Sesal”
.
BoBoiBoy © Monsta
Fanfiction by Cuzhae
FanArt punya Kirata28
.
.
.
Sebuah sentakan hebat menghantam dada Api begitu keras dan amat sakit. “AARGH! SA-SAKIT!” jeritan pilu mengaung di antara kobaran api yang kian membesar. Api mencengkeram dadanya dengan harapan rasa sakit di dadanya cepat menghilang.
Mendadak ia tersadar dari pengaruh jahat setelah rasa sakit di dadanya telah hilang. Kemudian pandangan netra beriris oranye tersebut menyapu ke sekeliling dan melihat kekacauan yang ada— Api yakin itu hasil dari pekerjaannya.
Masih dalam kebingungan atas apa yang sudah terjadi, tak sengaja mata Api menangkap sosok yang tidak asing dengan balutan serba aqua.
“Air ..?”
Hati terasa ngilu kala melihat Air penuh dengan luka serta berdarah. “Apa.. yang sudah aku.. perbuat?”
Mengapa Api bisa melukai sahabatnya, 'adik'nya? Padahal ia sudah berjanji tak akan pernah mau melakukan itu. Bahkan semua sudah memperingatinya:
“Air itu sebenarnya tak pernah berpikiran untuk menyakitimu.” — Halilintar pernah berkata begitu.
“Dia hanya mencoba menarik perhatianmu, Api. Meski lewat ejekan, sih~” — Taufan juga memberi pengertian kepada Api supaya tidak salah paham kenapa omongan Air yang sering menyulut emosi.
“Tak ada yang salah dengan hubungan kalian. Hanya saja kamu di sini sebagai 'kakak' harus dapat melindungi para 'adik'mu.” — Gempa menasihati dengan lembut.
“Hm? Kalian berdua itu kompak, kok. Jadi, mana mungkin saling berkelahi, iya 'kan?” — Daun bahkan percaya.
“Aku tahu dalam dirimu ada jiwa pemberontak dan penjahat, tapi aku yakin ... jiwa seorang hero lebih besar dibandingkan semua sifat jelekmu itu.” — Cahaya melontarkan sindiran yang tak lebih sebagai bentuk kepercayaan juga.
Tapi kenapa Api tidak mengingat semua perkataan itu, seolah lenyap begitu saja. Dia begitu larut dalam amarah sehingga lupa diri. “Tak mungkin.. semua ini tak mungkin. TIDAK MUNGKIN!”
Memandang tangan yang berlumuran darah dengan raut menyesal. Lutut begitu lemas, memaksa Api bertekuk di hadapan tubuh Air yang sudah terkulai.
“Maaf.. Maaf.. Maaf..,” Api terus meracau. “Buka matamu dan kau boleh menghajarku sesukamu. Bangun, Air! Aku tahu kau tak selemah itu ... BANGUN!”
“... Maaf.”
.
.
.
.
.
Ini sambungan dari “Kembalikan Seperti Sedia Kala” (day 6 - prompt: sengal), orz :"))
Dan akhirnya jumlah kata bablas. Kurasa feel-nya nggak dapat sama sekali T^T
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top