Beauty and The Beast : Lost in Atlantis
Attention :
Cerita ini mengandung adegan alay, ilmiah, tidak masuk akal, tidak masuk otak dan tidak masuk sempak. Terinspirasi dari FTV dubbing alay ala Indo*siar dipadu dengan beberapa manga yang gaje. Siapkan ember dan tissue sebelum baca, untuk persiapan mual, menghapus air mata, air liur dan air yang lain karena baca cerita ini. Hal-hal yang diakibatkan karena membaca cerita ini adalah di luar tanggung jawab penulis.
Beauty and The Beast : Lost in Atlantis
Tok! Tok!
"Belle! Keluar dulu, Nak! Sudah waktunya makan."
Seorang wanita setengah baya berambut hitam dan sedikit uban dengan pakaian dari kain katun kusam berada di luar kamar.
Bum!
Suara ledakan dari dalam kamar, menggetarkan pintu dan mengagetkan wanita berwajah pucat tadi.
Tak lama pintu terbuka, asap putih mengepul keluar dari dalam ruangan, lalu sesosok wanita dengan wajah dipenuhi cemong muncul dari dalam menembus kepulan asap.
"Uhuk! Ada apa, bu?" katanya sambil mengusap-usap mata, rambutnya acak-acakan.
"Belle, sudah siang, waktunya makan!"
"Ibu, makan itu karena lapar, bukan karena waktu. Saat lambung kosong dan tubuh bereaksi karena asam yang keluar, dan otak memberi sinyal untuk segera memasukan sesuatu ke mulut dan..."
"Ya ya ya, tapi perutmu pasti sudah kosong!" wanita itu mengeluarkan kain dari kantong bajunya dan mengelap muka puteri kesayangannya itu, "Belle, kalau kau begini terus, kapan kamu akan menikah."
Setelah diusap oleh ibunya dan kotoran di wajahnya hilang, wanita muda yang wajahnya cemong tadi kini terlihat cantik.
Sri Ayu Sekar Sambala Sambelledo, biasa dipanggil Belle, dia wanita muda yang tinggal hanya dengan ibunya, Jennifer Denok Deblong. Ayahnya, seorang mantan Tumenggung dari Kerajaan Anupura Diraja, sudah lama meninggal karena perang.
Dia tertarik dengan ilmu kimia dan fisika yang digabungkan dengan sihir. Hampir setiap hari dia berada di kamar rumahnya, membuat benda ajaib, mencampurkan beberapa larutan kimia, dari campuran Natrium Hidroksida dengan larutan air garam atau Natrium Klorida, dengan air raksa yang dicampur air rendaman kutang ibunya.
Sudah beberapa kali dia berhasil menciptakan sesuatu, tapi impiannya adalah bisa menciptakan ramuan pemanggil naga.
Ya, di wilayah Kerajaan Anupura, naga adalah kendaraan pribadi yang mewah. Belle mempunyai impian bisa mendirikan perusahaan atau dealer naga sendiri, karena keadaan ekonomi keluarganya sulit. Ternak naga juga susah, naga hanya akan bertelur dua atau tiga kali seumur hidupnya dan butuh bertahun-tahun buat menetas, dan naga yang mengeram butuh banyak makan, bisa satu ekor sapi setiap hari. Sedangkan Belle hanya punya satu naga peninggalan ayahnya, itu juga naga pendek, boncel dan jelek.
"Ayolah, makan dulu, terus belikan ibu bahan makanan di pasar."
"Ya, baiklah, bu."
Tak lama mereka berdua berada di meja makan setelah Belle mencuci muka dan ganti baju. Terlihat wajah Belle sangat cantik untuk seorang wanita muda yang jarang berdandan. Rambut hitam panjangnya disanggul sederhana ke belakang, meski memakai baju yang jauh dari feminim, namun masih terlihat anggun.
"Belle, ibu dapat surat dari keluarga Demang Robert Wiro Sambel, putranya yang bernama Raden Johns Semprul itu mau melamarmu."
"Ooh." Belle hanya mengangguk-angguk lalu meneruskan menyantap tiwul di hadapannya.
"Lha, kok cuma ooh," Denok menggelengkan kepalanya, "Belle genduk cah ayu, kalau kamu menikah dengan anak demang kan bisa membantu keadaan ekonomi kita yang lagi surem ini. Uang pensiunan bapakmu ndak cukup buat hidup kita."
"Bu, aku tidak suka dengan si Semprul itu, lagian aku masih bisa menjual hasil penemuanku itu, kok."
"Iya, tapi dapatnya ndak seberapa, apalagi kamu sudah nolak banyak lamaran, Nak. Sudah 234 lamaran kamu tolak, pamali, lho, ndak elok."
"Iya, Ibu, nanti aku cari jodohku sendiri." Belle beranjak dari meja makan lalu mengambil kertas daftar belanjaan dari ibunya di meja, "aku ke pasar dulu, Bu."
"Iya, hati-hati, Nak."
Denok hanya memandangi putrinya sambil menggelengkan kepala, dia membereskan bekas makan mereka sambil menggerutu sendiri.
"Oalah, nduuuk, ayu-ayu kok pecicilan ngono, to."
(Oalah, Nduk -genduk, panggilan kepada anak perempuan, jawa- cantik-cantik kok urakan gitu, ya).
Denok meneruskan pekerjaan rumahnya sambil bersenandung lagu I'll waitin at Stasiun Balapan.
...
Langit biru cerah tanpa awan hitam, hanya beberapa kumpulan awan berarak seolah beradu lari tertiup angin. Belle mengangkasa di atas punggung naganya, memandang bukit-bukit hijau dan sungai kecil yang mengalir di bawahnya.
Angin menerpa wajahnya, sanggulan pada rambut hitamnya terlepas, rambut panjangnya tergerai. Dia begitu anggun, terlihat kontras dengan tunggangannya, naga boncel, mendiang ayahnya memberi nama Cahyono.
Naga jenis baby dragon, meski dari namanya seperti bayi, tapi dia bukanlah bayi naga, naga ini tidak bisa tumbuh sebesar naga lain, besarnya hanya sedikit lebih besar dari keledai. Tapi gerakan Cahyono ini sangat gesit dan lincah.
Tiba-tiba seekor naga terbang dengan cepat menyusul Belle dan Cahyono, naga besar berwarna hitam dan bermata merah dengan sayap lebar. Dipunggungnya, seorang pemuda dengan pakaian bangsawan, tersenyum genit sambil mengangkat sebelah tangannya.
"Belle! Haii!" sapa pemuda itu, sambil mengedipkan sebelah matanya, "mau kemana?
Dia adalah Raden Johns Semprul, pria bangsawan yang ingin melamar Belle. Wajahnya lumayan tampan, tapi dia agak bodoh.
"Hanya pergi ke pasar." jawab Belle enteng.
"Wah, ke pasar kok ga ajak-ajak, to, Cah Ayu." John mengendarai naganya semakin mendekati naga milik Belle, hingga sayap keduanya hampir bersenggolan.
Cahyono, naga milik Belle yang lebih kecil sedikit terpental karena kepakan sayap naga milik John. Belle mendengus kesal, lalu memacu Cahyono lebih cepat meninggalkan John Semprul.
John tidak mau ketinggalan dan kembali menyusul Belle. Terjadi kejar-kejaran naga di atas awan.
"Kau tidak bisa lari, Cah Ayu!" teriak John di belakang Belle.
Belle yang semakin kesal mengambil tongkat sihir ciptaannya yang dari tadi menempel di punggungnya. Sebuah tongkat sepanjang delapan puluh sentimeter dengan batu akik jenis kalimaya di ujungnya. Lalu dia mengarahkan pada John Semprul yang terus mengejarnya.
"Adem njilem!"
Belle mengucapkan mantra dan cahaya biru gemerlap terpancar dari ujung batu tongkatnya, menerpa sayap tunggangan John.
"Tidaaak!"
Seketika sayap naga John beku berselimut es, lalu jatuh hingga menerpa pohon-pohon di bawah mereka.
Belle tersenyum, menaruh kembali tongkatnya di punggung dan meninggalkan John Semprul.
Sementara itu John Semprul terlihat kepayahan, berusaha berdiri setelah jatuh menimpa pepohonan bersama naganya. Untung masih selamat meski dedaunan terselip di baju dan rambutnya.
"Puah!" John Semprul meludah karena daun cabe menempel sidi mulutnya. "Awas, kau, Cah Ayu! Akan ku dapatkan kau!"
John berteriak mendongak ke atas, kepalan tangannya diangkat tinggi-tinggi.
Pluk...
Seekor burung berak diatas John dan kotorannya menempel di wajahnya.
"Kampreeet! Puah! Puah!" John menunduk mengusap-usap wajah tampannya yang ternodai tahi burung.
Krataaak... Buk!
"Aduh!" sebuah ranting besar jatuh menimpanya.
...
Belle mendarat di sebuah lapangan luas berumput, di tengahnya terdapat papan bertiang tinggi bertuliskan PARKIRAN NAGA dengan aksara jawa.
Terdapat tiang-tiang pancang untuk mengikat naga, sebagian sudah penuh dengan naga-naga yang diikat.
Belle turun dari Cahyono dan menuntunnya ke sebuah tiang lalu mengikatnya di sana.
Seorang pria petugas parkir dengan telinga yang ditindik sebelah datang menemui Belle dan menyerahkan nomor parkir lalu Belle memberinya uang.
"Kurang ini, Mbak!"
"Lho, biasanya segitu, Mas."
"Sekarang kan hari Kliwon, Mbak. Hari pasaran Pasar Ndodok ini."
"Ya sudah..." Belle kembali merogoh kantong dan memberi uang lagi pada petugas.
"Sip, terimakasih, Mbak."
Belle hanya menatap sambil mengangkat alisnya, lalu berjalan masuk ke dalam pasar.
Pasar Ndodok adalah pasar yang besar dan megah di Kerajaan Anupura Diraja. Dikelilingi tembok dari batu alam yang menjulang tinggi, pintu masuknya besar, di dalamnya penuh dengan toko-toko dan lapak-lapak pedagang berjejer rapi. Lantainya bersih mengkilap terbuat dari marmer.
Dimana-mana penuh papan iklan yang memamerkan berbagai produk, dari mulai Keris cap Kuda Lumping yang sangat terkenal karena pamor atau lapisannya terbuat dari batu meteor, sampai iklan Jamu cap Ayam Kate.
Seperti kata petugas tadi, hari ini hari Kliwon, hari dimana puncak keramaian di Pasar Ndodok karena pedagang dari luar kerajaan boleh berjualan di sini.
Kadang pedagang dari negeri yang jauh dan membawa barang-barang langka bisa ditemui disini saat Kliwon.
Belle mendatangi toko kebutuhan sehari-hari langganan ibunya, lalu menemui penjaga toko dan memberinya daftar belanja.
"Nanti saya ambil, Mas. Mau saya tinggal dulu, muter-muter."
"Oh, oke, Mbak!"
Pasar Ndodok begitu ramai dan kali ini kebanyakan yang diserbu oleh pembeli adalah pedagang-pedagang pendatang.
Belle duduk menikmati seduhan kopi luwak di depan sebuah kedai kopi bertuliskan SETAR MBAK sambil melihat berkeliling dan pandangannya jatuh pada seorang wanita pedagang berpakaian aneh. Pakaian yang belum pernah dia lihat sebelumnya, kulit dan rambutnya juga berbeda dengan orang-orang yang pernah dia lihat. Daritadi dia perhatikan, tidak banyak pembeli yang mendatanginya.
Belle menaruh kopinya, lalu berjalan menuju wanita penjual tadi. Dia belum terlalu tua, wajahnya cantik dengan tatapan tajam, kulit putih, hidung mancung dan berambut cokelat panjang. Dia mengenakan kain hijau yang diikatkan menutupi kepalanya. Dia juga mengenakan kalung-kalung berwarna hitam.
"Mari sini, Nona. Silahkan lihat-lihat, saya membawa barang-barang yang belum pernah ada disini." kata wanita itu pada Belle yang terlihat mendekati lapaknya.
Belle mendekat dan melihat-lihat, "Ibu berasal dari jauh, ya?" katanya sambil mengangkat sebuah bola kristal yang gemerlap diterpa cahaya.
"I... iya." wanita itu mengangguk dan beberapa kali terlihat menengok ke kanan kiri.
Belle terlihat takjub dengan benda-benda aneh di depannya. Ada sebuah kotak kecil yang mengeluarkan bunyi musik jika dibuka tutupnya, tapi bukan musik gamelan yang biasa ia dengar di sebuah kedai, yang dibawakan oleh grup musik bernama NIYAGA.
Lalu beberapa kalung-kalung aneh dengan bandul bermotif tengkorak. Pantas saja jualannya tidak terlalu ramai, orang-orang sini tidak terlalu tertarik dengan barang seperti ini, kecuali Belle tentunya.
Belle tertarik pada deretan botol-botol kecil dan beberapa benda di depannya. Sepertinya ini larutan kimia, Belle mengambil sebuah dan melihatnya. Dan benar, beberapa bahan yang jarang ditemui.
"Ini harganya berapa, Bu?"
Sesaat wanita penjual itu tidak mendengar pertanyaan Belle, matanya masih memandang berkeliling, "Eh, ya, Nona? Bagaimana?"
"Anda sedang menunggu seseorang?"
"Ah, tidak. Anda bertanya itu, ya? Harganya dua benggol saja."
Belle mengernyitkan dahi, karena benda yang ditunjuk bukan yang tadi ia maksud.
"Apa anda punya sesuatu yang istimewa? Selain yang disini tentunya." kata Belle sambil memandangi benda lainnya.
"Tidak ada, semua ada disitu."
Saat Belle sedang melihat-lihat, seorang pria berpakaian bangsawan datang mendekati wanita penjual itu. Mereka berdua bercakap-cakap dan si pria jelas berasal dari wilayah sini.
Wanita penjual itu mengeluarkan sebuah benda dari sakunya, kotak berwarna hitam dan menyerahkan pada pria tadi. Belle melirik dan pura-pura tidak mendengar. Dia hanya mendengar sesuatu tentang 'sperma naga'!
Setelah itu si pria pergi, dan Belle diam-diam mengikutinya. Pria tadi masuk ke gedung SINEMA 212, tempat orang-orang menonton pertunjukan wayang kulit, dan lakon hari ini adalah GATOTKACA AND THE HALF BLOOD PRINCESS.
Pria tadi membeli tiket masuk dan duduk di bangku panjang menunggu acara di mulai. Kotak yang dibawanya tadi entah karena dia teledor ditaruh di sampingnya.
Belle duduk di samping pria tadi tapi menghadap ke arah berbeda, pria itu melirik sebentar tanpa curiga, kotak tadi berada diantara mereka. Dan saat si pria lengah, Belle membuka kotak tadi dan mengambil isinya. Sebuah botol kecil berisi cairan putih kini berpindah tangan, lalu Belle pergi dari situ.
Gong!
Bunyi gong menandai bahwa pertunjukan akan dimulai, pria tadi bangkit dari duduknya, mengambil kotak hitam miliknya dan membawa serta ke dalam ruangan pertunjukan.
Dia duduk di sebelah seseorang yang pakaiannya hampir sama dengannya, lalu menyerahkan kotak itu padanya.
Seorang pria agak tua berkumis lebat berpakaian bangsawan komplit dengan kain batik sebagai sarungnya, dia Demang Robert Wiro Sambel, ayah Raden John Semprul.
Demang Robert terbelalak saat membuka kotak, "Lho, kok kosong? Malah isi daun bayam selembar, ini apa maksudnya?"
"Lho, kok bisa?" kata pria yang tadi.
"Yo, Mbuuuh! (Ga tahu)."
"Wah, saya tanyakan lagi sama pembawa benda ini, tapi apa mungkin dia menipu? Dia kan agen terpercaya."
"Yo, cari sana, pekok tenan! (Bodoh bener)."
Pria tadi keluar dari gedung dan segera mendatangi penjual benda-benda aneh tadi yang ternyata agen yang disuruh seseorang untuk mengantarkan benda itu padanya.
"Kok isinya malah daun bayam? Kalau kamu menipu dan menghilangkan benda itu, bisa celaka kamu!" kata pria suruhan Demang Robert pada penjual tadi.
"Tapi saya tidak berbohong! Isinya benar-benar asli! Bahkan sebelum saya serahkan pada anda, isinya sudah saya periksa. Saya tidak mungkin berbuat hal yang bisa mencelakakan diri saya sendiri."
"Lalu siapa yang mengambilnya?"
"Bukankah benda itu dari tadi selalu dipegang oleh anda?"
Pria suruhan itu menekan jidatnya dengan jari, mencoba mengingat-ingat. "Oh!" Tiba-tiba matanya terbelalak, "aku sempat menaruhnya sebentar sebelum masuk menonton wayang untuk bertemu tuanku."
"Lalu apakah ada seseorang yang mendekati anda?"
"Ada! Seorang wanita cantik berambut hitam panjang memakai baju yang sama sekali tidak cocok untuk wanita, dan dia menaruh sesuatu di punggungnya."
Wanita penjual itu ikut melotot, "seperti tongkat?"
"Yaaa, itu!"
"Wanita itu ada disini waktu saya menyerahkan benda itu pada anda! Dan dia juga menghilang saat anda pergi."
"Pasti dia! Bantu saya mencari! Kamu kesana, aku kesana!"
Pria berpencar dengan si wanita penjual, berlari-lari mencari Belle yang kini entah dimana. Setelah agak lama, dia melihat Belle sedang menaruh barang belanjaan di punggung naganya dan bersiap pergi.
"Woi! Tunggu!"
Belle yang melihat pria tadi mengejar, segera menaiki Cahyono dan tak lama ia melesat ke atas.
Pria tadi melepas ikatan sebuah naga, menaikinya dan melesat menyusul Belle.
"Pak! Pak! Nomor parkirnya, Pak!" teriak petugas parkir yang sudah terlambat.
Sementara itu di langit Anupura Diraja, dua naga dengan penunggangnya berkejar-kejaran.
Belle dikejar oleh pria suruhan Demang Robert untuk mengambil kembali 'sperma naga'.
Pria itu menemukan senjata sebuah busur dengan beberapa anak panah di punggung naga, lalu digunakannya untuk menyerang Belle.
Cahyono dengan sigap menukik dan menghindari anak panah, meski beban dipunggungnya bertambah dengan belanjaan Belle.
"Bayu Maruta!" Belle mengarahkan tongkatnya ke belakang dan seketika angin besar menerpa naga pria tadi hingga terlempar ke belakang. Meski begitu, pria tadi kembali bisa menguasai naganya dan mengejar Belle lagi.
"Asem, dia bisa sihir rupanya!" pria itu kembali melepaskan anak panah pada Belle tapi masih bisa dihindari.
Belle kembali mengarahkan tongkatnya, "Blêdék gégér!"
Sekilas batu akik pada tongkat Belle mengeluarkan gelombang listrik kecil tapi kemudian lenyap.
"Sial, kekuatannya habis, mana charger-nya belum ketemu."
Belle menukik tajam ke arah hutan dengan pohon yang tumbuh rapat. Tubuh Cahyono yang kecil, membuatnya mudah terbak meliuk-liuk menghindari pohon.
Sedangkan pria tadi masih terbang di atas hutan, naganya terlalu besar untuk menembus hutan. Bayangan Belle tak terlihat, tertutup rindangnya pohon-pohon. Dan tiba-tiba, tanpa diketahui pria itu, Belle sudah terbang berada di belakangnya.
Belle teringat dengan percobaan semalam, dia mengambil botol kecil dari sakunya berisi larutan kimia lalu mengambil garam dari kantong belanja suruhan ibunya dan mencampurnya.
"Hoi, Pakde!" teriak Belle.
Saat pria itu menoleh, sebuah botol berisi cairan mendidih melayang ke arahnya.
Bum!
Botol tadi meledak, mengejutkan naga tunggangan pria tadi dan membuatnya terbang sembarangan dan menjatuhkan penunggangnya.
...
Belle berada di kamar atau juga bisa disebut laboratorium miliknya. Kamar berdinding kayu yang luas, dipenuhi dengan botol-botol kaca berbentuk macam-macam dan berisi cairan berwarna-warni.
Benda-benda yang tidak lazim juga berada di kamarnya, bahan-bahan eksperimen seperti lidah bunglon, kulit bekicot, kutil kodok sampai biji cabe.
Selain itu, benda hasil ciptaan Belle yang gagal, berserakan dan menumpuk, seperti alat pembuat susu dari rumput, jadi tidak perlu pelihara sapi. Atau alat pencari upil sederhana. Sedangkan benda yang berhasil, tentu saja sudah dijual, meski yang membeli akhirnya menyesal karena tidak berguna, jadi Belle tidak membuatnya lagi.
Sebuah benda dengan bentuk seperti piring yang besar tergeletak di lantai, empat tiang dari besi seperti pipa mengelilingi benda itu dan Belle berdiri didepannya. Selang-selang kecil menghubungkan beberapa bejana-bejana menuju ke empat tiang besi seperti pipa pada benda tadi.
Belle menyalakan pemanas di salah satu bejana besar berisi cairan berwarna biru, lalu mengambil botol berisi 'sperma naga' hasil curiannya tadi siang dan mencampurkannya.
Gelembung-gelembung udara muncul dari dalam bejana, Belle menuang campuran tadi ke bejana yang terhubung oleh selang ke arah benda aneh tadi. Lalu secara bersamaan, seluruh cairan dari bejana-bejana yang terhubung, mengalir melalui selang menuju pipa besi lalu dengan menjadi satu di benda aneh tadi.
Casss...
Cairan yang bercampur mengepulkan uap air dan asap yang banyak, berkumpul dan berputar di atas piring raksasa.
"Aku pasti bisa menciptakan nagaku sendiri." senyum mengembang di wajah Belle.
Wush!
Perlahan uap air dan asap lenyap, Belle melihat dengan seksama ke arah piringan raksasa. Nampak sesosok makhluk tergeletak tengkurap, bersayap dan berekor lancip. Mata Belle berbinar saat perlahan sosok itu bangkit, tapi itu membuat dia kaget.
"Wow!"
Makhluk tadi memang besayap dan berekor lancip, tapi dia bukan naga, justru mirip pria yang bersayap dan berekor. Dan yang membuat Belle kaget karena sosok tadi telanjang bulat dan berdiri di hadapan Belle.
Belle memalingkan wajahnya sambil berkata, "siapa kamu? Dasar mesum, datang-datang telanjang."
Belle sesekali mengintip, dan mengacungkan jarinya ke arah selangkangan pria bersayap naga tadi.
Pria yang sadar dirinya telanjang itu dengan cepat keluar dari piringan dan menyambar kain yang kebetulan dilihatnya, lalu melilitkan di tubuh bagian bawahnya.
"Hei, kau siapa? Lalu aku dimana?" kata pria aneh tadi.
Belle melihat dan melotot pada pria tadi tanpa merasa takut, "kamu manusia atau apa?"
"Tentu saja aku manusia."
"Setahuku manusia tidak sepertimu." Belle menyambar tongkat sihirnya untuk berjaga-jaga.
Pria tadi agak kaget, lalu perlahan mendekati Belle dan memperhatikan seluruh tubuh Belle. Pria itu berbadan tinggi sedang, berkulit putih kemerahan dengan rambut pirang, dan dia memiliki daun telinga yang lancip.
"Hei, kau mau apa?!" Belle mengacungkan tongkatnya ke arah pria tadi, sebenarnya itu tidak berguna karena dia belum mengisi ulang kekuatannya.
"Kemana sayapmu?"
"Sayap apa? Manusia tidak bersayap!"
"Oh, aku ingat, kau manusia dunia luar! Aku ingat sekarang dan apa yang terjadi denganku."
Setelah beberapa percakapan tidak penting, akhirnya mereka mulai saling bercerita, Belle tidak lagi takut padanya. Pria tadi bernama Blakadamus Tarantungdis, seorang pangeran dari Kerajaan Atlantis yang tersembunyi.
Belle tertawa saat mendengar nama pria itu, dan memutuskan untuk memanggilnya Adam. Sebelumnya jarang ada orang yang membuat Belle tertawa.
Adam bercerita bahwa ada manusia luar yang berhasil masuk ke Atlantis dan membuat percobaan dengan mengubah manusia Atlantis menjadi sesuatu yang mereka sebut 'sperma naga'. Mereka bermaksud menyuntikkan cairan tersebut ke tubuh mereka agar menjadi kuat dan pintar seperti manusia Atlantis. Kebetulan Adam salah satu korban, tapi Belle tanpa sengaja menyelamatkannya.
Setelah saling mengenal dan akrab, Belle memberi Adam baju yang seperti jubah, agar bisa menyembunyikan sayap dan ekor Adam, lalu mengajaknya keluar menemui ibunya.
"Bu, kenalkan ini Adam temanku."
Adam menganggukan kepalanya pada Jennifer sambil cengar-cengir.
"Nak, dia calon suamimu? Tampan sekali tapi agak aneh."
"Bukan, Bu. Dia..."
"Iya, Nyonya, saya calon suami putri anda." kata Adam cepat memotong jawaban Belle. "Aduh!"
Belle menyikut perut Adam, dan dibalas senyuman bodoh dari Adam. Ibu Belle tampak bahagia, lebih lagi Adam bilang bahwa dia sebenarnya seorang pangeran, pasti banyak uang, pikirnya. Meski baru bertemu, Adam sepertinya tertarik dengan Belle, begitu juga sebaliknya. Acara makan malam itu terasa berbeda sejak kedatangan Adam, banyak canda tawa karena candaan lucu darinya.
Esok harinya, Belle dan Adam berpamitan pada Jennifer bahwa mereka akan ke Atlantis, Belle sangat penasaran. Jennifer membawakan bekal oseng-oseng daun bawang dan jengkol bakar sebagai bekal makan mereka di jalan.
Belle dan Adam terbang menaiki Cahyono, meski sebenarnya Adam bisa terbang sendiri, tapi di dunia luar akan terlihat mencolok.
Atlantis terletak jauh di utara Kerajaan Anupura Diraja, tersembunyi di kawah salah satu puncak gunung kembar bernama Oppaimonaira. Belle baru tahu jika Atlantis berada di kawah gunung, bukan tenggelam di laut seperti mitos atau legenda yang tersebar, rupanya itu ulah mereka agar tersembunyi dan tidak pernah ditemukan oleh orang luar.
Belle dan Adam tiba di perbatasan udara wilayah kerajaan, di situ ada beberapa polisi kerajaan dan mereka harus mendarat untuk diperiksa sebelum melanjutkan perjalanan, atau mereka akan dikejar.
Belle dan Adam lolos setelah menunjukan surat-surat lengkap seperti SHIT atau Surat Halal Ijin Terbang, dan DAMN atau Dokumen Asli Memiliki Naga. Meski mereka agak takut saat polisi melihat Adam dengan tatapan curiga.
Dua buah gunung kembang kembar yang tinggi mulai terlihat di hadapan mereka, Gunung Oppaimonais dan Gunung Oppaijois. Adam bercerita bahwa di Atlantis ada manusia dari luar yang jenius tapi sakit jiwa dan tidak mau pulang, meski begitu dia menciptakan alat-alat yang berguna untuk warga Atlantis dan semua orang menyukainya, seorang pria tua bernama Bernard Singo Mengo.
"Siapa?" Belle kaget saat Adam menyebut nama itu, "itu nama mendiang ayahku!"
"Ha? Tapi kau bilang ayahmu sudah meninggal dalam perang dan dikubur massal, kan?"
"Iya, dulu ayah termasuk salah satu orang yang tidak pulang dari perang, jadi dianggap gugur, tak kusangka ternyata beliau masih hidup." semangat terpancar di wajah Belle.
"Aku juga tidak menyangka ternyata wanita secantik kamu adalah anak dari orang sakit jiwa. Hahaha!" Adam tertawa memegang perutnya.
Belle melirik lalu menempelkan ujung tongkatnya di dada Adam yang duduk di belakangnya, "Blêdék gégér!"
Gelombang listrik dari tongkat Belle membuat Adam terpental jatuh dari punggung Cahyono, dan melayang ke bawah sambil berteriak.
Adam melepaskan jubahnya lalu mengepakkan sayapnya, terbang menyusul Belle.
"Wah, jahat sekali kau." kata Adam yang terbang di samping Belle sambil mengusap dada dan nyengir kesakitan.
Belle tertawa, lagi-lagi Adam bisa membuatnya senang.
Mereka berdua mendarat di puncak gunung dan berada di bibir jurang kawah yang sangat luas. Belle kaget saat Adam menarik tangannya dan mereka berjalan di atas kawah, seolah ada jalan tak terlihat yang mereka pijak.
"Ini namanya jalan transparan, kami menyebutnya INPICIBEL BERIJH." kata Adam menjelaskan.
"Nama yang sulit."
Setelah berjalan agak jauh, Adam berhenti lalu menempelkan telapak tangannya di awang-awang. Terlihat kilauan di depan mereka.
"Apa ini juga tembok yang tidak terlihat?" tanya Belle.
"Tepat sekali!"
Kemudian muncul di depan mereka sebuah lorong hitam dan mereka memasukinya.
Singkat kata mereka telah berada kota Kerajaan Atlantis yang serba canggih. Kereta- kereta dan kendaraan antigravitasi melayang dengan tenaga magnet. Gedung-gedung tinggi dengan atap kaca dan banyak hal lain yang belum pernah Belle lihat.
Adam mengajak Belle menemui ayah Belle di suatu persembunyian rahasia. Belle terlihat terharu melihat ayahnya yang saat ditemui olehnya sedang menyantap tiwul digital, karena saking canggihnya Atlantis, makanan juga serba digital.
"Romooo!" teriak Belle berlari memeluk Bernard.
"Aah, sini, Nak." sambutnya menerima pelukan Belle, "eh, tapi kamu siapa, ya?"
Seketika wajah haru Belle berubah cemberut dan tawa dari Adam pun pecah. Setelah dijelaskan, Bernard terlihat terharu bertemu lagi dengan putrinya. Dia bercerita bahwa dia dikhianati oleh Demang Robert yang ingin mengkudeta Kerajaan Anupura dan bekerjasama dengan seorang panglima Atlantis bernama Dungplakdis Bangbangtutis yang juga ingin menggulingkan Raja Atlantis.
Bernard juga bercerita bahwa kerajaan kini telah dikuasai oleh para pengkhianat dari dua kerajaan. Kemarin senjata laser paling ampuh ciptaannya telah dicuri oleh mereka, untung Bernard sendiri berhasil lolos.
"Kalau begitu kita harus merebut kembali senjata itu dan mengalahkan mereka." kata Adam.
"Ya, dan kau yang akan menjadi raja, Adam. Aku akan membantu." Belle menatap penuh semangat.
"Jika aku menjadi raja, apakah kau mau menjadi ratunya, Belle? Meski dengan tubuhku yang seperti monster ini?" Adam mendekati Belle dan menyentuh wajah wanita cantik yang wajahnya memerah tersipu malu itu, dan sesaat wajah keduanya berhadapan dan semakin dekat.
"Uhuk! Uhuk! Disini panas, ya." suara Bernard yang sengaja batuk membuyarkan aksi mesra Adam dan Belle.
"Menghadapi mereka dengan hanya kita bertiga saja sudah susah, ditambah kini mereka bersenjata laser besar yang canggih itu. Bagaimana ini?" tanya Adam pada Bernard.
"Tenang saja, Pangeran. Aku punya persiapan."
Bernard membawa mereka ke sebuah ruangan berisi senjata dan perlengkapan bertempur yang lengkap dan canggih.
Adam mengenakan jubah dari besi berwarna merah menutupi seluruh tubuhnya dan dilengkapi dengan senjata berupa sinar penghancur yang muncul dari telapak tangannya, seperti dalam cerita wayang berjudul Pirngon Men . Sayapnya terbentang gagah dan ekornya terangkat.
Belle tetap bersenjatakan tongkat sihirnya yang telah di- upgrade oleh ayahnya sehingga efeknya lebih dahsyat dan tidak perlu lagi dicharge. Dia berpakaian jubah besar dengan kantong yang penuh ramuan ajaib.
Bernard Singo Mengo, seorang mantan Temanggung Anupura yang sudah ahli dalam berperang, hanya bersenjatakan keris, pedang, dan panah. Dia mengenakan pakaian perang ala kerajaan dan siap untuk bertempur.
Tak lama mereka bertiga berjalan dengan gagah menuju istana yang telah dikuasai oleh para pengkhianat.
Mereka sudah membayangkan bahaya yang akan mereka hadapi. Saling tembak saling serang melawan pengkhianat dan pengikutnya. Dan mereka tidak akan menyerah.
Dari kejauhan, istana megah Atlantis sudah terlihat, istana besar berwarna biru dengan kubah-kubah raksasa. Mereka berjalan melalui jembatan yang sangat panjang.
"Hahaha! Akhirnya kalian datang juga. Kami sudah lama menantikan kalian." dari kejauhan suara Dungplakdis terdengar menggunakan pengeras suara. Disampingnya berdiri Robert Wiro Sambel beserta putranya John Semprul.
Mereka mengeluarkan senjata laser besar sebesar meriam dan bersiap menembak Belle dan yang lain dari jauh.
"Ayah, sisakan Belle, biar jadi istriku." pinta John.
"Halah! Nanti nyari wanita lain saja."
Dungplakdis mulai menyalakan senjata laser, suara desingannya terdengar sampai ke tempat Belle.
Belle dan semuanya saling bertatapan, mereka menganggukan kepala dan bersiap menghadapi pertempuran.
"Serbu!" teriak Bernard mengacungkan kerisnya.
Duuuaaarrr!
Ledakan besar dari tempat Dungplakdis menghentikan lari Belle dan yang lain. Senjata laser meledak dan membunuh Dungplakdis dan antek-anteknya. Adam dan Belle hanya melongo lalu menoleh pada Bernard yang terlihat heran.
"Sudah? Begini saja?" kata Adam kecewa. "Aargh! Kukira bisa beraksi dengan serius dan terlihat hebat."
Belle melirik pada Bernard, "wow, luar biasa, senjata ciptaan romo tidak ada gunanya."
Bernard hanya cengar-cengir sambil menggaruk kepala.
...
Atlantis kembali damai dan bekerja sama dengan Anupura, Adam menjadi raja dan Belle menjadi permaisurinya. Bernard kembali ke rumah dan bertemu lagi dengan Jennifer istrinya. Setelah beberapa tahun, Belle mengandung dan melahirkan, tapi bukan bayi melainkan telur naga. Belle harus mengerami telurnya dan makan satu ekor sapi setiap hari. Impian Belle bisa beternak naga tercapai, tapi apa tega dia menjual anaknya sendiri?
FIN
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top