06/10

Kau segera menjatuhkan diri di sofa begitu kau tiba di rumah. Perasaan kesal masih menggelayuti dirimu. Oh, salahkan saja gadis-gadis centil yang berteriak heboh ketika mereka menyaksikan suamimu berlatih.

Kau mengatakan pada Haru bahwa kau akan datang untuk melihat latihannya setelah pekerjaanmu selesai. Tapi siapa sangka, begitu kau mendudukkan dirimu di bangku penonton, kau disambut dengan beberapa teriakan melengking gadis-gadis yang duduk tak jauh darimu.

Kau bisa saja mengabaikannya, tapi ketika mereka menggambarkan seorang perenang 'berambut hitam' dan 'bermata biru yang dingin dan menawan', jelas kau tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Kau menoleh pada gadis-gadis itu sebelum mengikuti arah tatapan mereka. Dan benar saja, mereka memang tengah membicarakan suamimu.

Kesal? Jelas. Ingin marah? Pasti. Tapi kau tidak akan mempermalukan dirimu sendiri dengan berteriak pada mereka bahwa yang tengah mereka bicarakan dengan tidak pantas adalah suamimu. Jadi kau memilih untuk pergi dari sana bahkan sebelum Haru bisa melihatmu.

Suara pintu depan yang berderit membuatmu tersadar dari pikiranmu. Haru memanggil namamu dan menyuarakan kepulangannya, tapi kau tidak berdiri untuk menyambutnya seperti biasa. Langkah kakinya semakin dekat, dan sebelum kau menyadarinya, Haru sudah berada di ruang tamu bersamamu.

"Di pesan kau mengatakan bahwa kau berada di tempat latihan. Aku mencoba mencarimu, tapi tidak ketemu. Kau ada dimana?" Haru bertanya ketika dia duduk di sebelahmu sebelum bergerak untuk mencium pipimu.

Kau diam tak menjawab. Tanganmu menyilang dengan alis yang saling bertautan.

"Kenapa?" tanyanya bingung, "Apa kau marah padaku?"

Kau menggeleng.

"Apa kau lapar?"

Kau menggelengkan kepalamu sekali lagi.

"Apa kau haus?"

"....."

"Apa kau hamil?"

"OH MY GOD, HARU! KENAPA KAU TIDAK MENGERTI JUGA?!" Kau menjerit frustrasi. Tanganmu terangkat untuk menutupi wajahmu, "ADA GADIS-GADIS YANG MENONTONMU LATIHAN DAN AKU SANGAT KESAL KETIKA MEREKA BERBICARA TENTANG BAGAIMANA TAMPANNYA DIRIMU DAN BETAPA INDAHNYA OTOT-OTOTMU HARU!"

Baik kau maupun Haru terdiam mendengar pengakuanmu yang tiba-tiba. Haru jelas terkejut, dan kau sangat malu begitu memikirkan kecemburuanmu mungkin sangatlah kekanak-kanakan baginya.

Namun alih-alih memarahi, Haru malah mengetuk dahimu sebelum tertawa dan menarikmu ke pelukannya.

"Jadi, kau cemburu? Aku bahkan tidak mengenal gadis-gadis itu. Dan bahkan jika aku mengenal mereka, kaulah yang aku nikahi dan itu berarti kaulah satu-satunya yang aku inginkan." Haru betkata dengan lembut. Kau bahkan harus menahan keinginanmu untuk menangis.

Dia begitu manis, dan sangat tidak adil bagimu jika merasa cemburu karena kau tahu bahwa Haru tidak akan mungkin melakukan sesuatu yang dapat melukai perasaanmu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top