[8/10]
Daun pun menari, alam bersaksi, seindah musim cherry.
"Chifuyu ..." kau menggeram padanya.
Televisi yang menyala tengah menampilkan banyak buah-buahan segar segera Chifuyu matikan. "Kenapa?"
"Aku mau buah-buahan itu .... Rasanya aku ingin memakan sesuatu yang manis dengan paduan rasa pedas gurih di lidah," ucapmu dengan kerutan kening dan raut wajah berfikir. Iya, berpikir bagaimana rasa dari rujak buah secara rinci di lidahmu.
Entah apa yang merasukimu sejak pagi tadi. Mood buruk, lesu, wajah tidak hidup seperti ikan mati, malas melakukan segala hal bahkan membuatkan Chifuyu sarapan. Walau suamimu ini hendak berangkat bekerja.
"Aku mau buah Cherry yang masih segar, aku mau ..." rengekmu lagi.
Chifuyu terlihat seolah mempertimbangkan sesuatu seraya mengulas senyumnya untukmu. "Nanti aku belikan sepulang kerja, ya?" tawarnya.
Tangan Chifuyu terulur, mengusap-usap lemah lembut ujung rambut sampai pangkal rambutmu.
Lalu sampai beberapa puluh menit ke depan, sampai dimana Chifuyu dan dirimu berada di depan pintu untuk mengantar Chifuyu pergi pekerja, kau mencium punggung telapak tangannya. "Jangan lupa, buahnya," pesanmu pada Chifuyu.
Lambaian tangan mulai meninggi, perlahan Chifuyu juga berlalu pergi dengan sepeda motornya.
🐄
Awan di luar sana menggelap, gemuruh juga samar-samar terdengar jauh di atas langit. Dari balik tirai jendela [Name] menanti kepulangan suaminya. Dia mengkhawatirkan Chifuyu pulang dalam keadaan basah kuyup lalu flu seperti minggu kemarin.
Rintikan hujan mulai turun, membasahi bumi dengan titik-titik polkadot yang berpendar. Lalu tidak lama kemudian suara motor Chifuyu terdengar. Syukurlah dia tidak sampai kehujanan.
Helm dilepas dan ia letakan di motor yang terparkir di depan teras rumah. "Sedang apa di situ?" tanya Chifuyu melihatmu yang berdiri di ambang pintu.
"Menunggumu," jawabmu menghampirinya.
Chifuyu tersenyum, "kalau begitu. Tadaima," lalu dipeluknya pundakmu dan dibawanya masuk ke dalam rumah.
Kau pun menyahut, "Okaeri ...."
Tangan Chifuyu yang berada di punggungmu kau eratkan seraya bertanya, "Kemana saja? Kamu terlambat pulang hari ini."
"Maaf. Aku ada urusan penting di-- Astaga aku melupakan sesuatu!" pekik Chifuyu.
Pria itu langsung melepas pelukannya dan berlari keluar lagi, menghampiri motornya dan mengambil kotak yang cukup besar di sana.
"Apa yang kamu lupakan?" tanyamu menyusul.
Dibawa masuk dan duduk lagi di sofa berdua. Pria ini menyembunyikan kotak yang cukup besar itu di belakang punggungnya.
Dahimu sedikit berkerut, lalu kau menggeram. "Ada apasih?"
Senyuman Chifuyu terkembang. Dikeluarkan kotak itu, dan dia ulurkan pada [Name]. "Untukmu," katanya.
"Meow ...."
Kau terjingkat ke belakang, terkejut dengan auman imut lucu di dalam kotak itu. "Kucing? Anak kucing?"
Chifuyu mengangguk antusias. "Sudah divaksin, dan maaf aku terlambat karena bingung kamu suka yang warna cokelat atau putih ..." jelas Chifuyu.
"Warnanya abu dan putih. Lucu."
Mata terbelalak. Segera kau buka kotak berisi anak kucing tersebut dan saat hendak mengambilnya, Chifuyu cepat-cepat mengambil alih. "Eitss ...."
"Kenapa?!"
"Sebelum itu ..." Ia menggantung ucapannya. Merogoh kantung jaket dan mengambil sesuatu. "Coba ini dulu," ucapnya menyodorkan sebungkus benda pipih panjang.
"Testpack?"
Chifuyu mengangguk. "Iya. Cepat, coba! Dan maaf soal buah yang kamu mau, aku tidak menemukannya."
Kepala kau bawa berpikir sejenak. Benar, tadi pagi kau mau makan buah cherry, dan apakah Chifuyu mengira kau hamil? "Tapi, Chifuyu."
"Sudahlah, cepat coba!"
🐄
"Bagaimana hasilnya?"
"Satu garis merah. Maaf."
"Tidak apa-apa. Malam ini kita coba buat lagi."
"Umm."
(^///^)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top