[7/10]
Serangga malam dan gerimis bersahutan di luar sana, seolah menyanyikan sebuah lagu dengan iringan dari tetesan air yang berjatuhan di atap.
Kau tatap lekat tirai besar yang membalut jendela. Kamar gelap, kau membelakangi Chifuyu yang kau pikir sudah tertidur labih dulu darimu. Hujan di luar sana, petir dan gemuruh juga perlahan mulai sering bersahutan. Pikiranmu entah pergi ke mana, memikirkan banyak hal yang berkaitan dengan hujan di malam hari.
"Kenapa belum tidur?" tanya Chifuyu. Pria bersurai hitam cepak ini tiba-tiba saja ada di atas bahumu dan memandangmu yang meliriknya.
"Belum mengantuk," ucapmu menyingkirkan pelan tangan Chifuyu yang membebani bahumu. Kemudian kau merebahkan dan meluruskan tubuhmu sejajar dengan Chifuyu.
Langit-langit kamar di tatap. Lekat. Mengamati lampu yang tidak dinyalakan, hanya bercahayakann lampu tidur yang remang-remang.
"Sedang memikirkan apa?" tanya Chifuyu.
"Memikirkanmu, aku, dan mungkin beberapa orang yang akan hadir ke depannya."
"Memikirkan aku? Beberapa orang yang akan hadir? Maksudmu?"
Kau tersenyum. Tangan di lipat dan diletakkan di dada, mendekatkan bahu bersentuhan dengan Chifuyu, lantas mennatapnya. "Kamu tahu, Chifuyu? Rumah ini sepi jika hanya beriskan kita berdua saja."
"Memangnya, aku membosankan, ya?"
"Tidak. Aku suka. Hanya saja kita mungkin akan merindukan situasi seperti ini."
Perlahan Chifuyu membuat guncangan di ranjang, lalu tangannya menjalar dan menarikmu ke dalam pelukannya. Kini, kau rasakan kedua telapak tangan Chifuyu memegang hangat perutmu. "Aku mencintaimu."
Bisikan dari suara yang membelai telinga membuat hatimu berdegup kencang. "A-Aku juga mencintaimu, Chifuyu."
Pipi Chifuyu memerah rona. Tanpa Ia sadari sendiri, tiba-tiba saja tubuhnya bergerak menindihimu dengan lengan sebagai peyangganya.
"Katamu, kamu kesepian, kan?"
Ragu dirimu mengangguk. "Iya, saat kamu pergi bekerja."
Senyum senang Chifuyu hadirkan menatapmu. Lalu tangannya merabai perutmu. "Kalau begitu, kubuat sesuatu untuk menemanimu, ya?" ucapnya.
Tangan Chifuyu yang merabai perut perlahan turun hendak menyingkap celana tidurmu. Namun dengan cepat kau mencegahnya.
"Kenapa?" tanya Chifuyu.
"Jangan dulu."
"Eh, kamu hamil?"
"Tidak. Aku, datang bulan."
Seringai senang meluntur kecewa bersamaan dengan tumbangnya Chifuyu di sebelahmu.
"Maaf," ucapmu Memeluk pinggangnya dari belakang.
Awalnya Chifuyu kecewa dan sedikit kesal, namun rasa kesalnya menghilang saat deru nafasmu menghangatkan pundaknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top