[4/10]

Malam itu ketika dia menggenggam dan menciumi jemari lentik istrinya seraya menonton acara televisi bersama, Chifuyu merasa jika [Name] terkadang mendesis. Saat Chifuyu lihat, ternyata ibu jari istrinya terdapat ruam lebam. 

"[Name]? Tanganmu kenapa?" tanyanya menatap lekat tanganmu. 

Kau memperlihatkan ibu jarimu lebih jelas lagi pada Chifuyu. "Ini, aku tidak sengaja menyenggol wajan panas pagi tadi. Hehe, maaf." 

"Dasar ceroboh." Chifuyu meledek, lalu didekatkan ibu jarimu dengan bibirnya. Perlahan dia kecup cukup lama. 

Rasa panas perih yang semula kau rasakan menghilang. Saat dengan memejamkan mata, Chifuyu mencium tanganmu lembut. Benar-benar lembut. Ciumannya seolah menyalurkan atom dengan muatan penuh cinta yang menyembuhkan.

"Masih sakit?" tanya Chifuyu menatapmu. 

Pipimu memerah, tersipu dengan tingkah menggemaskan Chifuyu. "Sudah tidak ...." Gumamanmu melirih, kau tenggelamkan wajahmu pada bahu Chifuyu. 

"Kenapa?" tanya Chifuyu. Tangan pria itu naik ke pundakmu, dan menepukinya perlahan. 

"Ibu jariku gemetaran." 

"Eh. Makin sakit, kah?!" 

Segera dirimu menggeleng. 

Bukan semakin sakit. Tapi terlalu senang pada perlakuan Chifuyu. Pria ini selalu saja membuatmu salah tingkah dengan sikapnya. 

Sore ini kamu menunggu Chifuyu di ruang tamu. Niat awal adalah menyambutnya, tapi setengah jam berlalu Chifuyu tidak datang jua. Pria itu terlambat tidak seperti biasanya.

"[Name], aku pulang. Maaf terlambat," ucapnya membuka pintu. Tapi, anehnya, dengan tangan satunya lagi Chifuyu menutupi mulut dan hidungnya.

"Kamu terlambat." Kau yang merindukan Chifuyu segera menghampirinya dan menghamburkan pelukan. Dan saat berpelukan pun, Chifuyu hanya membalasnya dengan satu tangan, tangan satunya lagi setia menutup mulut.

Pelukan kau lepas. "Mulutmu, kenapa?" tanyamu menatap nyalang pada Chifuyu.

Kepala Chifuyu meneleng. Terlihat dari matanya yang menyipit, dapat kamu pastikan jika Chifuyu sedang tersenyum sekarang. "Tidak apa," katanya.

Pikiranmu jauh bertebrangan ke sisi negatif. Memikirkan jika di sana terdapat bekas lipstick wanita lain, atau bekas kissmark wanita lain di dagunya.

Ditatap penuh interogasi Chifuyu olehmu. "Jawab aku, kenapa?"

Pertanyaanmu menekannya, terdengar sirat kemarahan pada suara yang didengar oleh Chifuyu.

Perlahan Chifuyu turunkan tangannya. "Lihat, tidak seperti yang kamu fikirkan."

Matamu terbelalak. Merasa bersalah telah beranggapan buruk padanya. "Maaf, pasti sakit. Kenapa bisa seperti ini?" tanyamu mengusapi lembut bagian bawah bibir Chifuyu.

Lelah berdiri di tengah pintu, dibawa dirimu duduk di sofa berdampingan dengannya. "Saat menumpulkan kuku anak anjing, aku lupa memakai facemask. Lalu kakinya tidak mau diam, dan berakhir melukai daguku." Penjelasan Chifuyu terdengar begitu jujur. Disaat dirinya terkekeh, dia juga mendesis sakit.

"Apa tidak sakit?" tanya [Name] merasa kasihan.

Chifuyu menyipitkan matanya. "Sakit sedikit," jelasnya.

Teringat beberapa hari yang lalu saat Chifuyu mencium ibu jarimu, kamu terfikirkan hal yang sama.

Sebelah pipi Chifuyu kau pegang. Lalu perlahan bibirmu dan bibirnya menempel cukup dalam. Selama 30 detik kalian berdua terpaku dan cukup hanya pada ciuman itu.

Tangan yang menangkup pipi Chufuyu mendingin dan sedikit berkeringat. Detak jantung terpacu cepat begitu juga dengan Chifuyu. Setengah percaya dia pada apa yang kau lakukan, seseorang yang malu-malu mampu melakukan ini.

Lalu, pada detik ke-31, kau perlahan melepaskan ciumannya. Dengan nafas sedikit terengah kau tatap Chifuyu, "Masih sakit?" tanyamu pada Chifuyu.

Chifuyu terkaku, matanya mengerjap beberapa kali. Pipinya memerah. Bibirnya sedikit maju. Dan ludahnya ditelan cukup susah.

"Kenapa?"

Bukannya menjawabmu. Pertanyaanmu malah membuatnya menangkup kedua pipi dan mendekatkan bibir kalian.

"30 detik lagi," ucap Chifuyu sebelum melumat bibirmu lembut. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top