BAB XXXVII


.

.

.

.

.

Wajah Bright berubah pucat. Win memegang tangannya namun dia tidak bereaksi. Dia duduk di sana mendengarkan orang yang sedang berbicara pada ujung telepon satunya tanpa berkata sepatah pun. Semakin lama mereka berbicara semakin putih wajahnya. Jantung Win bergemuruh. Sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Win terus menunggunya mengatakan sesuatu. Apa saja. Namun tidak dia melakukan apapun.

.

"Aku dalam perjalanan," tukasnya dengan nada datar sebelum menjatuhkan ponselnya ke atas pangkuan dan memindahkan tangannya dari cengkeram Win untuk memegang roda kemudi dengan amat erat.

.

"Ada apa, Bright?" tanya Win yang saat ini semakin ketakutan daripada yang dia rasakan ketika Bright sedang menelepon.

.

"Masuklah ke dalam rumah, Win. Aku harus pergi. Prim mengalami kecelakaan. Perahu layar , brengsek." Dia memejamkan matanya kuat-kuat dan menggumamkan makian. "Aku hanya butuh

kau keluar dari mobil dan masuk ke rumah. Aku akan menghubungi ketika sempat namun aku harus pergi, sekarang."

.

"Apakah dia terluka? Bolehkah aku pergi bersamamu?"

.

"TIDAK!" raungnya, masih memandang lurus ke depan. "Kau tidak bisa ikut denganku. Kenapa kau sampai menanyakan hal itu? Adikku berada di ICU dan tidak responsif. Aku harus berada bersamanya dan aku ingin kau keluar dari mobil."

.

Bright terluka dan ketakutan. Win memahaminya. Namun Win ingin berada di sana untuknya. Win mencintainya dan Win tidak ingin dia terluka seorang diri. "Bright, kumohon ijinkan aku ikut denganmu—"

.

"KELUAR DARI MOBIL!" Bright berteriak dengan sangat kencang yang menyebabkan telinga Win berdenging. Win tergopoh-gopoh memegang pegangan pintu dan menyambar tas. Bright menyalakan mesinnya dan terus menatap lurus kedepan sementara buku-buku jarinya berubah menjadi seputih wajahnya akibat kencangnya cengkeraman Bright pada roda kemudi. Win ingin mengatakan hal yang lain namun dia sangat gusar. Win takut pada apa yang mungkin akan Bright lakukan. Dia tidak ingin mendengarnya berbicara dan juga tidak ingin melihat Win.

.

Win tidak ingin menangis di hadapannya. Itu bukanlah yang dibutuhkannya saat ini. Win keluar dari mobil secepat yang dia bisa. Sebelum pintu mobil tertutup sepenuhnya Bright memundurkan mobil dan melesat pergi, Win hanya berdiri terpaku di sana dan menyaksikan Bright menjauh. Win tidah mampu membantunya. Win tidak diinginkan.

.

Airmata mengalir dengan deras sekarang. Bright sedang terluka. Hati Win hancur untuknya. Begitu dia tiba di sana dan melihat Prim dia akan menelepon. Win harus meyakini hal itu. Win ingin menghubunginya namun telinga Win masih berdenging dan hatinya masih sakit karena perkataan Bright barusan.

.

Akhirnya Win berbalik untuk menatap rumah. Itu sangat besar, luas dan gelap. Tanpa kehadiran Bright, tidak ada aura keramahan yang menyambut. Win tidak ingin tinggal di sana sendirian tapi Win pun tidak memiliki mobil yang dapat dia kendarai menuju apartemen Gigie. Seharusnya Win tidak pindah dari sana. Terlalu cepat. Segalanya bersama Bright telah bergerak sangat cepat. Sekarang, semuanya sedang diuji. Win tidak yakin siap akan ujian tersebut. Belum saatnya. Menelepon Gigie dan mengatakan padanya bahwa Win butuh tumpangan ke tempat kerja dan kepergian Bright bukanlah sesuatu yang ingin Win hadapi malam ini. Dia pasti akan menemukan ada sesuatu yang salah dengan hal ini dan akan membuat Win merasa lebih buruk.

.

Win mengerti ketakutan yang Bright rasakan dan caranya bereaksi namun tidak demikian halnya dengan Gigie. Setidaknya Win pikir dia tidak akan paham. Bright telah memenangkan beberapa poin untuk kepentingannya sendiri di mata Gigie ketika dia menyematkan cincin di jarinya dan Win ingin tetap seperti itu. Win membuka tas untuk mengeluarkan kunci saat dia sadari tidak membawanya. Bright telah mengantarnya ke tempat kerja. Win tidak berpikir akan membutuhkannya. Melihat lagi ke rumah yang gelap Win hampir merasa lega tidak perlu tinggal di sana seorang diri malam ini.

.

Klub hanya berjarak tiga mil dari sini. Win bisa berjalan kaki dengan jarak itu. Kemudian ke apartemen Gigie hanya membutuhkan jalan kaki yang sangat singkat dari klub. Hembusan angin malam telah menyejukkan segalanya dan itu tidak terlalu buruk. Win menyelipkan tali tas melewati bahu dan mulai berjalan menuruni paving blok jalan masuk mobil kearah jalan raya. Membutuhkan waktu sekitar satu jam dan lima belas menit untuk sampai di apartemen Gigie. Mobilnya tidak ada di lapangan parkir. Ada kemungkinan dia menginap di tempat Jirayu malam ini Seharusnya hal itu terpikirkan olehnya. Win berhenti melangkah dan memandang pintu masuk condo. Win sudah tidak memiliki energi untuk berjalan kembali ke rumah Bright. Sikap keras kepala Win untuk tidak menelepon memohon tumpangan telah memperlihatkan konsekuensinya.

.

Win membungkuk dan mengangkat keset. Diatas lempengan semen tersimpan kunci cadangan. Gigie pasti menyimpannya di sana lagi setelah Win pindah. Dia berhenti menyembunyikan kunci tersebut di sana karena Win yang memintanya. Malam ini ternyata sangat membantu. Lagi pula Win ragu dia akan pulang hingga besok. Win tidak perlu menceritakan mengenai semuanya malam ini.

.

Win masuk dan kemudian menuju kamarnya untuk mandi. Bright telah memaksa Gigie untuk menyimpan tempat tidur yang dia belikan di kamar tidur kedua alih-alih membawanya ketika Win pindah. Satu hal lagi yang lain yang patut Win syukuri malam ini.

.

.

.

.

.

Win berhasil berangkat kerja tanpa sepengetahuan Gigie bahwa Win harus menginap di tempatnya tadi malam. Itu bukanlah karena Win pikir dia akan mempermasalahkannya namun Win belum siap menjawab rentetan pertanyaannya atau mendengar pendapatnya.

.

Setelah berganti seragam bersih di ruangan persediaan Win berjalan menuju dapur. Sebelum Win meraih pintu Joss melangkah keluar dan mensejajarkan pandangannya dengan Win.

.

"Aku sedang mencarimu," ujarnya dan menganggukan kepalanya ke arah lorong yang menuju ruang kerjanya. "Kita harus berbicara."

.

Dia mengetahui soal Prim. Win sangat yakin semua orang dalam lingkaran sosial mereka tahu mengenai hal itu sekarang. Apakah dia akan bertanya pada Win mengenainya? Win sangat berharap dia tidak melakukannya. Mengakui bahwa Win tidak tahu apa-apa membuatnya terdengar tidak peduli. Apakah Bright berpikir Win tidak peduli? Apakah kewajibannya untuk menelepon Bright? Dialah yang sedang terluka. Rekasinya semalam telah membuat Win takut namun apabila Bright membutuhkan Win harus melupakan perbuatannya.

.

"Apakah kau tidur?" Joss bertanya sembari menatap. Win menganguk. Tidurnya tidak terlalu nyenyak namun Win bisa tidur. Berjalan kaki sejauh tiga mil telah membantu membuatnya kelelahan hingga ke titik dimana Win tidak mampu lagi membuka mata begitu berbaring.

.

Joss membuka pintu dan menahannya sehingga Win bisa masuk. Win masuk dan melewatinya kemudian berdiri disamping kursi diseberang meja kerja Joss. Dia berdiri di depan mejanya dan duduk di tepi meja sembari menyilangkan tangan di dadanya.

.

Dahinya berkerut saat dia mempelajarinya. Win mulai mengira-ngira jika ini mengenai hal yang lain. Win pikir ini mengenai Prim namun mungkin juga bukan. Apakah Win telah berbuat kesalahan?

.

"Aku ditelepon oleh Frank tadi pagi. Dia ada di rumah sakit dan dia mengkhawatirkanmu. Dia berkata Bright muncul di tengah malam buta dan dalam kemurkaan. Sepertinya pertama kali dalam kehidupan mereka, Prim dan Bright dalam posisi saling tidak berbicara dan sekarang Prim berada pada kondisi ini, Bright tidak dapat menerimanya dengan baik. Frank risau pada bagaimana cara dia meninggalkanmu dan apakah kau baik-baik saja."

.

Hatinya pilu. Win benci mengetahui Bright berada dalam kedukaan dan tidak ada yang dapat Win lakukan. Dia tidak menghubunginya dan itu hanya menyebabkan Win yakin bahwa dia tidak ingin berbicara. Winlah penyebab keretakan hubungannya dengan Prim. Winlah alasan Bright tidak berbicara dengan Prim selama berminggu-minggu. Winlah alasan dia harus melalui ini semua. Air mata menggenang. Walaupun Win sangat tidak ingin mengakuinya, Win adalah alasan yang membuat keadaan ini semakin sulit bagi Bright.

.

Jika saja Win tidak menyebabkan pertengkaran mereka maka Bright tidak akan hidup dengan perasaan bersalah yang Win tahu saat ini sedang menggerogoti dirinya. Inilah alasan mengapa hubungannya dan Bright tidak akan pernah berhasil. Berpura-pura bahwa cerita negeri dongeng itu nyata memang luar biasa. Namun itu tidak pernah menjadi kenyataan. mereka telah mempertaruhkan waktu hingga kenyataan bahwa Win tidak pantas di dalam dunianya menghantam. Bright membutuhkan keluarganya sekarang. Win bahkan tidak pernah diterima oleh keluarganya. Bagaimana mungkin Win pantas di dunianya?

.

"Aku...aku tidak tahu apa yang harus kulakukan." Win berkata dengan suara tercekat, benci bahwa Joss akan melihatnya menangis. Win tidak ingin dia melihatnya menangis. Win tidak ingin siapa pun melihatnya.

.

"Dia mencintaimu," Joss berkata dengan lembut. Win bahkan tidak yakin dia pun mempercayai kata-kata itu. Tidak sekarang. Mungkin Bright telah berpikir bahwa dia mencintai Win namun bagaimana mungkin Bright masih mencintainya? Winlah yang menyebabkan dia berpaling dari Prim dan sekarang dia mungkin akan kehilangannya.

.

"Benarkah?" Itu adalah pertanyaan yang harus Win ajukan pada dirinya sendiri, bukan Joss.

.

"Ya. Aku belum pernah melihatnya dengan siapa pun seperti caranya bersamamu. Saat ini...beberapa hari kedepan atau minggu atau berapapun lamanya ini berlangsung mungkin tidak akan terasa demikian. Namun dia mencintaimu. Bright memang seorang bajingan dan aku tidak berhutang apapun padanya. Aku mengatakan hal ini demi kau. Itu adalah kebenaran dan aku tahu kau butuh mendengar hal itu sekarang."

.

Win menggelengkan kepala. Win tidak butuh mendengarnya. Berpikir jernih dan memutuskan hal terbaik untuknya dan bayinya adalah apa yang harus Win lakukan. Bisakah Win membawa seorang anak ke dalam keluarga yang mungkin tidak akan pernah menerimanya? Apabila Win tidak pernah sepadan lalu bagaimana anaknya bisa?

.

"Aku tidak bisa mendiktemu apa yang harus kau percayai. Namun jika kau memerlukan apapun, aku disini. Aku tahu Bright memiliki garasi yang penuh berisi mobil namun jika kau tidak ingin

mengendarai salah satunya maka aku bisa memberimu tumpangan ke dokter atau toko. Telepon saja aku kalau kau membutuhkanku."

.

Janji temu dokter yang berikutnya lima hari lagi. Bagaimana cara Win masuk ke dalam rumah? Dan Bright tidak pernah menunjukkan pada Win dimana penyimpanan kunci mobil-mobilnya atau memberi ijin untuk mengendarainya.

.

"Aku tidak dapat masuk ke rumah. Bright pikir aku membawa kunciku ketika dia pergi," ujar Win pada Joss.

.

"Di mana kau menginap semalam?" dia bertanya sembari menjatuhkan tangannya dari dada dan berdiri. Dia terlihat marah. Win tidak bermaksud membuatnya marah. Win hanya mengatakan permasalahan yang dia hadapi. Semua pakaiannya ada di rumah Bright.

.

"Apartemen Gigie."

.

"Bagaimana kau bisa sampai di sana?"

.

"Aku berjalan kaki."

.

"Sial! Win, itu setidaknya berjarak tiga setengah mil. Ketika Bright pergi semalam keadaan sudah gelap. Kau memiliki ponsel sekarang, gunakanlah." Dia berseru.

.

"Aku ingin berjalan kaki. Aku butuh berjalan. Jangan meneriakiku," Win meningkatkan nada suara dan memelototinya. Ketegangan yang melingkupi bahu Joss mereda dan dia menghela napas. "Maafkan aku. Aku seharusnya tidak berbicara padamu seperti itu. Hanya saja kau sangat bersikukuh untuk selalu mandiri. Biar kujelaskan. Telepon aku kapan pun kau membutuhkan tumpangan. Aku sangat ingin menganggap bahwa kita berteman. Aku membantu teman-temanku.."

.

Win membutuhkan teman. "Aku juga sangat ingin kita berteman juga,"

.

Dia mengangguk. "Bagus. Namun sebagai atasanmu, aku tidak membiarkanmu bekerja hari ini. Aku akan mengantarmu ke rumah Bright dalam satu jam. Aku akan mengantarmu kesana." Sebelum Win bisa bertanya bagaimana cara masuk dia telah menempelkan ponselnya pada telinganya.

.

"Aku telah membawanya ke kantorku. Dia terkunci tidak bisa masuk ke rumah." jeda sejenak. "Sungguh. Dia berjalan kaki ke apartemen Gigie tadi malam. Aku akan mengantarnya kesana jika kau bisa menghubungi pengurus rumah Bright untuk membukakan pintu." Dia diam lagi sejenak. "Tidak masalah. Senang bisa membantu. Terus kabari aku mengenai perkembangannya, Win memikirkan kalian semua." Joss memutuskan telepon dan menatap Win." Frank akan menyuruh pengurus rumah membukakan pintu. Ambillah sesuatu untuk kau makan di dapur dan setelahnya kita berangkat. Frank bilang untuk memberi pengurus rumah tangga itu waktu sekitar dua puluh menit."

.

Win sedang tidak lapar namun Win mengangguk saja. "Oke." Win mulai melangkah menuju pintu kemudian berhenti dan berbalik untuk kembali memandangnya. "Terima kasih."

.

Joss mengedipkan mata. "Dengan senang hati."

.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top