BAB XXXV


.

.

.

.

.

Musim sekolah sudah dimulai. Para pelancong dan orang pecinta musim panas telah pulang ke rumah. Klub tidak begitu ramai lagi karena itulah jumlah tipnya menurun. Hal terbesar adalah Bright tidak membahas lagi tentang lamaran sejak malam di kondo ketika dia bilang apa yang dia katakan pada ibunya, adiknya dan ayah. Dia tidak pernah menyebut mereka lagi. Win kadangkala bertanya-tanya jika suatu saat dia berubah pikiran atau kalau Win hanya membayangkannya. Jika bukan karena Gigie yang menanyakankannya setiap minggu apakah Bright telah membicarakannya lagi Win akan berfikir itu adalah bagian dari imajinasinya.

.

Setiap kali Win mengatakan pada Gigie bahwa Bright tidak bilang dia menjadi semakin gelisah. Belum lagi hatinya menjadi semakin terluka. Win takut dia terus-menerus memikirkan itu dan memutuskan bahwa itu adalah suatu kesalahan. Sebelum Bright mengatakannya lagi malam itu Win bahkan tidak membiarkan dirinya percaya bahwa Bright ingin menikahinya. Win membayangkan mereka membesarkan bayi ini dari dua rumah yang berbeda. Jika pikirannya pergi ke masa depan maka Win akan membendungnya. Itu bukanlah sesuatu yang Win harapkan.

.

Jam kerja Win dikurangi karena sepi dan Win bertanya-tanya apakah Win butuh pekerjaan kedua. Tidak banyak pillihan di sini. Tetapi sepertinya Bright tidak akan menerimanya dengan baik. Ketika Win melangkah ke dalam kamar ada dua benda yang menarik perhatiannya. Ada bunga mawar di ranjang dan di tengahnya ada amplop yang bertuliskan nama Win dengan rapi di depannya. Win mengambil dan membukanya. Kertas surat itu terasa mahal dan nama Bright ada diatasnya.

.

Temui aku di pantai.

Penuh cinta,

Bright

.

Tulisan tangannya yang tidak biasa membuat Win tersenyum. Win pergi ke lemari dan mengeluarkan satu putih longgar dengan dua garis hitam disepanjang kelimannya. Jika Bright merencakan suatu hal romantis di pantai Win tidak memakai baju kerjanya.

.

Setelah menyisir rambut Win berjalan menuju ke pintu Prancis yang menghadap ke teluk dan menuju pantai. Bright memakai celana pendek khaki dan kemeja berkerah. Win senang dia berganti pakaian. Bright membelakanginya dan tangannya berada di sakunya saat dia berdiri disana menatap laut.

.

Win ingin berhenti dan mengaguminya yang sedang mengagumi laut tetapi Win juga ingin sekali melihatnya. Dia sudah pergi ketika Win bangun pagi ini.

.

Win keluar dari jalan setapak dan berjalan di pasir. Ini adalah kesunyian yang aneh kecuali bagi mereka berdua. Meskipun di luar sana keramaian mulai reda suhunya tetap delapan puluh delapan derajat fahrenheit dan matahari bersinar di luar sana. Menatap kebawah Win menyadari sesuatu di pasir. Seseorang menulisnya. Dan ada tongkat tergeletak di sana. Win berhenti dan membacanya dengan suara keras,

.

"Win, maukah kau menikah denganku?"

.

Saat kata-kata itu terucap Bright berjalan mendekat dan berlutut di depan Win. Sebuah kotak kecil nampak ditangannya dan dia membukanya perlahan ketika cincin berlian itu menangkap sinar matahari yang memudar. Cincin itu nampak hidup seolah cincin bersinar. Ini terjadi.

.

Apakah Win menginginkan ini? Ya. Apakah Win mempercayainya?...Ya. Apakah dia siap? Win tidak yakin. Win tidak ingin ini menjadi sesuatu yang dia lakukan karena dia merasa tertekan. Rasanya mudah untuk meraih dan memakaikannya di jari. Tapi apakah itu yang Bright inginkan?

.

"Kau tidak perlu melakukannya," Win memaksakan dirinya untuk menatap Bright. Dia tidak berbicara pada adik atau ibunya seminggu ini. Sebesar apapun Win tidak menyukai mereka...tidak membenci mereka, Win tidak ingin menjadi penghalang antara dia dan keluarganya.

.

Bright menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku memang tidak perlu melakukan apa-apa. Tapi aku ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu.Tidak ada selain kau. Metawin." Kata-katanya adalah kata-kata yang tepat. Win tetap merasa seolah masih ada sesuatu yang salah. Bright tidak mungkin menginginkan ini. Dia muda, kaya dan mengagumkan. Win tidak punya apa-apa untuk dia berikan padanya. Win akan mengikatnya. Mengubah dunianya.

.

"Aku tidak bisa melakukan ini padamu. Aku tidak bisa menghalangi masa depanmu. Kau bisa melakukan apapun. Aku berjanji padamu aku akan membiarkanmu menjadi bagian dari kehidupan bayi kita. Itu tidak akan berubah ketika kau merasa seolah kau siap untuk pergi. Aku akan selalu mengijinkanmu."

.

"Jangan bilang apa-apa lagi. Aku bersumpah Win, beberapa saat lagi aku akan melemparkanmu ke laut." Bright berdiri dan matanya menatap mata Win. "Tidak pernah ada Bright Vachirawit yang mencintai seorang bocah seperti Win Metawin seseperti aku mencintamu. Tidak ada yang lebih penting darimu. Aku tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan untuk membuktikan padamu bahwa aku tidak akan membiarkanmu lepas lagi. Aku tidak akan melukaimu. Aku tidak akan sendirian lagi. Aku membutuhkanmu."

.

Mungkin ini tidak benar dan mungkin Win membuat kesalahan tapi kata-katanya menyentak sudut hati yang dia miliki bagaimana pun juga tidak dikendalikan untuk diraih hingga saat ini. Win mengambil kotak dari tangannya dan mengangkat cincin itu keluar. "Ini cantik," Kata Win padanya. Karena memang benar. Cincin itu tidak terlalu mencolok atau berlebihan. Cincin itu sederhana.

.

"Tidak ada yang lebih pantas selain di jarimu," jawabnya dan mengambil cincin itu dari tangan Win. Kemudian Bright kembali berlutut dan tatapannya bertemu dengan Win.

.

"Kumohon, Win, maukah kau menjadi mempelaiku?"

.

Win menginginkan ini. Dia.

.

"Ya," kata Win dan Bright menyelipkan cincin itu di jarinya.

.

"Terima kasih Tuhan," bisiknya kemudian berdiri dan menangkap bibir Win dengan ciuman lapar. Ini nyata dan mungkin ini tidak akan terjadi selamanya tapi ini adalah miliknya sekarang. Win akan menemukan cara untuk membiarkan Bright pergi jika dia menginginkannya. Tapi Win mencintainya. Itu tidak akan pernah berubah.

.

"Pindahlah bersamaku, Win," Bright memohon.

.

"Aku tidak bisa. Aku harus membayar setengah dari uang sewa," Win mengingatkannya.

.

"Aku membayar uang sewamu selama setahun penuh. Setiap uang yang kau berikan pada Joss sudah disimpan di Tabungan bank dengan namamu. Begitu juga Gigie. Sekarang, tolong tinggallah

bersamaku."

.

Win ingin marah padanya tapi sekarang Win tidak bisa. Win menekankan ciuman lagi di bibirnya dan kemudian mengangguk.

.

"Dan tolong berhentilah bekerja," Bright menambahkan.

.

"Tidak," jawabnya. Win tidak akan melakukan itu.

.

"Kau tunanganku sekarang. Kau akan menjadi istriku. Kenapa kau ingin bekerja di klub? Tidakkah kau menginginkan hal lain? Bagaimana dengan kuliah? Kau mau melakukan itu? Apakah ada gelar yang kau inginkan? Aku tidak akan mencoba untuk mengambil pilihanmu; aku ingin memberimu lebih banyak lagi."

.

Win akan menjadi istrinya. Kata-kata itu tenggelam saat Win menatapnya. Win tidak ingin menyerah saat kuliah seperti yang dia lakukan di SMA. Win bisa mendapatkan gelar dan memiliki pekerjaan.

.

"Aku menginginkannya. Hanya saja...biarkan aku memikirkannya. Ini terlalu banyak, terlalu cepat," kata Win, membungkuskan lengan Bright ke tubuhnya.

.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top