BAB XXVIII
.
.
.
.
.
"Aku menelpon dan memintamu untuk makan siang bersamaku. Bisakah kau paling tidak memberiku waktu tiga puluh menit untuk memperhatikanku? Sudah berminggu-minggu sejak kita punya waktu bersama. Aku merindukanmu." Kesakitan di suara Prim menyentak Bright. Dia benar. Bright mengabaikannya. dia bahkan tidak yakin apa yang dia katakan sejak Win berjalan memasuki ruang makan. Bright sangat terfokus untuk memastikan Win agar tidak membawa sesuatu yang terlalu berat dan tidak ada satu pun yang menyakitinya...atau menggodanya, jadi Bright tidak begitu menikmati kencan makan siang dengan adiknya.
.
"Yeah, aku minta maaf," kata Bright padanya dan mengalihkan tatapan dari pintu dimana Win masuk kembali. "Katakan lagi tentang kejuaraan berlayar yang kau lakukan dengan pacar barumu...kau bilang namanya Chan."
.
Prim tersenyum oleh sebutan nama dari cowok barunya dan kemudian mengangguk. Dia mengingatkan Bright pada gadis kecil yang dia jaga ketika dia terlihat bahagia tentang sesuatu. Bukan seorang gadis pemarah yang telah tumbuh dewasa. "Ya. Dia adalah cucu Kellar. Dia dari Cape Cod dan dia suka berlayar. Dia berlayar disini selama musim panas. Ngomong-ngomong, ada kejuaraan berlayar yang dia ikuti dan dia ingin membawaku bersamanya. Hanya untuk beberapa hari."
.
Bright mendengarkan saat dia mengoceh tentang Chan dan kapal layarnya dan berusaha keras untuk tidak melihat pada Win. Bright perlu menemukan keseimbangan antara dua orang terpenting dalam hidupnya. Win datang lebih dulu tapi Bright mencintai adiknya dan dia membutuhkannya. Meskipun jika janji makan siang ini untuk mendengarkan Prim mengoceh tentang penaklukan terbarunya. Tidak ada seorang pun yang pernah mendengarkan dia berbicara.
Prim berhenti berbicara dan merengut tentang sesuatu, "Dia perlu fokus pada pekerjaannya dan berhenti melihatmu disini. Ya Tuhan, aku tidak tahu mengapa Joss tidak memecatnya saja."
.
Bright menoleh untuk melihat Joss, Jirayu, dan Min, mereka semua tersenyum dan bercanda di sekitar Win yang memerah. "Dia tidak melihat sekarang. Dia terlalu sibuk untuk menggoda pria lain. Dia hanya peduli pada uang. Itu sangat menyedihkan. Kuharap kau akan melihat sikap anehnya. Maksudku, aku bisa melihatnya –"
.
"Prim, diam," Bright menggeram. Dia tidak bermaksud jahat tapi mendengar mulut jahat Prim dan melihat cowok-cowok itu menggodanya dan membuat Win memerah sedikit lebih dari yang bisa Bright atasi. Bright akan memastikan semua bajingan yang terangsang itu tahu kalau Win adalah miliknya.
.
"Kau akan meninggalkan aku untuknya? Dia menggoda mereka, Bright. Aku tidak percaya kau akan pergi begitu saja saat makan siang kita untuk pergi mengklaim atas seorang pelacur murahan."
.
Rasa cemburu yang Bright rasakan langsung berganti focus dari para cowok itu ke adiknya. Rasa marah merasukinya saat Bright mengalihkan perhatian kembali padanya. "Apa yang baru saja kau katakan?" tanya Bright menjaga suaranya tetap rendah dan meskipun dia menjulang tinggi di depannya.
.
Prim membuka mulutnya untuk berbicara tapi Bright tahu akan kehilangan kesabaran jika dia mengatakan hal buruk lainnya tentang Win.
.
"Jangan. Jika kau ingin berjalan keluar dari sini dengan martabatmu maka jangan. Jika kau pernah mengatakan hal seperti itu lagi tentang Win, aku akan meninggalkanmu. Apa. Kau. Mengerti." Mata Prim melebar. Bright tidak pernah bicara begitu keras padanya sebelumnya. Tapi dia sudah terlalu jauh. Prim berdiri dan membuang serbetnya ke meja. "Aku tidak percaya padamu. Aku adikmu. Dia hanya...dia hanya..."
.
"Dia hanya orang yang aku cintai. Kau harus ingat itu," Bright menyelesaikan kalimat untuknya. Mata Prim menyiratkan kemarahan saat dia berbalik dan melangkah keluar dari clubhouse. Bright tidak peduli. dia ingin Prim pergi sebelum berkata yang lainnya. Bright tidak ingin melukainya. Bright mencintainya tapi dia benci kata-kata yang terus mengalir keluar dari mulutnya.
.
Sebuah tangan menyentuh lengannya dan Bright tersentak sebelum menyadari bahwa itu adalah Win. Mata cantiknya penuh perhatian. Ini adalah sesuatu yang dia khawatirkan. Prim dan kebenciannya. Bright tidak bisa menyalahkannya tetapi dia juga tidak bisa hidup tanpa Win. Bagaimanapun juga, saat ini Bright ingin sendirian.
.
"Aku minta maaf," bisik Bright menarik diri dari genggaman nya dan meletakkan beberapa uang di meja sebelum mengikuti Prim keluar dari ruang makan.
.
Bright menghabiskan waktu tiga jam selanjutnya di tempat olahraga. Tubuhnya secara fisik dikalahkan oleh waktu saat keluar dari sana. Kemarahannya telah hilang. Bright hanya ingin menemui Win sekarang. Jam kerjanya sudah berakhir dan ingin memeluknya. Win layak mendapatkan permintaan maaf. Dia seharusnya tidak pernah membawa Prim ke tempat perkumpulan untuk makan. Prim meminta untuk bertemu dengannya disana untuk makan siang jadi, Bright pergi. Bright bahkan memastikan duduk di area Arm. Dia hanya tidak ingin hal ini membuat Win canggung. Tapi hal itu ternyata berbalik. Itu adalah saat terakhir Bright membiarkan Prim di dekatnya. Prim tidak bisa mengatasinya dan Win tidak layak menerimanya.
.
Bright mengetuk pintu kondo dan menunggu. Tidak ada yang datang. Bright meraih ke saku dan menarik ponsel hanya untuk mengingatkan bahwa Win tidak punya ponsel. Sialan. Bright akan mengambilkan ponselnya di rumah dan memaksanya untuk menerima ponsel itu lagi. Bagaimana jika Win terluka? Bagaimana jika dia pergi ke suatu tempat dan tidak akan kembali?
.
"Dia pergi dengan Arm," suara Gigie datang dari belakang. Bright berbalik untuk melihat Gigie berjalan dari arah tempat kursus golf. "Dia pulang setelah bekerja dan bilang padaku kalau dia dan Arm punya kencan panas."
.
Kenapa Win tidak bilang padanya? Karena dia tidak tahu dimana menemukan Bright jika dia ingin bilang padanya. Bright lari darinya seperti pecundang. "Kapan dia akan pulang?" Bright bertanya saat Gigie melangkah di depannya dan membuka pintu.
.
"Tidak tahu. Dia marah. Kau tahu itu soal apa?" tanya Gigie dengan suara masam saat dia mendorong pintu agar terbuka. Bright tidak diminta untuk masuk tapi mengikutinya masuk. "Prim dan aku makan siang di tempat perkumpulan hari ini. Hal itu tidak berjalan dengan baik."
.
Gigie mengerutkan hidung nya dengan terganggu. "Menurutmu begitu? Untuk apa? Aku tidak bisa membayangkan adikmu yang jahat melakukan sesuatu untuk menyakiti Win." Gigie meletakkan tasnya ke bawah dan menggumamkan makian. "Dia tidak boleh stress sekarang kau tahu itu. Dia hamil dan bersikeras untuk berjuang sendiri dan membawa nampan sepanjang hari. Kau menambahkan drama keluargamu bukanlah hal yang dia butuhkan. Lain kali kau ingin melakukan acara keluarga dengan penyihir jahat itu lakukan di tempat lain."
.
Dia benar. Bright tidak seharusnya membiarkan Win melihat Prim. Bright seharusnya tidak pernah mempercayai Prim untuk bersikap baik. Atau paling tidak bersikap sopan. Ini semua adalah salahnya dan dia ingin menemui Win.
.
"Dimana dia?" tanya Bright. Gigie menjatuhkan diri ke sofa. "Rehat dari semua hal sialan dalam
hidup yang telah dia jalani." Jika Gigie ingin menyakiti Bright dia melakukannya dengan baik. Bright bersiap untuk memohon ketika pintu terbuka.
.
"Maaf aku terlambat.Kami pergi ke..." Win berhenti ketika matanya bertemu dengan Bright. "Hey."
.
"Hey," jawab Bright, berjalan untuk berdiri di depannya tapi takut untuk menyentuhnya. "Aku minta maaf. Kumohon pergi ke kamarmu dan biar kujelaskan."
.
Win yang pertama kali berjalan dan membungkuskan lengannya di sekitar pinggang Bright, "Tidak apa-apa. Aku tidak marah." Win masih ingin menenangkannya. Lagi. Itulah yang selalu dia lakukan: mengkhawatirkan orang lain, "Tidak, bukan begitu," jawab Bright dan meraih tangannya untuk menariknya kembali ke kamarnya. Menjauh dari Gigie yang bukan penggemar berat Bright sekarang.
.
"Biarkan dia merendahkan diri. Dia perlu untuk itu. Sial. Aku ingin dia begitu," kata Gigie dari sofa, melambai pada keduanya dan meraih remote televisi.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top