BAB XVI
.
.
.
.
.
Win tampak seperti akan menangis dan Bright terlalu takut untuk bertanya apakah dia baik-baik saja. Ketakutan ku itu karena kemungkinan Win akan berubah pikiran dan tinggal di Sumit, Bright bisa tenang jika mereka telah sampai dengan aman keluar dari perbatasan kota. Bright merasa terganggu melihat Win mengaitkan kedua tangannya dengan erat di pangkuan dan berharap Win akan mengatakan sesuatu.
.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Bright, akhirnya dia tidak dapat menahan dirinya sendiri. Kebutuhan untuk melindungi Win telah mengambil alih. Dia mengangguk. "Ya. Aku merasa hanya sedikit ketakutan,kurasa. Kali ini aku tahu aku tidak akan kembali. Aku juga tahu aku tidak memiliki ayah yang menunggu untuk membantuku. Meninggalkan sumit kali ini ternyata lebih sulit."
.
"Kau memiliki aku," sahut Bright. Win memiringkan kepalanya ke samping dan menatapnya. "Terima kasih. Aku perlu mendengar hal seperti itu sekarang."
.
Sial, Bright akan merekamnya agar bisa memutarnya berulang-ulang jika itu akan membantu. "Jangan pernah berpikir kau sendirian."
.
Win tersenyum lemah kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke jalan. "Kau tahu aku bisa menyetir jika kau ingin tidur saat ini."
.
Gagasan bisa bebas untuk melihat Win seperti yang Bright inginkan sungguh menggoda. Tapi Win mengharapkannya untuk tidur dan Bright tidak mau membuang-buang waktu bersamanya hanya dengan tidur. "Aku tidak ngantuk. Meskipun begitu terima kasih."
.
.
.
.
.
Bright melewati drive-thru dan ingin mendapatkan sesuatu untuk di makan di pemberhentian sini. Win tertidur, dia tidak ingin mengganggunya, tapi Win pasti lapar. "Aku kelaparan. Apa yang ingin kamu makan?" Tanya Bright, sambil memundurkan mobil dari interstate yang akan membawa mereka kembali ke Florida.
.
"Um...aku...aku tidak tahu. Mungkin sup." Sup? Permintaan yang aneh. Tapi sial, jika Win ingin sup maka Bright akan mencarikan sup untuknya.
.
"Sup. Aku akan mencarikan kau restoran yang menyediakan sup."
.
"Jika kau lapar silahkan saja berhenti di manapun yang kau inginkan. Aku bisa menemukan sesuatu untuk dimakan di mana saja." Win terdengar gugup lagi.
.
"Win, aku akan mendapatkan sup untuk mu," jawab Bright sambil melirik ke arahnya. Bright memastikan dirinya tersenyum jadi Win akan tahu kalau dia ingin mendapatkan sup untuknya.
.
"Terima kasih," katanya dan menatap tangan di pangkuannya lagi. Mereka tidak berbicara untuk sementara waktu tapi rasanya begitu menyenangkan hanya memiliki Win semobil dengannya. Bright tidak ingin Win merasa seperti dia harus berbicara. Pintu keluar pertama Bright mengikuti tanda petunjuk makanan.
.
"Sepertinya ada pilihan yang bagus di sini. Pilih tempatnya," kata Bright padanya.
.
Win mengangkat bahu. "Tidak apa-apa. Kau tahu jika kau tidak ingin keluar dan tetap ingin melakukan perjalanan, aku bisa makan sesuatu yang kubawa tadi di mobil."
.
Bright ingin melakukan perjalanan hari ini selama mungkin. "Kita akan mendapatkan sup," jawab Bright tegas. Tawa kecil Win mengejutkan Bright, dia menoleh untuk melihat Win benar-benar tersenyum. Membuatnya melakukan hal itu lebih sering lagi adalah tujuan barunya.
.
.
.
.
.
Win tertidur lagi,sudah larut malam ketika mereka berhenti di tempat parkir di apartemen Gigie. Bright sangat berhati-hati untuk menjaga percakapan mereka agar lebih mudah. Setelah beberapa saat terdiam dalam keheningan yang nyaman saat itulah Win tertidur.
.
Bright memarkirkan Rover di taman kemudian duduk bersandar dan menatapnya. dia berkali-kali melihat Win tidur selama perjalanan pulang. Hanya beberapa menit Bright ingin bebas menonton Win yang tidur. Lingkaran hitam di bawah matanya membuat Bright khawatir. Apakah dia tidak cukup tidurnya? Gigie mungkin tahu. Bright bisa berbicara dengannya tentang hal itu. Mengajukan pertanyaan itu pada Win mungkin kurang bijaksana sekarang.
.
Sebuah ketukan lembut di jendela mengalihkan perhatian Bright dari Win ke Jirayu yang sedang berdiri di luar mobil dengan ekspresi geli di wajahnya. Bright membuka pintu dan melangkah keluar sebelum ketukan Jirayu bisa membuat Win terbangun. Bright ingin membangunkannya sendiri dan dia tidak ingin ada penonton ketika melakukannya.
.
"Kau berencana untuk membangunkannya atau kaumempertimbangkan ingin menculiknya?" Tanya Jirayu.
.
"Diam, brengsek."
.
Jirayu tertawa. "Gigie mencemaskannya,dia ingin Win segera masuk ke dalam jadi dia bisa mendengar tentang perjalanannya. Aku akan membantumu untuk membawakan barang-barangnya jika kau ingin membangunkannya dan membawanya ke dalam."
.
"Dia kelelahan. Gigie bisa menunggu sampai besok." Bright tidak ingin Win harus bangun untuk menjawab keusilan Gigie. Dia jelas membutuhkan lebih banyak tidur juga membutuhkan lebih banyak makanan. Win hampir tidak memakan supnya tadi. Bright sudah mencoba menawarkan makanan lagi tapi dia bilang dia tidak lapar. Hal itu harus diubah. Seperti sandwich selai kacang sialan waktu itu.
.
"Kalau begitu kau yang mengatakannya pada Gigie," jawab Jirayu saat Bright mengulurkan box di tangannya dan menarik Koper keluar dari belakang . "Aku bawa koper nya, kau yang membawa box dan aku akan membangunkannya."
.
"Moment pribadi?" Jirayu menyeringai dan Bright mendorong box agak keras ke tangannya. Hal ini menyebabkan Jirayu tersandung kebelakang hingga membuatnya tertawa terbahak-bahak. Bright mengabaikannya dan berjalan ke sisi penumpang. Membangunkan Win dan membiarkan dia pergi bukanlah apa yang ingin Bright lakukan. Itu membuatnya sangat ketakutan.
.
Bagaimana jika ini saatnya? Bagaimana jika Win tidak pernah membiarkan Bright dekat dengannya seperti ini lagi? Tidak, Bright tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Dia akan melakukan secara perlahan tapi Bright akan memastikan ini bukan untuk hubungan mereka yang seperti yang dulu. Meskipun Bright telah memiliki Win untuk dirinya sendiri sepanjang hari yang membuat semakin nyata, sulit untuk kembali ke jalan itu.
.
Perlahan Bright melepaskan sabuknya. Win nyaris tidak bangun. Sejumput rambut lepasdi wajahnya membuat Bright menyerah pada keinginan untuk menyentuhnya. Menjangkau keatas sampai Bright bisa menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. Win begitu cantik, begitu menawan.
.
Bright tidak pernah bisa melupakannya. Rasanya tidak mungkin. Dia harus menemukan cara untuk mendapatkan Win kembali. Untuk membantu memulihkannya.
.
Kelopak matanya pelan-pelan terbuka dan tatapannya terkunci dengan mata Bright. "Kita sudah sampai," bisik Bright, tidak ingin mengejutkannya. Win duduk dan memberinya senyum malu-malu. "Maaf, aku tertidur lagi."
.
"Kau pasti membutuhkan istirahat lagi. Aku tidak keberatan." Bright ingin tinggal di sana dan tetap memilikinya di dalam mobil, tapi dia tidak bisa melakukan itu. Bright mundur kebelakang agar Win bisa keluar. Ingin menanyakan apakah dia bisa bertemu dengannya besok dan pertanyaan itu sudah ada di ujung lidah. Tapi Bright tidak jadi menanyakannya. Win belum siap untuk itu. Dia harus memberinya ruang. "Aku akan menemuimu besok," kata Bright dan senyumnya gemetar.
.
"Oke, eh, ya, sampai jumpa. Dan terima kasih sekali lagi karena telah membantuku hari ini. Aku akan membayarmu untuk bensinnya."
.
Persetan. "Tidak, tidak perlu. Aku tidak mau uangmu. Aku senang bisa membantu."
.
Win mau berkata lagi tapi tiba-tiba menutup mulutnya. Dengan anggukan rapat, berbalik dan berjalan masuk ke apartemen.
.
Apa yang terjadi?
.
.
.
.
.
[w/n : maaf karena aada beberapa hal yang membuat saya baru bisa update, oke. selamat menunggu.. hari ini saya akan update DOWN smapai beberapa bab. Terimakasih! Salam Sayang Badut]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top