BAB XLII


.

.

.

.

.

Keadaan rumah gelap dan senyap saat ia buka kunci pintu dan melangkah masuk. Mungkinkan Win mematikan semua lampu jika dia berada di sini sendirian? Bright telah sangat fokus untuk kembali pulang padanya setelah berbincang-bincang dengan Prim bahwa Bright tidak membiarkan dirinya mempertimbangkan kemungkinan Win meninggalkannya. Mungkinkah Win meninggalkannya?

.

Bright berbalik dan menaiki tangga dua anak tangga sekaligus. Ketika Bright sampai di puncak anak tangga Bright mulai berlari. Jantungnya berpacu dengan kencang di dada Bright. Dia tidak mungkin telah pergi. Bright telah mengatakan bahwa Bright mencintainya. Bright telah berkata padanya akan pulang. Dia harus berada di sini. Bright harus mengatakan segalanya pada Win. Bright harus mengatakan semua hal akan berubah. Bright harus mengatakan padanya bahwa Bright ingat tentang ibunya. Bright ingat pancake Mickey Mouse buatan ibunya itu.

.

Bright harus mengatakan padanya Bright akan menjadi pria yang dia butuhkan. Bright harus mengatakan padanya Bright akan menjadi ayah terbaik yang pernah ada di dunia. menyentakkan pintu yang mengarah ke kamar hingga terbuka dan melesat menaiki anak tangga karena butuh melihatnya. Ya Tuhan, ijinkan dia berada di sana. Ia mohon ijinkan dia berada di sana.

.

Tempat tidurnya kosong. Tidak. TIDAK! Bright menelusuri kamar untuk mencari barang-barang miliknya. Perasaannya berkata Win belum meninggalkannya. Dia tidak boleh meninggalkannya. Bright akan mengejarnya. Bright akan berlutut dan memohon. Bright akan menjadi bayangannya hingga Win menyerah dan memaafkannya.

.

"Bright?" Suaranya memecah keheningan dan dentuman di dalam kepala Bright dan berbalik dengan cepat melihatnya duduk di atas sofa. Rambutnya berantakan dan wajah mengantuknya sempurna.

.

"Kau di sini." Bright berlutut di hadapannya dan menjatuhkan kepala Bright di atas pangkuannya. Di berada di sini. Dia tidak meninggalkannya.

.

Tangan Win menyentuh kepala Bright saat dia menjalankan tangannya membelai rambutnya. "Ya, aku di sini," jawabnya dengan suara tidak yakin. Bright telah menakutinya namun Bright butuh semenit untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Win tidak meninggalkannya. Bright tidak sepenuhnya mengacaukan semuanya. Bright tidak ingin seperti ayahnya. Bright tidak pernah ingin menjadi seperti pria tersesat dan hampa yang dia lihat kemarin. Dan Bright tahu tanpa kehadiran Win Bright akan menjadi seperti itu.

.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya. Bright mengangguk tapi membiarkan kepalanya tetap berada di pangkuan Win. Dia terus berusaha dan menenangkan Bright dengan membelai secara lembut. Ketika Bright telah merasa yakin bisa berbicara padanya tanpa terlihat sepenuhnya rapuh ia mengangkat kepala untuk melihatnya.

.

"Aku mencintaimu." Cara Bright mengatakannya sangat garang itu terdengar hampir seperti Bright sedang memaki. Seulas senyuman sedih tersungging di bibirnya. "Aku tahu dan itu bukan masalah. Aku mengerti. Aku tidak akan membuatmu memilih. Aku hanya menginginkan agar kau bahagia. Kau pantas untuk berbahagia. Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku kuat. Aku bisa melakukan ini seorang diri."

.

Bright tidak paham dengan apa yang dikatakannya. Apa yang akan dilakukannya seorang diri? .

"Apa?" Bright bertanya, mengulang semua kata-katanya di dalam kepalanya.

.

"Aku berbicara dengan ayahku hari ini. Aku tahu semuanya. Memang sulit untuk dipahami namun sekarang semuanya makin masuk akal."

.

Chantavit telah datang kemari? Dia telah datang dan mengatakan segalanya pada Win. Dia tahu...namun apa yang dikatakannya tidak masuk akal.

.

"Win, mungkin karena aku kurang tidur selama delapan hari belakangan ini atau mungkin karena sangat lega bahwa kau ada di sini namun aku tidak mengerti apa yang berusaha kau katakan padaku."

.

Setetes airmata menggenangi matanya dan Bright terlonjak dan menariknya keatas pangkuan. Bright tidak ingin membuatnya menangis. Dia kira ini adalah hal yang membahagiakan. Win telah mengetahui kebenaran yang selalu dia tahu, bahwa ibunya suci dan jujur seperti yang diyakininya. Bright telah berada di rumah dan Bright telah siap untuk menjadi segala yang pantas didapatkannya di dalam hidup. Bright rela mati untuk membuatnya bahagia.

.

"Aku mencintaimu dan karena aku mencintaimu aku melepaskanmu. Aku menginginkan kau mendapatkan kehidupan yang kau inginkan. Aku tidak ingin menjadi belenggu yang merantai sekeliling kakimu."

.

"Apa yang baru saja kau katakan?" Bright bertanya saat kata 'melepaskan' meresap. Apa-apaan Win ingin melepaskannya.

.

"Kau telah mendengarku, Bright. Jangan membuat ini lebih sulit," bisiknya.

.

Bright memandangi Win dengan sorot ketidakpercayaan. Dia benar-benar serius dengan apa yang dikatakannya. Bright telah meninggalkannya di sini untuk memikirkan semua ini sementara Bright duduk di rumah sakit menunggui Prim. Bright seharusnya meneleponnya tapi tidak dia lakukan. Tentu saja dia kebingungan.

.

"Dengarkan aku, Win. Jika kau sampai berusaha pergi kemanapun itu aku akan memburumu. Aku akan menjadi bayanganmu. Aku tidak akan membiarkanmu lepas dari pandanganku karena aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku telah banyak sekali melakukan kesalahan padamu, aku bahkan tidak ingin berusaha dan menghitungnya namun aku akan mulai membuat segalanya benar sejak saat ini. Aku bersumpah padamu ini tidak akan pernah terjadi lagi. Sekarang aku tahu bahwa di sinilah seharusnya aku berada. Tak ada lagi kebohongan. Hanya kita."

.

Win terisak dan menguburkan kepalanya di bahu Bright. Bright mendekapnya semakin erat. "Aku bersungguh-sungguh. Aku membutuhkanmu. Kau tidak boleh meninggalkanku."

.

"Namun aku tidak pantas. Keluargamu membenciku. aku membuat hidupmu sulit."

.

Disitulah Win salah. "Tidak. Kaulah keluargku. Ibuku tidak pernah menjadi keluargaku. Dia tidak pernah berusaha menjadi bagian dari itu. Adikku mungkin tidak sepenuhnya menyetujui namun dia telah mengatakan padaku bahwa dia bisa menjadi bagian dari kehidupan keponakan perempuan atau keponakan laki-lakinya. Jadi dia sedang berusaha menuju ke sana. Dan mengenai membuat hidupku sulit, kau, Win, membuat hidupku lengkap."

.

Mulut Win menutupi mulut Bright saat dia mencengkeram kaus Bright dengan sekepalan tangannya. Lidahnya meluncur memasuki mulut dan Bright mengecap rasanya. Bright sangat merindukannya. Bagaimana Bright bisa sempat berpikir Bright bisa bertahan hidup tanpa ini...tanpanya, Bright tak tahu.

.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top