BAB XL


.

.

.

.

.

Tujuh hari dan Prim masih belum membuka matanya. Ibu semakin jarang dan jarang untuk menjenguk. Frank mulai menjadi satu-satunya pengunjung yang selalu hadir dan menengok secara rutin. Ayah Win mampir sekali sehari selama beberapa menit setiap kalinya. Hanya Prim dan Bright yang akan melawan dunia sekali lagi.

.

"Kau harus menelponnya," kata Frank, memecahkan kesunyian. Bright tahu siapa yang ia bicarakan. Win tak pernah meninggalkan pikirannya. Bright merasa bersalah karena Bright duduk di sini menatap adik perempuannya dan yang ada di pikiran hanya Win.

.

"Aku tak bisa." Jawab Bright, tak mampu menatap Frank. Ia akan melihat Bright menyerah jika Bright melakukannya.

.

"Ini tak adil untuknya. Joss bilang Win lama tak terlihat dan ia belum menghubungi Joss selama tiga hari ini. Joss tetap memeriksa keadaannya melalui Gigie, tapi bahkan Gigie tak yakin Win akan bertahan lebih lama lagi. Kau hanya tinggal menelponnya."

.

Meninggalkannya mungkin adalah yang terbaik yang pernah Win lakukan. Bagaimana Bright bisa menjadi yang ia butuhkan jika Bright terbagi antara adik perempuan dan Win setiap waktu? Bright tak dapat menjaga Prim tetap aman. Bagaimana bisa Win mempercayainya untuk menjaga dirinya dan bayi mereka tetap aman?

.

"Win pantas mendapatkan yang lebih baik," Bright berhasil mengatakannya dengan keras, bukannya hanya mengatakannya di kepala kosongnya.

.

"Yeah, dia mungkin membutuhkannya. Tapi Win menginginkamu."

.

Ya Tuhan, itu menyakitkan. Bright juga menginginkannya. Bright menginginkan bayi mereka. Bright menginginkan kehidupan yang indah dapat mereka miliki. Bagaimana Bright bisa memberikannya pada Win jika adiknya tak pernah bangun lagi? Bright akan terkungkung dalam rasa sakit dan rasa bersalah. Bright tak akan menjadi laki-laki yang pantas untuk Win. Hal ini akhirnya akan menghabisinya pelan-pelan sampai Bright tak pantas untuk siapapun.

.

"Aku tidak bisa," adalah yang bisa Bright katakan.

.

Frank menyumpah dan berdiri, mengenakan jaketnya dari lantai sebelum ia keluar kamar dan membanting pintu di belakangnya. Ia tak mengerti. Tak ada seorangpun yang mengerti. Bright hanya menatap dinding di seberang. Bright mulai merasa mati rasa. Bright mulai kehilangan semua yang pernah Bright cintai.

.

Pintu terbuka dan Bright menoleh mengharapkan melihat Frank. Tetapi yang terlihat adalah Ayah Win. Bright sedang tidak dalam suasana hati untuk menemuinya. Ia mengabaikan dua orang yang paling Bright cintai di dunia di titik yang sama di kehidupan mereka.

.

"Kenapa kau harus datang ke sini? Seperti kau peduli," Bright membentak.

.

Ayah Win tidak merespon. Ia melangkah ke kursi yang baru saja Frank tempati dan duduk di atasnya. Ia tak pernah duduk dan tinggal lama. Kenyataan bahwa ia akan melakukannya saat ini membuat Bright terganggu. Bright perlu menyendiri.

.

"Aku memang peduli. Ibumu tak tahu aku di sini. Dia tak akan setuju dengan apa yang akan kukatakan padamu. Tapi kupikir kau pantas untuk tahu."

.

Tak ada satupun yang lelaki itu akan katakan yang ingin Bright dengar tapi Bright tetap diam dan menunggu. Semakin cepat ia mengatakannya semakin cepat ia akan pergi.

.

"Prim bukanlah anak perempuanku. Ibumu sudah tahu dari dulu. Dia menginginkan Prim menjadi anakku tapi kami berdua tahu saat ia mengetaui bahwa dirinya hamil bahwa itu tak mungkin. Kami telah berpisah selama lebih dari delapan bulan saat ia menghubungiku. Ibumu baru saja tahu kalau dia sedang hamil dan ia ketakutan. Ia masih mencintai ayahmu yang merupakan awal dari alasan

berakhirnya hubungan kami. Aku tak bisa jika harus dibandingkan dengan seorang legenda seperti Sunny. Aku ingin cukup bagi seseorang. Dan aku tak pernah cukup untuk Davika. Tapi aku mencintainya dan ia khawatir tentang bagaimana ia akan dapat membesarkan seorang anak lagi. Aku masih muda dan bodoh sehingga aku kembali padanya dan kami membicarakan tentang pernikahan. Aku mengatakan padanya jika harus memikirkannya."

.

Ayah Win berhenti dan menoleh menatap Bright. Bright masih dalam kondisi terkejut pada kenyataan bahwa ia bukanlah ayah Prim. "Setelah aku sampai disana Davika meninggalkanmu dengan Sunny kapanpun ia bisa dan masih bergaul dengan teman-temannya seakan-akan dia tidak hamil. Saat itu ia tak mau mengatakan siapa ayah bayi itu. Aku bertemu dengan batasku saat ibu Win datang berkunjung."

.

Mata Ayah Win melembut dan ia menutupnya sesaat. Bright tak pernah melihat seseorang yang dapat menunjukkan begitu banyak emosi. "Ia sangat cantik. Rambut cokelat brunetnya yang terlihat seperti dipintal oleh para malaikat. Mata hitam memukau yang pernah aku lihat dan benar-benar manis. Nittha mencintaimu. Ia tak suka ibumu membawamu ke Sunny. Ia khawatir kau tak aman bila tinggal dengan sekumpulan bintang rock. Ia menjagamu saat ibumu pergi keluar. Ia membuatkanmu pancake dengan telinga Mickey Mouse yang kau suka. Aku tertarik dan tak dapat meninggalkannya. Ibumu memanfaatkan kami untuk sesaat. Nittha tak akan pergi karena ia mengkhawatirkanmu. Dan aku tak akan pergi karena jatuh cinta pada Nittha." Ini tidak sesuai dengan yang ibu ceritakan pada Bright. Ini bukanlah cerita yang dia percaya selama ini tapi sekarang setelah Bright bertemu dengan Win...setelah Bright mengenalnya...semuanya menjadi jauh lebih masuk akal.

.

"Suatu malam, ibumu pulang dalam keadaan mabuk. Umur kehamilannya masih muda dan ia mengumumkan bahwa Sunny adalah ayah dari bayi itu juga. Aku sangat geram karena ia mabuk dan semakin marah karena ayahmu melakukannya lagi dan tidak ada niat untuk memperbaiki segalanya dengan Davika. Jadi aku menelponnya dan berkata ingin berbicara dengannya. Pembicaraan itu tidak berjalan dengan baik. Sunny bilang kalau bayi itu bukan miliknya. Jika memang itu bayinya, ia akan dengan senang hati mengakui bayi itu tapi itu bukan miliknya. Davika tidur dengan vokalis utama mereka selama lebih dari sebulan. Bayi itu adalah anak Pang dan well, kau tumbuh di sekitar Pang. Kau tahu ia dengan baik bahwa ia bukan tipe seorang ayah."

.

Pang adalah ayah Prim? Bright mangatupkan wajah di kedua tangan saat berbagai kenangan yang berbeda kembali lagi pada Bright. Pang datang tengah malam berteriak dan memaki ibu tentang membawa pergi anaknya. Pang memanggil ibu pelacur murahan dan berharap "anak gadisnya" tidak berakhir sama dengannya. Bright melupakan hal-hal tersebut. Atau Bright hanya menutup memori itu.

.

"Melalui semua ini Nittha dan aku menjadi dekat. Sunny mengambilmu dan berjanji akan merawat apa yang menjadi miliknya. Ibumu memaki dan mendorong Nittha ke bawah tangga dan memanggilnya dengan berbagai macam sebutan yang tak akan kusebutkan dan mengatakan pada kami untuk segera pergi setelah ia memergoki aku mencium Nittha pada suatu malam. Kami pergi setelah itu. Nittha tak berhenti menangis karena mengkhawatirkanmu. Ia selalu mengkhawatirkanmu." Saat Ayah Win berbicara tentang Nittha yang ada di mata Bright adalah wajah Win. Wajah manis dan polosnya dan dada Bright terasa akan meledak.

.

"Aku meminta Nittha untuk menikahiku. Ia setuju. Beberapa minggu setelah bulan madu, kami mengetahui bahwa ia hamil dengan anak kembar. Dua malaikat itu adalah duniaku, aku memuja tanah yang mereka pijak sama seperti aku memuja ibu mereka. Tak ada satu haripun tanpa aku bersyukur untuk kehidupan yang telah diberikan padaku." Ayah Win berhenti dan terisak.

.

"Lalu pada satu hari Tine dan aku berkendara pulang dari berbelanja. Kami pergi untuk membelikannya sepatu Volley. Ukuran kakinya bertambah besar selama musim panas tetapi kaki Win tetap. Mereka berdua hampir identik tapi sepertinya Win adalah yang lebih pendek diantara keduanya. Kami menertawakan diriku yang bernyanyi mengikuti sebuah boyband konyol di radio. Aku melewatkan... aku melewatkan lampu merah. Mobil kami ditabrak di sisi Tine oleh sebuah truk yang berjalan delapan puluh mil per jam (±129 km/jam)." Ia berhenti dan menjalankan tangan ke wajahnya untuk menghapus air matanya dan mengeluarkan isakan lain.

.

"Aku kehilangan malaikat kecilku. Aku tidak memperhatikan. Dengan kejadikan itu, aku kehilangan istriku yang tak dapat menatapku dan malaikatku yang lain yang menjadi berbeda dengan dirinya yang sebelumnya. Lalu kau muncul dengan gambar Prim dan bukannya bertahan dan menjadi laki-laki yang dibutuhkan oleh keluargaku, aku pergi. Aku selalu mengatakan pada diriku sendiri mereka pantas untuk mendapatkan yang lebih dari yang bisa aku berikan pada mereka. Aku tak pernah bisa memafaankan diriku sendiri. Aku tak akan bisa melanjutkan hidup dan melihatku hanya akan lebih melukai mereka. Jadi aku meninggalkan mereka. Aku membenci diriku sendiri saat itu; aku membenci diriku saat ini. Tapi aku memang laki-laki yang lemah. Aku seharusnya tetap tinggal. Saat mengetahui bahwa Nittha sakit aku menjadi seorang peminum. Gagasan hidup di dunia tanpa Nittha tidak mungkin bisa kuterima. Tapi melihat istriku yang selalu penuh semangat hidup, yang kucintai dan akan selalu kucintai, terbaring sekarat adalah sesuatu yang tak bisa kulakukan. Bright, aku telah menguburkan satu malaikatku. Aku tak bisa menguburkan istriku. Karena aku terlalu lemah, aku meninggalkan malaikat kecilku untuk menguburkan mamanya. Aku tak akan pernah memaafkan diriku untuk itu." Ayah Win akhirnya melihat ke arah Bright.

.

"Yang kau lihat ini adalah lelaki egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Kau benar. Aku tak pantas mendapatkan rasa cinta atau ampunan dari orang lain. Aku tak menginginkan itu. Ibumu dan Prim menginginkanku. Mereka berdua bersikap seperti mereka membutuhkanku. Aku dapat berpura-pura dengan mereka. Yang sebenarnya adalah ibumu sama kehilangan arah dan kacau sepertiku. Mungkin dengan alasan yang berbeda tapi kami berdua sama-sama kosong di dalam. Aku berencana untuk menjelaskan semua ini dan mengatakan pada Prim tiga bulan yang lalu. Aku tak dapat melanjutkan lelucon ini. Aku hanya ingin duduk di samping makam istriku dan berduka. Tapi lalu Win menelponku. Ia membutuhkanku, tapi aku tak punya apapun yang bisa kuberikan. Jadi aku pun berbohong padanya. Aku tak tahu kau akan menjadi lelaki seperti apa tapi aku tahu satu hal. Kau mencintai dengan sepenuh hati. Kau akan melakukan apapun untuk adik perempuanmu. Aku tak ragu sedikitpun pada saat kau melihat Win, ia akan mendapatkan perhatianmu. Semangat yang lembut dan manis yang ada pada ibunya ada pada Win. Tine adalah aku. Tapi Win...ia adalah Nittha-ku. Win amat sangat mirip seperti Nittha. Tak ada satu pun lelaki yang ada di sekitarnya dan tak jatuh cinta padanya. Aku menginginkan seseorang yang kuat dan bisa menjaganya. Jadi aku mengirimkannya padamu." Chantavit menghapus sisa air matanya dan berdiri. Bright benar-benar kehabisan kata-kata.

.

"Jangan menjadi aku. Jangan membuatnya kecewa seperti yang telah kulakukan. Kau hanya pantas mendapatkan apa yang kau buat dirimu pantas mendapatkannya. Lakukan yang tak dapat kulakukan. Jadilah laki-laki sejati." Ayah Win berputar dan keluar ruangan tanpa kata-kata lainnya.

.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top