BAB XIII


.

.

.

.

.

Win membutuhkan barang-barangnya dan dia juga butuh untuk menjual truk tuanya. Ini tidak akan pernah sampai sejauh ini. Luke telah memeriksanya untuk Win minggu lalu setelah mengetahuinya rusak dan dia mengatakan jika mampu untuk memperbaikinya. Biaya untuk memperbaiki segala kerusakannya akan menghabiskan lebih banyak dari yang bisa Win keluarkan. Jadi Win memutuskan menelepon dan bertanya kepada Granny atau Luke untuk mengirim barang-barangnya dan menjual truk sepertinya tidak benar. Mereka layak mendapat penjelasan...atau setidaknya Granny akan melakukannya. Dia memberikan Win tempat tinggal, sebuah tempat tidur dan memberikannya makan selama tiga minggu. Win sudah harus kembali ke Sumit untuk mengambil barang-barangnya serta mengucapkan selamat tinggal kepada Granny.

.

Joss telah memberikan Win beberapa hari untuk menetap sebelum mulai kembali bekerja. Gigie sudah meminta izin kemarin untuk membawa Win mengajukan Medicaid. Sudah waktunya Win untuk memeriksakan ke dokter, tapi pertama-tama Win memerlukan asuransi. Hari ini Win mendengar Gigie memberitahu Jirayu tentang bagaimana dia akan menghadapi kencan pertama mereka malam ini. Win telah memonopoli semua waktunya sejak dia datang dan menemukannya. Win pun mulai merasa telah merepotkannya.

.

Win benci perasaan itu. Dia bisa naik bus. Itu akan lebih terjangkau dan tidak akan membebani Gigie, tentunya. Win membuka laptop Gigie dan mulai mencari jadwal bus. Sebuah ketukan di pintu menginterupsi pikirannya. Win menghentikan kegiatan mencari terminal bus dan pergi membuka pintu.

.

Bright berdiri disana, dengan sebelah tangannya diselipkan kedepan jins dan baju kaos ketat yang dipakainya, sungguh bukan seperti apa yang Win perkirakan. Bright mengulurkan tangan untuk melepas kacamata aviator-nya. Win berharap Bright membiarkan benda itu untuk tetap disana. Warna matanya saat terkena sinar matahari terlihat lebih menakjubkan dari apa yang pernah Win ingat.

.

"Hey, aku melihat Gigie di clubhouse. Dia mengatakan kau berada disini," Jelasnya. Bright terlihat gugup. Win tidak pernah melihatnya gugup sebelumnya.

.

"Yeah...um Joss memberikan aku beberapa hari untuk mengambil barang-barangku dari Sumit sebelum aku mulai kembali bekerja."

.

"Kau harus pergi untuk mengambil barang-barangmu?"

.

Win mengangguk. "Yeah. Aku meninggalkannya disana. Aku hanya membawa tas menginap bersamaku. Aku belum merencanakan dengan pasti untuk menetap."

.

Bright mengerutkan keningnya. "Jadi, bagaimana kau akan kesana? Aku tidak melihat trukmu."

.

"Aku baru saja mencari terminal bus dan melihat mana yang terdekat dari sini."

.

Kerutan dikening Bright semakin dalam. "Itu menghabiskan 40 menit. Semua jalur di Fort Walton Beach."

.

Itu tidak seburuk seperti apa yang Win takuti.

.

"Bus tidaklah aman, Win. Aku tidak suka idemu menggunakan bus. Biarkan aku yang mengantarmu. Aku mohon. Aku akan membawamu kesana lebih cepat dan itu gratis. Kau bisa menyimpan uangmu."

.

Pergi bersama Bright? Seluruh perjalanan ke Sumit hingga balik? Apakah itu sebuah ide yang bagus?

.

"Aku tidak tahu..." Win terdiam karena sejujurnya dia benar-benar tidak tahu. Hatinya tidak siap untuk segala hal yang berkaitan dengan Bright.

.

"Kita bahkan tidak perlu bicara...atau kita bisa jika kau ingin. Aku akan membiarkanmu memilih musik dan aku tidak akan memprotesnya."

.

Jika Win kembali dengan Bright, maka Luke tidak akan melakukan perlawanan. Atau bisa saja dia melakukannya. Luke bisa saja memberitahu Bright tentang kehamilan. Tapi akankah dia? Bright bahkan tidak pernah mengatakan kepada Luke kalau dia tengah hamil.

.

"Aku tahu kau tidak bisa memaafkan kebohongan dan sakit yang kau rasakan. Aku bahkan tidak akan meminta untuk itu. Kau tahu aku merasa bersalah dan jika aku bisa kembali dan merubah semuanya, aku ingin sekali. Aku mohon, Win, hanya sebagai seorang teman yang ingin menolong dan membiarkanmu untuk tetap selamat dari pria gila yang akan menyakitimu di bus, tolong biarkan aku mengantarmu."

.

Win pikir tidak seperti yang dia pikirkan tentang mendapatkan kesakitan di dalam bus. Dan Win juga berpikir tentang fakta bahwa dia tidak hanya akan menyelamatkan dirinya sendiri. Tapi juga kehidupan lain didalam perutnya yang harus dia jaga.

.

"Okay. Ya. Aku akan pergi denganmu." Ini adalah pilihan yang paling aman.

.

.

.

.

.

Jirayu tergeletak di kursi biru besar yang terdapat diruang tamu Gigie dengan kakinya bersandar pada sandarannya dan Gigie meringkuk di pangkuannya. Win berada di sofa, rasa-rasanya dia sudah seperti percobaan ilmiah, karena mereka berdua menatap Win bingung.

.

"Jadi kau setuju dengan Bright untuk mengantarmu ke Sumit besok untuk mengambil barang-barang? Maksudku kau tidak merasa aneh atau..." Gigie terdiam. Itu akan terlihat aneh. Itu juga pasti akan menyakitkan berada didekat Bright tapi Win butuh tumpangan. Gigie harus bekerja, tidak ada hari libur lain untuk membantunya minggu ini. "Dia yang menawarkan. Aku butuh tumpangan, jadi aku menjawab ya."

.

"Dan apakah segampang itu? Kenapa aku tidak mempercayainya?" Tanya Gigie.

.

"Karena dia meninggalkan bagian-bagian dimana Bright meminta dan memohon," ucap Jirayu sembari tergelak.

.

Win menarik afghan* diatas bahu. Dia kedinginan. Win selalu merasa sangat dingin akhir-akhir ini dimana terasa aneh karena sekarang musim panas di Florida. "Dia tidak memohon," jawab Win, merasa terdorong untuk membela Bright. Sekalipun dia memohon, itu bukanlah urusan Jirayu.

.

"Yeah, benar. Jika kau mengatakan seperti itu." Jirayu meminum teh manis yang dibuatkan Gigie.

.

"Ini bukanlah urusan kita. Tinggalkan dia sendiri, Jirayu. Kita perlu memutuskan apa yang harus dilakukan tentang menyewa tempat ini di akhir minggu."

.

Win tidak akan lama disini. Dia sudah memberitahu Gigie. Pindah ke kondo yang lebih mahal bukanlah ide yang bagus. Bagian sewanya tidak akan bisa diatasi setelah kepergian Win dan Gigie akan membayarnya sendiri

.

Jirayu mencium tangan Gigie dan menyeringai kearahnya. "Aku beritahu kau bahwa aku akan mengurus semuanya. Kalau kau membiarkan aku." Dia mengedipkan mata pada Gigie dan Win memalingkan kepala menatap arah lain kecuali dua orang yang tengah dimabuk cinta itu. Win tidak ingin melihat mereka. Bright dan dia tidak pernah seperti itu. Hubungan mereka sangatlah sebentar. Intens dan singkat. Win bertanya-tanya, bagaimana rasanya kalau dia memiliki kebebasan untuk meringkuk disisi Bright kapanpun dia mau. Untuk mengetahui dirinya aman dan Bright mencintainya secara utuh. Tapi, sayangnya mereka tidak pernah memiliki kesempatan seperti itu.

.

"Dan aku beritahu kau, aku tidak akan membiarkan kau membayar sewaku. Maaf. Rencana baru. Oh, Win, kenapa kita tidak pergi mencari apartemen besok?"

.

Sebuah ketukan di pintu menganggu Win sebelum dia setuju. Lalu, Frank membuka pintunya dan berjalan masuk.

.

"Kau tidak seharusnya masuk begitu saja kedalam apartemen orang lain tanpa permisi. Gigie bisa saja sedang telanjang," geram Jirayu pada Frank.

.

Frank memutar matanya kemudian tersenyum kearah Win, "Aku melihat mobilmu disini, Jirayu. Aku disini untuk membujuk Win apakah dia mau keluar bersamaku."

.

"Kau mencoba untuk diusir?" Tanya Jirayu.

.

Frank menyeringai kemudian menggelengkan kepalanya sebelum melihat Win. "Ayolah, Win, pergi bersamaku dan bersenang-senang."

.

Apakah Frank pernah berbohong? Tentu dia telah mengetahuinya. Win tidak bisa bilang tidak kepadanya. Walaupun jika dia tahu, dialah orang baik pertama yang Win temukan disini. Dia yang mengisi tangki truknya dengan bensin. Dia yang mengkhawatirkan Winketika tidur dibawah tangga. Jadi, Win mengangguk dan berdiri. "Mereka berdua butuh waktu sendiri kurasa," Win menatap kearah Gigie. Dia mengamati Win dengan seksama dan Win memberikan senyum untuk meyakinkan Gigie, hingga dia terlihat lebih santai.

.

"Jangan lupakan pembicaraan kita. Kita harus memutuskan dimana nantinya kami akan tinggal untuk seminggu," Kata Gigie saat Win berjalan kearah pintu.

.

"Kalian bisa membicarakannya nanti, Gigie. Win sudah pergi hampir sebulan. Kau harus berbagi," jawab Frank, membukakan Win pintu untuk berjalan keluar.

.

"Bright akan mengamuk," Jirayu berteriak tepat sebelum Frank menutup pintu, meredam apapun itu ketika Gigie mulai berbicara.

.

Frank dan Win berjalan menuruni tangga dalam diam. Saat Win berada disebelah Frank, Dia melihat kearah Frank dan bertanya. "Apakah kau hanya merindukanku atau ada sesuatu yang ingin kau katakan kepadaku?"

.

Frank menyeringai. "Aku merindukanmu. Aku telah mengatasi ketika Bright merajuk. Jadi percayalah kalau aku benar-benar merindukanmu."

.

Win tahu dari nada menggodanya kalau ia ingin membuat lelucon. Tapi berpikir tentang Bright yang akan kecewa tidak membuat Win tersenyum. Itu hanya akan mengingatkan segalanya. "Maaf," gumam Win. Dia tidak yakin apa lagi yang harus di katakan.

.

"Aku senang kau kembali."

.

Win menunggu. Dia tahu Frank ingin mengatakan lebih. Win bisa merasakannya. Ia mengambil waktu dan Win pikir dia sedang berusaha memutuskan bagaimana caranya untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan.

.

"Aku minta maaf atas apa yang terjadi. Bagaimana itu terjadi. Dan Prim. Dia bisa saja datang mengaku sebagai jalang paling manja didunia tapi dia memiliki masa kanak-kanak yang kacau. Itu

menyesatkannya atau apapun itu. Jika kau hidup dengan Davika sebagai ibumu, mungkin kau bisa mengerti. Bright seorang bocah lelaki, jadi dia tidak menjadi seburuk itu. Tapi, Prim, sial, dunianya kacau. Itu bukanlah sebuah permakluman untuknya, tetapi sebuah penjelasan."

.

Win tidak menanggapinya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Win tidak merasakan simpati apapun terhadap Prim. Sudah pasti seluruh pria dalam hidupnya melakukannya. Pasti baik.

.

"Terlepas dari semua itu, apa yang dia lakukan adalah kesalahan. Bagaimana itu dirahasiakan darimu benar-benar kacau. Maaf karena aku tidak mengatakan apa-apa, tapi jujur, aku bahkan tidak menyadari kalau kau dan Bright memiliki apapun itu sampai apa yang terjadi malam itu di klub ketika dia kehilangan segalanya. Aku melihat dia tertarik padamu, tetapi begitu juga dengan sebagian besar pria dikota ini. Aku pikir dia satu-satunya pria yang tidak mengambil langkah karena kesetiaannya kepada Prim...dan baiklah, apa yang kau tunjukan kepada mereka berdua." Frank menghentikan langkahnya dan Win memalingkan kepala untuk menoleh tepat kearahnya.

.

"Aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Sekalipun. Dia terlihat kosong. Aku tidak bisa menebaknya. Dia bahkan tidak tersenyum. Dia tidak pernah berpura-pura untuk tidak menikmati hidupnya. Dia berbeda semenjak kau pergi. Walaupun dia tidak jujur dan terlihat seperti melindungi Prim...Kalian berdua hanya tidak memiliki cukup waktu. Prim sudah menjadi tanggung jawabnya sejak Bright kecil. Hanya itu yang dia tahu. Lalu tiba-tiba kau datang kedunianya dan mengguncangnya. Jika dia memiliki waktu lebih dia akan memberitahumu. Aku tahu dia akan melakukannya. Tapi Bright tidak. Itu tidaklah adil baginya. Bright jatuh cinta kepada pemuda polos ini, ia selalu berpikir bahwa ialah alasan adiknya tanpa seorang Ayah. Sistem keyakinannya sudah berubah, tapi dia juga sulit untuk melewatinya."

.

Sekali lagi Win hanya melihatnya. Bukan karena tidak setuju. Win bahkan sudah melewati itu semua dikepalanya. Win mengerti apa yang Frank katakan. Masalahnya adalah...itu tidak merubah apapun. Walaupun Frank memberitahu, itu tidak akan merubah siapa dia atau siapa Prim. Apa yang mereka tunjukkan kepada Win. Hidup Ibunya tiga tahun belakangan ini di dunia terasa seperti neraka sementara mereka tinggal di rumah-rumah mewah, silih berganti dari satu acara social ke lainnya. Keyakinan mereka dalam kebohongan yang mereka

katakan kepadanya adalah satu-satunya hal yang tidak dapat Win terima.

.

"Sial. Aku mungkin merusak ini untuk omong kosong. Aku hanya ingin berbicara denganmu dan meyakinkanmu kalau Bright...dia membutuhkanmu. Dan aku tidak yakin kalau dia akan menggantikanmu. Jika dia mencoba untuk berbicara besok, setidaknya dengarlah dia."

.

Win menghela nafas, "Aku bahkan sudah memaafkannya, Frank. Aku hanya tidak bisa melupakannya. Apa yang kami akan atau apa yang kami akan tuju sudah berakhir. Tidak akan pernah lagi. Aku tidak bisa membiarkannya. Hatiku tidak akan membiarkan aku untuk melakukannya. Tapi aku selalu mendengarkannya. Aku peduli padanya."

.

Frank mendesah lelah. "Aku kira itu lebih baik daripada tidak sama sekali."

.

Ya, itu memang lebih baik sebab hanya itu yang bisa Win tawarkan.

.

.

.

.

.

*Afhgan: selimut yang dirajut dengan benang wol berwarna-warni dengan bentuk geometris dan pertama dibuat di Afganistan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top