BAB XII
.
.
.
.
.
Bright mengetuk sekali sebelum membuka pintu kondominium milik Prim dan berjalan masuk. Mobilnya terparkir di luar. Bright tahu dia disini. Bright hanya ingin memastikan dia tahu kalau Bright ada disini. Bright pernah membuat kesalahan dengan tidak mengetuk pintu terlebih dahulu dan kemudian melihat adik tersayangnya itu sedang mengangkang di pangkuan seorang pemuda. Rasanya Bright ingin mencuci mata dan otak setelah kejadian itu.
.
"Prim, ini aku. Kita harus bicara." Bright memanggilnya kemudian menutup pintu. Melangkah ke ruang tamu dan bunyi yang tidak lebih dari suara hening dan langkah kaki yang datang dari arah kamar tidur utama hampir membuat Bright berbalik pergi. Tapi Bright tidak jadi melakukannya. Ini lebih penting. Teman tidurnya harus pulang sekarang bagaimanapun juga. Ini sudah lebih dari jam sebelas.
.
Pintu kamar tidurnya terbuka dan tertutup. Menarik. Siapapun yang ada disini, dia menetap. Mereka harus pergi keluar ke balkon untuk berbicara. Bright tidak ingin membahas Win di depan orang lain.
.
Bright mungkin kenal dengan pria yang ada di kamar itu. Itulah adalah satu-satunya alasan kenapa Prim menyembunyikannya di dalam sana. "Apa kau tidak pernah mendengar tentang menelepon dulu sebelum datang?" Prim membentak saat dia berjalan ke ruang tamu memakai mantel sutera pendek. Dia semakin lama semakin mirip dengan Ibu mereka seiring bertambahnya usia.
.
"Ini hampir jam makan siang, Prim. Kau tidak bisa menahan pria mu di tempat tidur sepanjang hari," jawab Bright dan membuka pintu ke arah balkon yang menghadap ke arah laut. "Aku butuh berbicara denganmu dan aku tidak ingin melakukannya di tempat yang bisa di dengar teman menginapmu."
.
Prim memutar matanya dan melangkah keluar. "Aku merasa aneh bahwa ketika aku mencoba untuk berbicara denganmu selama berminggu-minggu dan kemudian kau sekarang ingin berbicara
denganku, kau menerobos masuk seenaknya seakan aku tidak punya kehidupan.Setidaknya aku meneleponmu terlebih dahulu." Prim juga mulai terdengar seperti ibu mereka.
.
"Aku pemilik kondo ini, Prim. Aku bisa datang kapanpun aku mau,"
.
Bright mengingatkannya. Prim akan pergi dari sini pada pertengahan Agustus untuk kembali ke asrama mahasiswanya dan jurusan kuliah yang belum dia putuskan. Kampus adalah fungsi sosial baginya. Dia tahu Bright akan membayar tagihan dan uang sekolahnya. Bright selalu mengurus semua hal untuknya.
.
"Sangat menyebalkan. Tentang apa ini? Aku bahkan belum minum kopi." Prim juga tidak takut kepada Bright. Bukan berarti Bright ingin Prim takut padanya, tapi ini saatnya dia bersikap dewasa. Bright tidak akan membiarkan dia membuat Win melarikan diri. Dalam sebulan, Prim akan pergi. Biasanya Bright juga akan pergi. Tapi tidak tahun ini. Bright akan tetap berada di Rosemary. Ibu harus mencari lokasi lain. Dia tidak akan mendapatkan rumah ini secara gratis sepanjang tahun ini.
.
"Win telah kembali," Bright mengatakan secara terus terang. Dia telah memiliki waktu untuk melihat segalanya dari sudut yang berbeda. Bright tidak lagi merasa bahwa Prim adalah seorang korban. Saat kecil dia memang korban tapi begitu juga dengan Win.
.
Prim menegang dan matanya berkilat penuh kebencian yang mengarah kepada ayahnya alih-alih kepada Win. "Jangan mengatakan apapun. Biarkan aku bicara lebih dulu atau aku akan mengusir teman menginapmu keluar dari kondo-ku. Aku yang berkuasa disini Prim. Ibu kita tidak punya apa-apa. Aku menghidupi kalian berdua. Aku tidak pernah memintamu untuk apapun. Tidak pernah. Tapi sekarang aku akan memintanya... tidak, aku akan menuntutmu untuk mendengarkanku dan mengikuti ucapanku." Kemarahan Prim memudar dan sekarang si anak manja ada disana melihat ke arah Bright. Dia tidak suka diperintah. Bright tidak bisa menyalahkan Ibu mereka atas sikapnya itu, tidak seluruhnya. Bright juga merupakan penyebabnya. Kepuasan yang berlebihan telah menghancurkan Prim.
.
"Aku benci dia," Prim mendidih.
.
"Aku bilang dengarkan aku. Jangan berasumsi aku menggertak, Prim. Karena kali ini kau berurusan dengan sesuatu yang aku pedulikan. Hal ini mempengaruhiku, jadi dengarkan dan tutup mulutmu."
.
Matanya membulat terkejut. Bright yakin dia tidak pernah berbicara seperti itu pada Prim. Dia sendiri juga sedikit merasa terkejut. Mendengar kebencian dalam suaranya yang mengarah ke Win telah membuat Bright begitu marah.
.
"Win tinggal dengan Gigie. Joss telah memberi Win pekerjaannya kembali. Dia tidak memiliki apapun di Alabama. Dia tidak memiliki siapapun. Ayah yang kalian berdua miliki tidak berguna. Baginya Ayahnya sudah mati. Dia kembali untuk mencari tahu dimana tempat yang tapat baginya dan apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia telah melakukan hal itu sebelumnya, tapi ketika kebenaran telah terungkap membuat dunianya hancur sehingga dia melarikan diri. Merupakan sebuah keajaiban bahwa dia telah kembali. Aku ingin dia kembali disini, Prim. Kau mungkin tidak ingin mendengar ini, tapi aku mencintainya. Aku akan melakukan segalanya untuk memastikan dia aman. Dia telah aman dan tidak ada seorangpun, benar-benar seorang pun, bahkan adikku sendiri, yang akan membuatnya merasa tidak diinginkan. Kau akan segera pergi. Kau bisa menyimpan kebencianmu yang salah tempat jika kau ingin, tapi suatu hari nanti aku harap kau cukup dewasa untuk menyadari bahwa hanya ada satu orang untuk dibenci disini."
.
Prim tenggelam dalam kursi santai yang dia taruh disini untuk bersantai dan membaca buku. Bright juga mencintai Prim. Bright telah melindunginya sepanjang hidup. Memberitahunya hal ini dan mengancamnya adalah hal yang sulit tapi Bright tidak bisa membiarkannya menyakiti Win lagi. Bright harus mengehentikannya. Win tidak akan memberikan kesempatan lagi padanya selama Prim masih menyiksa hidupnya.
.
"Jadi kau lebih memilih dia daripada aku," Prim berbisik.
.
"Ini bukan kontes, Prim. Berhenti bertingkah seperti itu. Kau mendapatkan Ayah. Win kehilangannya. Kau menang. Sekarang lepaskan."
.
Prim mengangkat matanya dan air mata menempel pada bulu matanya. "Dia membuatmu membenciku."
.
Drama sialan. Prim hidup dalam opera sabun dalam kepalanya. "Prim, dengarkan aku. Aku mencintaimu. Kau adalah adikku. Tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya. Tapi aku jatuh cinta pada Win. Itu mungkin halangan yang besar bagi rencanamu untuk menaklukkan dan menghancurkannya, tapi sayangku, sudah waktunya bagimu untuk melupakan masalah tentang Ayahmu. Tiga tahun yang lalu dia telah kembali. Aku ingin kau menyingkirkan rencanamu."
.
"Bagaimana dengan keluarga adalah yang utama?" Prim tercekik.
.
"Jangan bawa-bawa itu. Kau dan aku tahu bahwa aku selalu mengutamakanmu sepanjang hidupku. Kau membutuhkanku dan aku ada disana. Tapi kita sekarang sudah dewasa, Prim."
.
Prim menghapus air mata yang keluar dari matanya kemudian berdiri. Bright tidak bisa bilang apakah air matanya asli atau palsu. Dia bisa menyalakan dan mematikannya dalam sekejap. "Baiklah. Mungkin aku akan kembali ke sekolah lebih awal. Kau juga tidak menginginkanku disini bagaimanapun juga. Kau telah memilihnya."
.
"Aku ingin kau selalu berada disisiku, Prim. Tapi kali ini aku ingin kau bersikap baik. Pikirkan orang lain sebagai gantinya. Kau punya hati. Aku pernah melihatnya. Sekarang waktunya untuk
menggunakannya."
.
Punggung Prim mengencang. "Jika kita sudah selesai bisakah kau meninggalkan kondo-mu?"
.
Bright mengangguk. "Yeah Aku selesai," menjawab dan berjalan masuk ke dalam. Tanpa berkata-kata lagi Bright berjalan menuju pintu depan. Waktu akan menunjukkan apakah dia harus menggunakan ancaman untuk memberi adiknya pelajaran. Hh, Bright harap dia tidak perlu melakukannya.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top