BAB VI
.
.
.
.
.
Gigie menghentikan mobil Jirayu ke tempat Dairy K. Win melihat mobil Volkswagen kecil berwarna biru milik Seul dan memutuskan untuk tidak keluar dari mobil. Dia hanya pernah bertemu Seul dua kali sejak kembali dan sudah siap mencakar keluar mata Win. Dia telah menyukai Luke semenjak SMA. Win pulang kembali dan mengacaukan apa pun jenis hubungan mereka yang akhirnya telah berhasil mereka jalani. Win tidak bermaksud seperti itu. Dia bisa memiliki Luke.
.
Gigie mulai keluar dari mobil dan Win meraih lengannya. "Mari kita bicara di dalam mobil saja," kata Win, menghentikannya.
.
"Tapi aku ingin beberapa es krim yang dicampur dengan Oreo," keluhnya.
.
"Aku tidak bisa bicara di sana. Aku kenal banyak orang," jelas Win. Gigie menghela napas dan bersandar di kursinya. "Oke baik. Lagipula diriku tidak membutuhkan es krim dan kue."
.
Win tersenyum dan santai, berterima kasih atas jendela berwarna gelap. Mengetahui dia tidak akan terlihat saat orang berhenti dan menatap mobil Jirayu itu. Tidak ada seorang pun di sini yang mengendarai mobil yang bahkan dekat dengan lingkaran ini.
.
"Aku tidak akan bertele-tele dengan ini, Win. Aku merindukanmu. Aku tidak pernah punya satupun teman dekat sebelumnya. Tidak pernah. Kemudian kau datang dan kau pergi. Aku benci ketika kau pergi. Pekerjaan menjadi menyebalkan tanpamu ada di sana. Aku tidak memiliki seorangpun yang bisa di ajak cerita tentang kehidupan seksku dengan Jirayu dan bagaimana manisnya dia yang mana takkan pernah kudapatkan bila aku tak mendengar nasihatmu. Aku hanya merindukanmu."
.
Win merasa terharu. Hanya merasa dirindukan terasa begitu baik. Win merindukannya juga. Dia merindukan banyak hal. "Aku juga merindukanmu," jawabnya , berharap tidak menjadi cengeng.
.
Gigie mengangguk dan senyum terpasang di bibirnya. "Oke baik. Karena aku ingin kau kembali dan tinggal bersamaku.Jirayu menempatkanku di kondominium tepi pantai di properti klub. Aku, bagaimanapun,menolak untuk membiarkan dia membayarnya. Jadi, aku butuh teman sekamar. Tolong kembalilah. Aku membutuhkanmu. Dan Joss mengatakan kau akan mendapatkan pekerjaanmu kembali segera."
.
Kembali ke Rosemary? Dimana Bright berada...dan Prim...dan Ayah. Win tidak bisa kembali. Dia tidak bisa bertemu mereka. Mereka akan berada di klub. Apakah Ayah akan mengajak Prim untuk bermain golf? Bisakah Win melihatnya? Tidak, dia tidak bisa. Ini akan menjadi terlalu banyak.
.
"Aku tidak bisa," Win tercekat. dia berharap dia bisa. Win tidak tahu kemana dia akan pergi sekarang mengetahui bahwa sekarang dirinya hamil tapi dia tidak bisa pergi ke Rosemary dan tak bisa tinggal disini.
.
"Kumohon, Win. Bright merindukanmu juga. Dia tidak pernah meninggalkan rumahnya. Jirayu mengatakan dia begitu menyedihkan."
.
Rasa amarah seketika menggelegak dalam dada Win. Mengetahui bahwa Bright juga sakit terasa terlalu berat. Win membayangkan dia mengadakan pesta dirumahnya dan meneruskan hidup. Win tidak ingin dia masih sedih. Win hanya perlu Bright untuk melanjutkan hidup seperti sebelumnya. Tapi mungkin Win tidak akan pernah bisa. Dia akan selalu mengingat Bright.
.
"Aku tidak bisa melihat mereka. Salah satu dari mereka. Ini akan terlalu berat," Win berhenti. Dia tidak bisa memberitahu Gigie tentang kehamilannya. Dia hampir tidak punya waktu untuk memahaminya. Dan lagi, dia belum siap untuk memberitahu siapa pun. Win mungkin tidak akan pernah memberitahu siapa pun selain Luke. Dia akan segera meninggalkan tempat ini. Kemanapun akan pergi dimana dia tak ingin mengenali seorangpun. Memulai lagi dari awal .
.
"Ayah...eh Ayahmu dan Davika tidak ada. Mereka pergi. Prim ada tapi dia lebih tenang sekarang. Ku rasa dia mengkhawatirkan Bright. Akan sulit pada awalnya, namun setelah kau mencoba melupakan lukamu kau bisa mengatasi mereka. Bahkan segalanya. Selain itu, dari gaya mata Joss yang mengerjap bahagia ketika aku menyebutkan kau akan kembali kau bisa mengalihkan dirimu padanya. Dia jauh lebih menarik."
.
Win tidak ingin Joss. Dan tidak ada yang dapat mengalihkan perhatiannya. Gigie tidak tahu segalanya. Win pun tidak bisa mengatakan padanya. Tidak hari ini.
.
"Sebanyak yang ku inginkan...aku hanya tidak bisa. Maafkan aku." Win menyesal. Tinggal bersama Gigie dan mendapatkan kembali pekerjaan di klub akan menjadi jawaban untuk masalahnya, hampir.
.
Gigie mendesah frustrasi, membaringkan kepalanya kembali di kursi dan memejamkan mata. "Oke. Aku mengerti. Aku tidak menyukainya namun aku mengerti."
.
Win mengulurkan tangan dan meremas tangannya erat. Win berharap sesuatu yang berbeda. Jika saja Bright hanya seorang lelaki dari beberapa lelaki yang telah putus dengannya mungkin itu lebih baik. Tapi Bright tidak. Dia tidak akan pernah. Dia lebih dari itu. Jauh lebih dari yang bisa Gigie mengerti.
.
Gigie meremas tangan Win kembali. "Aku akan membiarkan ini berlalu untuk hari ini. Tapi aku tidakakan segera mencari teman sekamar. Aku memberimu waktu seminggu untuk berpikir tentang hal ini. Lalu aku harus mencari seseorang untuk membantuku membayar tagihan. Jadi kau mau kan? Memikirkan tentang hal ini?"
.
Win mengangguk karena tahu itu apa yang dia butuhkan walau pun Win tahu Gigie akan menunggu dengan sia-sia.
.
"Bagus. Aku akan pulang dan berdoa jika Tuhan masih mengingat siapa sih aku ini." Gigie mengedipkan mata ke arah Win dan kemudian melintasi kursi untuk memeluknya.
.
"Makanlah makanan untukku, oke? Kau terlalu kurus," katanya.
.
"Oke," jawab Win, bertanya-tanya apakah itu akan mungkin.
.
Gigie duduk kembali. "Nah, jika kau tidak akan berkemas dan kembali ke Rosemary denganku maka setidaknya mari kita pergi keluar. Aku perlu untuk menginap semalam sebelum aku melakukan perjalanan ini lagi. Kita bisa mencari tempat hiburan di suatu tempat dan kemudian lelah setibanya di hotel."
.
Win mengangguk. "Ya. Kedengarannya menarik. Hanya saja tidak ada honky-tonks." Win tidak bisa datang kembali salah satu dari mereka. Setidaknya tidak secepat ini. Gigie mengerutkan kening. "Oke...tapi apakah ada sesuatu yang lain di negara bagian ini?"
.
Gigie punya tujuan. "Ya...kita bisa menyetir ke Birmingham. Itu adalah kota besar terdekat."
.
"Sempurna. Mari kita bersenang-senang."
.
Ketika keduanya berhenti di parkiran jalan di rumah Granny, nenek Luke duduk di luar di teras sedang mengupas kacang polong. Win tidak ingin menemui dia, tapi Granny telah memberi Win tempat tinggal selama tiga minggu tanpa pamrih. Dia berhak mendapatkan penjelasan jika dia ingin. Meskipun Win tidak yakin Luke telah memberitahunya segalanya. Truknya tidak ada di sini dan Win sangat berterima kasih.
.
"Kau ingin aku tetap tinggal di mobil?" tanya Gigie. Akan lebih mudah jika dia melakukannya tapi Granny akan melihatnya dan menngatakan betapa tidak sopannya Win jika tak mengijinkan teman untuk masuk.
.
"Kau bisa ikut denganku," kata Win dan membuka pintu mobil . Gigie berjalan mengitari bagian depan mobil dan melangkah tepat disamping Win. Nenek tidak mendongak dari kacang polongnya tapi Win tahu dia mendengar mereka. Dia sedang memikirkan apa yang akan dia katakan. Luke pasti telah memberitahunya. Sialan!
.
Win memandang saat ia terus mengupas kacang polong dalam keheningan. Hanya rambut pendeknya berwarna putihlah yang bisa Win lihat darinya. Tidak ada kontak mata. Akan jauh lebih mudah untuk hanya masuk ke dalam dan mengambil keuntungan darinya yang tak berbicara pada Win. Tapi ini adalah rumahnya. Jika dia tidak ingin Win berada di sini, Win perlu untuk berkemas dan pergi.
.
"Hei, Granny," sapa Win dan berhenti, menunggu dia untuk mengangkat kepalanya untuk menatap Win.
.
Senyap. Dia marah dengan Win. Kecewa atau marah, Win saa sekali tidak yakin yang mana. Win benci Luke sekarang untuk memberitahunya. Tidak bisakah dia menutup mulutnya?
.
"Ini temanku, Gigie. Dia datang untuk mengunjungiku hari ini," lanjut Win.
.
Granny akhirnya mengangkat kepalanya dan kemudian tersenyum pada Gigie selanjutnya tatapannya berpindah pada Win. "Kau ajaklah dia masuk dan suguhkan dia segelas besar es teh dan berikan dia sepiring pie goreng yang telah kudinginkan di meja. Kemudian kembalilah keluar sini dan bicara padaku sebentar, hmmm." Ini bukan perintah; Itu permintaan halus. Win mengangguk dan memimpin Gigie masuk ke dalam.
.
"Apakah kau membuat jengkel wanita tua itu?" bisik Gigie ketika mereka berada aman di dalam rumah. Win mengangkat bahu. tidak yakin. "Aku tidak tahu,"
.
Win pergi ke lemari dan mengambil gelas tinggi dan pergi untuk menyuguhkan Gigie segelas es teh. Win bahkan tidak bertanya apakah dia menginginkannya. Win hanya mencoba untuk melakukan apa yang dikatakan Nenek Luke tadi.
.
"Ini. Minumlah ini dan makanlah sepotong pie goreng. Aku akan segera kembali dalam beberapa menit," kata Win dan bergegas kembali ke luar. Win harus menyelesaikan masalah ini.
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top