BAB V

.

.

.

.

.

Sekarang adalah hari ulang tahun Ibunya, Prim sudah dua kali menelpon menanyakan apakah Bright akan menelpon Ibu atau tidak. Bright tidak bisa melakukannya. Ibu sedang berada di pantai di Bahama bersama dengannya. Hal ini sama sekali tidak mempengaruhinya. Sekali lagi dia kabur untuk menikmati hidupnya sementara itu meninggalkan anaknya di belakang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

.

"Prim menelpon lagi. Kau ingin aku menjawabnya dan mengatakan padanya agar meninggalkan kau sendirian?" Frank berjalan masuk ke ruang tamu memegang ponsel Bright di tangannya sementara ponsel itu berdering. Dua orang itu bertengkar seperti layaknya saudara kandung,

.

"Tidak, berikan itu padaku," jawab Bright sambil dia melemparkan ponsel itu untuk Bright tangkap.

.

"Prim," sapanya dengan hangat.

.

"Apakah kau akan menelpon Ibu atau tidak? Dia sudah dua kali menelponku sekarang bertanya apakah aku bicara padamu dan jika kau ingat ini adalah hari ulang tahunnya. Dia peduli padamu.

Berhenti membiarkan pemuda miskin itu menghancurkan segalanya, Bright. Dia menodongkan senjatanya padaku, demi Tuhan. Senjata, Bright. Dia gila. Dia─"

.

"Berhenti. Jangan berkata apa-apa lagi. Kau tidak mengenalnya. Kau tidak ingin tahu tentangnya. Jadi hentikan. Aku tidak akan menelpon Ibu. Lain kali dia menelpon katakan padanya seperti itu. Aku tidak ingin mendengar suaranya. Aku tidak peduli akan liburannya atau apa yang dia dapatkan saat ulang tahunnya."

.

"Ouch," guman Frank saat dia merebahkan diri pada sofa diseberang dan menopangkan kaki nya pada sofa rendah tanpa sandaran di depannya.

.

"Aku tidak percaya kau berkata seperti itu. Aku tidak memahamimu. Dia tidak mungkin baik dalam─"

.

"Jangan Prim. Percakapan ini selesai. Telpon aku jika kau butuh aku." Bright menekan tombol end kemudian melemparkan ponselnya ke kursi disamping dan menyandarkan kepalanya pada bantal.

.

"Ayo pergi. Sedikit minum. Berdansa dengan beberapa gadis atau apapun yang kau butuhkan. Lupakan semua omong kosong ini. Semuanya." kata Frank. Dia menyarankan ini beberapa kali selama lebih dari tiga minggu. Atau setidaknya sejak Bright berhenti memecahkan sesuatu dan dia merasa itu sudah cukup aman untuk bicara.

.

"Tidak,"jawab Bright tanpa melihatnya .Tidak ada satu alasan pun untuk bersikap seolah dia baik-baik saja. Sampai dia tahu Win baik-baik saja, Bright tidak akan pernah baik. Dia mungkin tidak akan memaafkannya. Masa bodoh, Win mungkin tidak akan pernah melihatnya lagi tapi Bright tetap ingin tahu apakah dia sudah pulih. Bright ingin tahu sesuatu. Apa saja.

.

"Aku sangat baik untuk tidak ikut campur. Aku membiarkanmu menjadi gila, berteriak pada semua yang bergerak dan menyebalkan. Ku pikir ini saatnya kau bilang sesuatu padaku. Apa yang terjadi

ketika kau pergi ke Alabama? Sesuatu pasti telah terjadi. Kau tidak kembali menjadi orang yang sama."

.

Bright menyayangi Frank seperti saudara tetapi tidak mungkin dia mengatakan padanya tentang malam di kamar hotel bersama Win. Win telah begitu terluka dan Jungkppl sangat putus asa."Aku tidak ingin membicarakannya. Tapi aku ingin pergi keluar. Berhenti menatap pada semua dinding ini dan mengingatnya...yeah aku perlu keluar."

.

Bright berdiri dan Frank melompat dari tempat duduknya di sofa. Kelegaan nampak nyata di matanya. "Untuk apa kau pergi keluar? Bir atau gadis atau keduanya?"

.

"Musik yang keras," jawab Bright tak perduli. Dia benar-benar tidak perlu bir atau gadis atau apapun itu... Bright hanya tidak siap untuk itu.

.

"Kita harus keluar kota. Mungkin ke Destin?"

.

Melemparkan kunci mobil pada Frank, "Tentu, kau yang menyetir."

.

Bunyi bel menghentikan langkah keduanya. Terakhir kali Bright punya tamu tak diundang berakhir dengan tidak baik. Seolah ada polisi yang datang untuk menahanku karena memukul wajah Luke. Cukup aneh, Bright tidak peduli. Dia tidak pernah takut.

.

"Aku yang akan membukanya," kata Frank, menatap Bright dengan gelisah. Dia memikirkan hal yang sama. Bright duduk kembali di sofa dan menopangkan kakinya ke atas meja kopi di depannya. Ibu tidak menyukainya ketika meletakkan kaki di atas meja ini. Dia membelinya pada waktu liburan luar negerinya dan meja itu dikirimkan kesini. Bright merasa tiba-tiba rasa bersalah datang karena tidak menelponnya tapi Bright memilih mengabaikannya. Seumur hidup Bright membuat wanita itu bahagia dan menjaga Prim. Bright tidak akan melakukan hal itu lagi. Itu semua sudah selesai. Dengan semua omong kosongnya.

.

"Jirayu, ada apa? Kami baru saja akan keluar. Kau mau ikut?" kata Frank sambil melangkah mundur dan membiarkan Jirayu masuk ke dalam rumah. Bright tidak bangun. Dia hanya ingin Jirayu pergi. Melihat Jirayu mengingatkannya pada Gigie yang mengingatkan pada Win. Jirayu harus pergi.

.

"Uh, tidak, aku uh...Aku perlu bicara padamu tentang suatu hal," kata Jirayu, menyeret kakinya dan memasukkan tangannya ke sakunya. Dia kelihatannya siap untuk melompat keluar dari pintu.

.

"Oke," balas Bright.

.

"Hari ini mungkin bukan waktu yang baik untuk berbicara dengannya, kawan," kata Frank, melangkah ke depan Jirayu dan menatap Bright. "Kami berdua mau keluar. Ayo pergi. Jirayu bisa bicara nanti."

.

Sekarang Bright penasaran apa yang membuatnya kemari, "Aku bukanlah orang yang tidak terkendali, Frank. Duduklah. Biarkan dia bicara."

.

Frank menghembuskan nafas dan menggelengkan kepalanya. "Baiklah. Kau akan mengatakan padanya omong kosong ini sekarang, maka katakan padanya."

.

Jirayu menatap Frank dengan gugup kemudian dia menatap Bright kembali. Dia berjalan dan duduk di kursi yang paling jauh dari tempat Bright. Sedang Bright menatap saat dia menyelipkan rambutnya di belakang telingan dan ingin tahu apa yang akan dia katakan adalah hal penting. "Gigie dan aku menjadi lebih serius," dia memulai. Bright sudah tahu ini dan tidak peduli.

.

Bright merasakan rasa sakit terbuka di dada, mengepalkan tangan. Dia harus fokus untuk memasukkan udara ke dalam paru-paru. Gigie adalah teman baik Win. Dia tahu bagaimana Win. "Dan uh...tempat tinggal Gigie sewanya naik dan tempat itu juga buruk. Aku merasa tidak aman dia tinggal disana. Jadi, aku bicara pada Joss dan dia bilang bahwa Ayahnya punya kondominium dengan dua kamar yang kosong jika aku ingin menyewanya. Aku uh, menyewanya untuk Gigie dan membayar uang sewa dan semuanya. Tapi ketika aku mengajaknya untuk melihatnya dia marah. Sangat marah. Dia tidak ingin aku membayar uang sewanya. Dia bilang itu membuatnya merasa murahan," Jirayu menghembuskan nafas dan tatapan maaf yang tetap terlihat di matanya tetap tidak berarti. Bright tidak peduli tentang pertengkarannya dengan Gigie.

.

"Itu dua kali lebih...atau, setidaknya, Gigie berpikir itu dua kali lebih mahal dari tempat tinggal lamanya. Dan sebenarnya itu empat kali lebih mahal dari tempat lamanya. Aku meminta Joss merahasiakannya. Aku membayar bagian yang lain tanpa dia ketahui. Ngomong ngomong. Dia, uh...dia...pergi ke Alabama hari ini. Dia menyukai kondominium itu. Dia ingin tinggal di properti

klub atau di pantai. Tapi satu-satunya orang yang dia anggap cocok sebagai teman sekamarnya adalah...Win."

.

Bright berdiri. Dia tidak bisa duduk.

.

"Whoa kawan...duduklah." Frank menahannya dan Bright menepisnya.

.

"Aku tidak marah. Aku hanya perlu bernapas," kata Bright kemudian, menatap keluar ke pintu kaca menatap ombak yang menghantam pantai. Gigie pergi untuk mendapatkan Win. Jantungnya berdetak cepat. Apakah dia akan datang?

.

"Aku tahu kalian berdua berakhir dengan tidak baik. Aku memintanya untuk tidak melakukannya tapi dia marah dan aku tidak suka membuatnya marah. Dia bilang dia merindukan Win dan Win membutuhkan seseorang. Dia, uh, juga bicara pada Joss agar memberi Win pekerjaan lagi jika dia bisa mendapatkan Win kembali."

.

Win. Kembali...

.

Dia tidak akan kembali. Dia membenci Bright. Dia membenci Prim. Dia membenci Ibu. Dia membenci Ayah. Dia tidak akan kembali ke sini...tapi Ya Tuhan, Bright ingin dia kembali. Dia menoleh dan melihat Jirayu.

.

"Dia tidak akan kembali," kata Bright. Rasa sakit di suaranya tidak bisa dipungkiri. Bright tidak peduli untuk menyembunyikannya. Tidak lagi. Jirayu mengangkat bahu.

.

"Dia mungkin butuh waktu untuk memikirkan hal ini. Bagaimana jika dia kembali? Apa yang akan kau lakukan?" Frank bertanya pada Bright.

.

Apa yang akan Bright lakukan?

.

Bright akan memohon.

.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top