5. Ini Pertama Kalinya, Pak.


Dosen killer itu kalau lagi baik bikin mahasiswanya : 1. Bersyukur karena bebas dari amukannya; 2. Curiga, kira-kira mau ada apa.

***

Audi memencet tombol keyboard laptopnya dengan penuh emosi. Ia kesal setengah mati setelah pulang dari rumah Rezvan siang tadi. Ini hari Jumat dan dia tidak ada jadwal bimbingan. Jadi, dia seharian berada di rumah sambil memperbaiki tugas akhirnya sebelum pertemuan pertama les private-nya dengan Rezvan.

Sayangnya, Rezvan rupanya tidak ada di rumah sejak pagi. Padahal Audi hafal jika setiap Jumat Rezvan tidak akan ke kampus karena tidak ada jadwal mengajar atau bimbingan. Ini juga bukan minggu pertama bulan, jadi tidak akan ada rapat jurusan.

Audi sudah menunggu hampir satu jam di depan rumah Rezvan. Ia bahkan sudah berkali-kali mengirimkan pesan untuk Rezvan. Ia bahkan sempat bolak-balik ke rumahnya untuk makan sebentar. Tapi rupanya batang hidung Rezvan belum tampak juga.

"Coba kalau gue telat satu menit aja, ngomelinnya bisa setengah jam sendiri," keluh Audi. "Lagian dia gak buka hape sama sekali apa. Kesel gue."

Audi sedang mengerjakan tugas akhirnya di kafe langganan. Tempat dia pernah bertemu Rezvan dan berakhir diantar pulang. Sungguh jika Audi memikirkan kembali pertemuan itu ia sangat malu. Kenyataan bahwa dia sama sekali tidak tahu jika Rezvan adalah tetangga padahal Rezvan tahu.

"Lah, tapi kan dia juga salah. Udah tahu gue tetangganya tapi tetep jahatin gue. Apa gue harus operasi plastik dulu biar secantik Deila?" Audi masih mengetik dengan emosi tinggi.

Sudah rahasia umum jika Rezvan cukup 'lunak' jika berhadapan dengan mahasiswi berparas cantik. Apalagi ditambah pintar, sudah deh mahasiswa kroco mumet* seperti Audi hanya bisa diam dan melihat. Itu kalau beruntung. Kalau tidak ya bakal disindir dan dihina sampai Bapak Rezvan puas.

Sebenarnya bukan hanya sisi jelek Rezvan saja yang terkenal seantero jurusan, tapi juga karena kegantengan dan kepintarannya. Bahkan mahasiswi dari prodi Teknik Industri dan Arsitektur mengenalnya. Audi juga pernah dengar dari Milla kalau akun instagram Rezvan sendiri banyak di­-follow teman-temannya dari beda jurusan itu.

Audi sendiri tidak pernah kepo dengan hal seperti itu. Tapi lama-lama dia penasaran juga kenapa seorang Rezvan Brata dikagumi. Audi sendiri dalam hati juga pernah mengakui pesona Rezvan. Kalau sedang dalam mood baik, Rezvan akan mengajar dengan sangat baik. Ia adalah pengajar yang handal, mudah dipahami, dan tidak pelit ilmu. Nilai Audi di mata kuliah yang diampu Rezvan juga tidak jelek. Ia bahkan sempat mendapat nilai A.

Di sela-sela mengingat segala hal tentang Rezvan, mata Audi menangkap satu sosok yang sangat familiar. Kebetulan sosok itulah yang baru saja dia pikirkan.

"Talk of the devil. Datang juga nih orang," Audi sudah siap menghampiri Rezvan yang baru turun dari mobil.

Tapi ia mengurungkan niatnya ketika dia melihat seorang wanita ikut turun dari mobil Rezvan. Audi belum pernah melihat wanita itu. Apakah wanita itu pacar Rezvan? Selama ini belum pernah ada kejelasan soal status Rezvan. Mau bertanya juga takut disemprot duluan.

Mata Audi masih mengekori pergerakan Rezvan dan si wanita misterius itu. Mereka duduk di bagian kafe yang dekat dengan taman, sedangkan Audi duduk di pojokan kafe yang sepi.

Rezvan tampak memanggil pelayan dan mulai memesan makanan. Wanita yang duduk di hadapan Rezvan sepertinya juga memesan makanan yang sama dengan Rezvan karena dia tidak melihat menu. Audi memakai topinya dan duduk agak menunduk, sudah mirip dengan mata-mata amatir yang ada di film.

Penampilan wanita yang datang bersama Rezvan itu lebih dewasa dibandingkan Audi, pasti usianya lebih tua atau seumuran dengan Rezvan. Audi juga baru sadar jika Rezvan berpenampilan casual, berbeda dari biasanya dimana dia akan memakai kemeja formal dan celana kain. Belum lagi dengan sepatu pantofel hitam mengkilat. Audi curiga kalau Rezvan selalu memolesnya setiap saat.

Audi sempat mengambil beberapa foto menggunakan ponselnya. Ia akan mengirim foto itu di grup obrolannya dengan Milla dan Arlino. Audi sudah membayangkan bagaimana respon kedua sahabatnya itu ketika melihat apa yang sudah ditemukan oleh Audi.

Para Pengabdi TA (3)

Photo

Geng, lihat aku bertemu siapa ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Read by 2

Arlino Mahesa

Gils gils

Si bapak tuh?

Buset gercep amat lu nenf

Neng

Audrey Samilla

Apakah ini jodoh Audi ya tuhan?

Bcd mil

Sampe typo gitu lin wkwk

Lihat dong itu si bapak sama siapa

Read by 2

Arlino Mahesa

Wah wah skandal nih

Cewek?

Audrey Samilla

Cewek tuh Lin

Ya masa si bapak humu sih -__-

Cewek noh. Keren kan gue

Read by 2

Arlino Mahesa

Lu ngapain ngikutin si bapak?

Audrey Samilla

Audi kangen Lin wkwkwk

Lu kagak cemburu kan Di?

Mil, gadanta deh omongan lo -___-

Read by 2

Audrey Samilla

Wkwkwk

Di, jangan sampe ketahuan. Abis lo ntar

Si bapak kencan kayanya ya?

Engga. Gue sembunyi

Kayanya deh. Besok kalau ketemu gue ceritain deh

Read by 2

Audrey Samilla

Sip. Gue tunggu wkwkwk

Arlino Mahesa

Pantau terus bung

Jangan sampai lepas.

Btw si bapak ganteng juga ya pake polo doang ( ͡° ͜ʖ ͡°)

Audrey Samilla

Astaghfirullah arlino

Gue ga nyangka selama ini lo doyan mas-mas sado

Wkwkwk arlino ih micin banget

Ntar gue update lagi yaa

Read by 2

Audi menutup aplikasi chatting di ponselnya. Dia kadang heran bagaimana dia bisa berteman dengan dua orang aneh tersebut. Tapi ia jauh lebih bersyukur karena menemukan sahabat yang tidak akan meninggalkannya ketika orang lain akan pergi tanpa pamit padanya.

Saat ini, Audi hanya ingin fokus mencari tahu apa yang sedang dilakukan Rezvan dan siapa wanita yang diajaknya itu. Karena apapun alasannya, hal itu yang membuatnya sebal hari ini.

***

Audi punya banyak trauma. Ia trauma dengan buah rambutan karena ia menganggap buah itu menggelikan; ia trauma dengan badut karena menurutnya badut itu menyeramkan; ia trauma ketika naik pesawat karena jatuh dari pesawat adalah hal terburuk yang bisa dia bayangkan. Dan sepertinya akan ada hal lain yang masuk menjadi daftar baru traumanya : Rezvan.

Yup.

Cukup satu orang dan itu bisa menyebabkan banyak alasan untuk traumanya. Mungkin Rezvan tidak pernah tahu dampak apa yang berhasil dia berikan kepada Audi.

Sabtu pagi ini, Audi langsung menerima pesan whatsapp dari Rezvan. Si perfeksionis itu memintanya datang lebih awal ke rumahnya. Audi tidak perlu bertanya lebih jauh untuk apa. Karena otomatis pertemuan kali ini adalah pertemuan pertama les private mereka (mengingat kemarin Jumat Rezvan lupa membatalkannya).

Ketika Audi baru sampai, ia langsung disodori setumpuk kertas folio ujian mahasiswa Rezvan. Tentu saja Rezvan menyuruh Audi untuk mengkoreksinya.

"Kamu koreksi ini dulu. Habis itu kita makan siang lalu baru mengerjakan tugas akhir kamu," kata Rezvan tanpa menoleh kepada Audi. Ia masih sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

"Kenapa tidak mengerjakan dulu, Pak? Kan nanti jadi lebih mudah tidak ada tanggungan," usul Audi. Ia tidak mau mengkoreksi ujian dengan pikiran masih terpaut dengan tugas akhirnya.

Rezvan mendongakkan kepalanya, menatap tajam Audi sekilas sebelum berkata dengan tajam, "Asal kamu tahu saja, membimbing kamu itu tidak sebentar. Sedangkan kerjaan saya masih banyak. Sana kerjakan."

Hati Audi rasanya mencelos. Seburuk itukah pekerjaannya selama ini sampai-sampai Rezvan tampak jengah? Padahal Audi sudah memastikan jika yang dikerjakan ini sudah masuk akal. Ia sudah konsultasi dengan teman-temannya yang lebih pintar atau menghabiskan waktu seharian untuk browsing materi sebelum mengerjakan tugas akhirnya.

Audi juga jadi tidak yakin apakah ia harus menanyakan alasan dosennya itu tidak menepati janji. Mengingat Rezvan sama sekali tidak minta maaf atau menyinggung masalah tersebut.

Audi duduk di hadapan Rezvan. Ruangan kerja Rezvan merupakan kamar yang dipenuhi dengan rak buku berisi buku-buku tebal dan kebanyakan berbahasa asing. Sekilas Audi ingat dengan ruangan kerja papanya. Di tengah ruangan ada meja sedang dengan dua kursi yang saling berhadapan, mirip dengan suasana di kantor Rezvan tempat dimana ia biasa membimbing mahasiswanya.

Audi mulai mengerjakan tugasnya. Ia sudah diberi kunci jawaban. Masalahnya, ujian anak teknik itu jarang sekali dalam pilihan abcde. Semuanya dalam bentuk esai. Jadi, Audi harus berhati-hati dalam mengerjakannya. Kadang ia sempat melihat nama adik tingkatnya ketika mengkoreksi. Banyak yang nilainya tidak terlalu bagus, mungkin ujiannya susah kali ini.

Audi dan Rezvan larut dalam pekerjaan mereka sampai tidak sadar kalau hari sudah siang.

"Audi, sebaiknya kita makan dulu," Rezvan mematikan laptopnya kemudian berdiri. "Mama saya sudah masak jadi kamu makan di sini saja."

Audi mengangguk dan mengikuti Rezvan keluar dari kamar kerjanya.

"Tante Hadi kemana, Pak?" tanya Audi.

Rezvan sudah duduk manis di meja makan dan menyendokkan nasi dan lauk pauk. Audi yang tampak canggung akhirnya memutuskan duduk agak jauh dari Rezvan, menunggu dosennya itu selesai mengambil makan.

"Mama saya ada arisan. Baru pulang nanti sore," jawab Rezvan.

Tanpa diminta, Rezvan mengambil piring Audi dan mengisinya dengan nasi dan banyak lauk pauk. Ia juga menuangkan air putih untuk Audi. Audi sempat mematung beberapa saat. Ia mencoba memahami perilaku dosennya yang tumben kelewat baik.

"Terima kasih, Pak," ucap Audi malu-malu.

"Kalau di luar kampus, panggil saya Kakak saja. Aneh dipanggil dengan sebutan Bapak. Mengerti?" Rezvan menatap Audi intens.

Audi langsung mengangguk paham. Ia merasa lebih aneh lagi harus memanggil Rezvan dengan panggilan selain bapak. Kak Rezvan. Aneh, kan?

Mereka berdua kembali makan dalam diam. Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan garpu atau piring. Sesekali Audi melirik Rezvan di hadapannya. Rezvan ketika makan adalah Rezvan yang tampak manusiawi. Orang-orang yang tidak mengenal Rezvan dengan baik pasti menganggapnya orang yang menarik. Audi sekarang mengerti kenapa banyak perempuan yang jatuh pada pesona Rezvan. Tapi apakah Audi juga sudah mengerti Rezvan sebenarnya?

"Kalau sudah selesai makan, taruh saja di dekat bak cuci piring. Gak usah dicuci," kata Rezvan, membuyarkan lamunan Audi.

"Baik, Pak," Audi langsung dipelototi oleh Rezvan. "Eh, Kak," koreksi Audi buru-buru.

Ada kebiasaan baru Rezvan yang baru disadari Audi. Rezvan suka makan jeruk setelah makan. Audi memang tidak pernah makan bersama Rezvan. Rezvan mengupas jeruk sampai bersih, tidak ada serat putih yang tersisa. Tanpa Audi sadari, ia sudah mengamati Rezvan cukup lama. Membuat pria itu bertanya-tanya dalam hati.

"Kamu mau jeruk juga?" tawar Rezvan.

Audi langsung tersadar dan menolak tawaran Rezvan. Ia bergegas ke dapur, membawa piring dan gelas kotornya. Meskipun Rezvan sudah melarangnya untuk mencuci piring, ia tetap melakukannya. Rasanya tidak pantas sudah makan gratis di rumah orang tapi tidak mencuci piringnya sendiri. Tak lupa ia juga mencucikan milik Rezvan.

Audi akhirnya mengerjakan tugas akhirnya dibantu Rezvan. Benar-benar dibantu. Berbeda dengan bimbingan sebelumnya, bimbingan kali ini Rezvan tidak seperti seorang dosen tetapi lebih mirip seorang kakak tingkat yang mengajari adik tingkatnya. Tapi namanya saja tetap Rezvan, kemampuan menyindirnya sepertinya lupa dipencet off.

"Itu formulanya ada yang salah. Kamu ga rabun, kan?"

"Kamu pernah TK, kan? Itu tandanya salah. Bukan negatif."

"Kamu yakin lulus jadi sarjana?"

"Kamu kayanya suka ketiduran ya di kelas. Gini aja gak tahu."

Dan masih banyak jenis sindiran lain yang keluar dari mulut laknat Rezvan. Audi yang duduk di samping Rezvan hanya berusaha menahan diri untuk tidak memukul kepala Rezvan dengan buku Transport Phenomenom yang tergeletak di sampingnya.

"Wah, bisa di­run, Kak!" Audi nyaris memekik kesenangan ketika program Matlab-nya berhasil menampilkan hasil yang diinginkannya.

Rezvan menengok hasil pekerjaan Audi. Jendela program untuk pemrograman itu berhasil menampilkan sederet angka hasil hitungan disertai grafik. Itu tandanya program ini berhasil. Rezvan mengeceknya sebentar dan lega karena sepertinya tidak ada yang salah.

Ia memandang Audi yang tidak berhenti tersenyum. Diam-diam dia ikut tersenyum. "Kamu sepertinya senang banget."

"Iya, Kak. Ini pertama kalinya program saya berjalan. Biasanya hasilnya selalu error. Hehehe," jawab Audi sambil meringis.

"Baguslah kalau gitu. Setelah programnya jadi, kamu bisa melanjutnya perhitungan manual dengan hasil yang sudah didapat dari Matlab ini," jelas Rezvan. "Kamu juga bisa memakai hasil Matlab ini untuk referensi tambahan ketika mengerjakan reaktor. Karena alat kamu ini nyambung dengan reaktor nantinya."

"Iya, Kak."

***

"Rezvan?"

Rezvan yang sedang tiduran di kamarnya setelah membantu Audi mengerjakan tugas akhirnya, segera beranjak memenuhi panggilan mamanya. Audi sendiri sudah pulang sejak satu jam yang lalu dengan riang.

"Kamu tumben rajin banget udah nyuci piring," puji Mama Rezvan.

Rezvan tampak bingung. "Rezvan gak nyuci piring, Ma."

"Ah, kamu itu udah dewasa, ya?" Mama Rezvan mengelus pundak Rezvan kemudian berlalu meninggalkan Rezvan yang keheranan.

Rezvan menatap tumpukan piring dan gelas yang sudah bersih dan ditata di rak piring. Ia tidak pernah mencucinya. Pasti Audi yang sudah melakukannya. Ia kembali teringat dengan Audi yang tampak bahagia setelah berhasil mengerjakan tugasnya. Rezvan baru sadar kalau ini adalah pertama kalinya dia melihat Audi bisa tersenyum lepas ketika bersama dirinya. Tanpa ia sadari pula, senyum kecil mengembang di wajah tampannya.

To Be Continued

Note:

*Kroco mumet : literally means 'Kecoa Pusing' in Javanese. Maksudnya tuh kaya anak kemarin sore gitu, semacam perumpamaan.


Author's Corner

Iya, Rezvan tampan :') sampai sedih aku lihat kepribadian dia.

Jadi, Matlab itu kaya program buat bikin program perhitungan gitu. Biasanya dipake anak Tekkim sama anak MIPA Matematika (dulu pernah sharing gitu). Adakah yang pernah coba? Serius itu pusing bat. Aku aja udah lupa (malah curhat).

Oh iya, buat yang minta update sering-sering maaf banget kayanya aku ga bisa huhu. Tangan aku cuma dua dan aku mageran parah hehe.g

Aku ada cerita lain yang harus ku-update juga tiap minggu selain DosBing ini. Sebagai gantinya, aku coba akan memanjangkan setiap bab sampai tamat. Doakan ga cuma wacana. Jadi, mohon pengertiannya, ya? ( ゚▽゚)/

Terima kasih buat yang udah sempetin baca, kasih bintang, komen, masukin ke library, dan follow akun ini. Aku cinta kalian (・∀・).

See u next week!

XOXO

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top