Bab 2

Sebelum mulai baca, yuk tekan bintangnya!
Jangan lupa kasih emoticon love yang banyak di kolom komentar guys❤️❤️

🌼🌼🌼

Vina terbangun jam dua malam, sisi ranjang di sebelahnya terasa dingin. "Apa belum pulang ya?" gumam Vina. Dia tadi tidur lebih cepat karena sedang sakit kepala dan Dewa selalu pulang hampir tengah malam.

Berjalan keluar dari kamar, Vina melihat Dewa sedang duduk lesehan di karpet. Di depannya ada laptop yang menyala. Setidaknya Vina sedikit lega karena Dewa ternyata sudah pulang.

"Ini makalah dikumpul kapan?" tanya Dewa saat Vina mengisi gelas di depan dispenser.

"Besok," jawab Vina santai.

Tidak ada tanggapan lain dari Dewa. Itu membuat Vina penasaran, sudah sampai mana tugas makalah Dewa. Vina duduk di sofa yang disandari Dewa, dia mengintip ke layar laptop Dewa. Pop up bar bagian bawah laptop Dewa menampilkan banyak slide yang sedang dibuka pria itu.

Mungkin, hanya Dewa seorang yang mengerjakan tugas kuliah sembari diperhatikan dosennya langsung. Kalau mahasiswa lain mungkin akan grogi, berbeda dengan Dewa yang justru bersikap santai saja. Dewa dengan seenaknya meng-copy-paste tugasnya dari berbagai sumber.

"Apaan copas-copas begitu? Mau dapat nilai E?" tanya Vina sebal.

"Ngantuk gue, ini cara paling cepat," sahut Dewa.

Vina menghela napasnya pelan, dia sudah hampir menyerah dengan semua kelakuan Dewa yang seenaknya. "Lagian, pulang kuliah lo kemana? Bukannya pulang terus ngerjain tugas, malah kelayapan," gerutu Vina yang berdiri dari duduknya.

"Perlu banget gue laporan kemana gue pergi?" sindir Dewa.

"Ganti itu makalah yang bener," gerutu Vina yang kembali masuk ke dalam kamar.

Dewa melihat Vina dengan tatapan lelah. Dia memijat pelan pelipisnya, kepalanya sudah terasa berputar sejak dua jam yang lalau. Dia sudah lelah dan mengantuk, tetapi tidak bisa tidur karena tugas makalah yang diberikan Vina.

Sebenarnya, Vina juga tidak bisa tidur. Dia berkali-kali mengubah posisi tidurnya, mengecek Dewa yang tak kunjung masuk. Jam tiga subuh, saat pintu kamar dibuka Vina langsung memejamkan matanya, berpura-pura tidur.

"Tidur aja lo bisa cantik begini, Vin ... Vin ...." Dewa berkata dengan pelan, baru kemudian dia tidur di sebelah Vina, memperbaiki selimut Vina yang merosot. Tanpa Dewa ketahui, Vina diam-diam tersenyum tipis. Dia mendengar perkataan Dewa yang memujinya cantik.

🌼🌼🌼

Ada jadwal pagi dan ternyata bangun kesiangan, itu merupakan kesialan bagi Vina. Dia hanya bisa membuat sarapan apa adanya. Bahkan, Vina langsung menepuk dahinya saat ingat mobilnya masih di bengkel.

Mengharapkan Dewa? Rasanya mustahil. Pria itu tidak pernah bangun pagi. Pada saat ada kelas pagi pun Dewa selalu terlambat. Vina memilih memakai sepatu converse-nya, dia akan berlari menuju gerbang komplek.

"Jaket!" Vina berseru saat dia ingat belum memakai jaket. Begitulah Vina, selalu mengenakan jaket kemana pun dia pergi.

Vina mengambil jaket milik Dewa yang ada di gantungan dekat pintu kamar. Dia sudah malas mencari jaketnya sendiri di dalam lemari baju. Saat melihat jam di pergelangan tangan, Vina tidak bisa lagi untuk tidak panik.

"Bodo amat dah!" Vina menyambar kunci motor Kawasaki klx milik Dewa.

Vina ada rapat dengan ketua jurusan pagi ini, dia tidak bisa untuk telat. Dia akan mengirimkan chat kepada Dewa, agar Dewa tidak panik mengetahui motornya hilang. Vina lekas mengeluarkan motor Dewa dari dalam rumah, dia menutup pintu rumah sebelum ke kampus dengan menggunakan motor Dewa.

Sosok Vina menjadi perhatian banyak orang di jalan. Untunglah jam masih terlalu pagi untuk mahasiswa datang berkumpul. Vina bisa memarkirkan motor dengan aman dan tenang di parkiran fakultas ekonomi.

Suami Gue: Motor lo gue bawa. Lo naik ojek aja ke kampus, nanti ambil kuncinya di laci meja gue

Vina mengirimkan chat tersebut kepada Dewa. Dia bisa bernapas dengan lega karena sampai di kampus dengan tepat waktu. Ada untungnya juga Vina dulu pernah belajar membawa motor kopling.

🌼🌼🌼

"Bang! Itu motor lo kan? Kok udah di kampus aja?" Agung bertanya kepada Dewa saat melihat motor Dewa terparkir cantik di parkiran. Tadi, Agung mendapat terror dari Dewa yang meminta untuk dijemput ke kampus.

Motor Dewa memang gampang dikenali, itu karena ada stiker kartun one piece dan ejaan nama Dewa di bagian plat motornya. Sampai saat ini, Dewa masih kaget dengan kelakuan Vina yang tiba-tiba membawa motornya.

"Yang semalam gue minta tolong udah lo print?" tanya Dewa yang tidak menjawab pertanyaan Agung.

"Nih!" Agung menyerahkan makalah yang telah dijilid rapi kepada Dewa.

"Thanks! Duitnya ntar gue transfer!" seru Dewa yang langsung berlari kecil meninggalkan Agung di parkiran.

Dewa menuju ke ruangan dosen, dia akan meletakkan tugas makalahnya di atas meja Vina. Tidak lupa, dia akan mengambil kunci motor yang ada di laci meja Vina. Seperti biasa, Dewa menjadi perhatian banyak mahasiswi, rambut pria itu sedikit gondrong dan kini diikat seadanya.

"Kak Dewa, itu ikat rambutnya imut banget," sapa seorang mahasiswi saat Dewa akan masuk ke dalam ruangan dosen.

Di luar ruang dosen duduk berjajar para mahasiswa dan mahasiswi yang mengantri untuk bimbingan skripsi, atau mungkin hanya sekedar mencari dosen untuk keperluan lain. Padahal, saat ini masih jam makan siang, beberapa dosen pun mungkin masih menikmati makan siang mereka.

"Iya dong!" sahut Dewa yang menggerakkan alisnya sekilas, senyum miringnya terbit. Membuat beberapa mahasiswi menahan napas mereka. Bahkan, mahasiswi yang bertanya pada Dewa sempat terpekik pelan.

Dewa tidak mengindahkan reaksi yang sering diterimanya itu. Dia memilih mengetuk pelan pintu ruang dosen, kemudian melangkah masuk ke dalam. Berjalan dua meja dari pintu, Dewa menemukan meja Vina.

Si pemilik meja sedang tidak ada di tempat. Dewa pun meletakkan makalahnya di atas meja, dia kemudian mengitari meja dan membuka laci. Menemukan kunci motornya yang bergantungan Sanji dari one piece.

"Loh Dewa," panggil seorang dosen yang mengenali Dewa.

Vina menatap Dewa yang akan meninggalkan mejanya. Di sebelah Vina ada Abra, dosen jurusan akuntansi. Raut wajah Dewa hanya datar saja, apa lagi yang memanggilnya tadi Abra.

"Itu makalah saya. Permisi Bu Dosen Cantik," tutur Dewa yang tersenyum tipis, dia melirik Abra dengan terang-terangan.

Pandangan mata Abra dan Dewa sama-sama tajam. Saling memindai, mengenali lawan masing-masing. Berbeda dengan Vina yang justru langsung menuju mejanya, dia membuka makalah yang diletakkan Dewa tadi.

Senyum tipis Vina terbit, dia cukup puas dengan makalah Dewa. Rupanya Dewa merevisi makalah yang dia komentari semalam. Setidaknya, Dewa masih mau mendengarkan Vina.

"Dewa ... jangan lupa makan siang," tutur Vina saat Dewa yang akan keluar dari ruang dosen. Dewa hanya mengangkat tangannya, membentuk symbol 'ok' sebagai responnya.

"Vin, kamu jangan terlalu baik sama Dewa. Nanti dia ngelunjak loh, banyak dosen yang sudah menyerah dengan kelakuan Dewa," nasihat Abra pada Vina.

"Nggak papa kok Mas. Dewa itu baik sebenarnya," sahut Vina.

🌼🌼🌼

Dewa ini karakter pertama yang aku buat sikapnya selekan begini
Bener-bener bad boy dalam umur yang nggak muda lagi
Sementara Vina, dia terlalu cuek. Aku sendiri aja gemes sama mereka berdua!

Menurut kalian gimana?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top