Bab 48

Love dulu buat part ini ♥️

Selamat hari libur ♥️♥️

Sayang-sayangku ♥️

Jangan lupa follow vote and Coment

Komen setiap paragrafnya ya biar author semangat update... Vote juga ya 🙏🙏🙏

Maaf lama aku lagi lembur kerja hehehe. Kemungkinan misal suatu hari nanti aku jadi xxx 🤣 bakal susah update hiks...

****


Menunggu adalah hal yang tak pernah lepas dari Yola. Di sebuah ruangan rawat inap berdinding putih dengan bau khas rumah sakit menjadi rumah kedua untuk Yola. Saat ini ia berada di duduk termenung di kursi dekat Arsha berbaring. Ia baru saja pulang dar sekolahi SMA untuk penelitian skripsi. Badannya lelah, namun ia tetap memaksakan diri bertemu Arsha. Bahkan ia masih mengenakan pakaian khas magang hitam putih lengkap dengan sendal fantopel.

Tadi ia belum sempat pulang kos. Ia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya sedikitpun untuk bersama Arsha. Baginya setiap waktu bersama Arsha sangatlah berharga. Yola menggenggam erat tangan pria itu. Arsha nampak tenang dalam tidurnya. Apa berada disana lebih menyenangkan? Hingga pria itu tak kunjung terbangun.

"Kamu harus kuat mas Shaka. Aku akan selalu ada di samping kamu sampai kapanpun. Maafin Lala Mas.."

"Aku kangen banget sama kamu. Hiks.. Aku nggak bisa bayangin hidup tanpa kamu Mas Shaka."

Membayangkan harus hidup tanpa ada Arsha. Rasanya menyakitkan sekali. Apa ia kuat? Disaat hatinya sudah dipenuhi oleh Arsha, apakah ia sanggup melepas pria itu dalam hatinya? Yola menggelengkan kepalanya. Ini tidak boleh terjadi.

"Aku tahu kamu nggak bersalah Mas. Aku tahu kamu terpojok. Dan bodohnya gara-gara kebodohanku kamu harus terbaring semakin tak berdaya disini," napas Yola semakin sesak membayangkan apa yang telah ia perbuat kemarin. Seharusnya ia tidak pernah membuang cincin itu.
Air mata Yola semakin mengalir membasahi pipi. Dadanya sesak tak kuat menahan rasa sepi. Meski Arsha ada di hadapannya tapi mereka terlihat begitu jauh. Terbentengi oleh dunia lain.

"Kamu harus berjuang Mas Shaka. Apa kamu nggak mau nikah sama aku? Apa pernikahan kita nggak akan pernah terjadi? Aku nggak bisa bayangin aku harus nikah sama laki-laki lain selain kamu Mas. Aku nggak sanggup, lebih baik aku menua sendiri sambil mengenang kisah-kisah indah kita dari pada harus mengikat hubungan dengan pria selain kamu."

Yola tak kuasa menahan rasa sesak di dada. Hatinya mengeluh menahan rasa sakit. Ia tidak ingin di takdirkan dengan lelaki manapun, ia hanya ingin Arsha. Apakah ia egois?

Suara pintu terbuka membuat Yola menoleh. Ia yang tadinya sedih jadi kesal mendapati bumi. Pria itu datang sambil membawa sebuah buku lalu duduk dengan kaki terlipat di atas sofa pojok ruangan.

Yola benci dengan pria itu. Karena suka menyumpahi Arsha mati. Seharusnya sebagai keponakan pria itu memberikan dukungan pada Arsha.

"Kenapa wanita suka sekali menangis? Percuma sebanyak apapun air mata keluar jika tidak di takdirkan untuk bangun ya akan sia-sia." Yola melotot menatap sosok Bumi. Setiap pria itu berkata pasti hanya akan membuatnya marah. Bahasanya itu loh yang membuat Yola kesal. Ia seperti melihat Squidward di dunia nyata. Rasanya ia ingin membumi hanguskan orang itu.

"Diem!"

Bumi hanya menaikkan alis lalu ia membuka sebuah buku usang yang ia temukan di bawah bantal kamar Arsha. Bumi hapal betul buku ini, dulu ketika ia ke Inggris menginap di apartemen Arsha. Ia sering menjumpai Arsha tersenyum-senyum membaca buku ini, kadang juga menangis. Menjadi bucin ternyata suatu yang merepotkan.

"Bintang dan bulan nampak indah di langit. Sinarnya pancarkan keindahan. Sama seperti senyum mu di wajah tampanmu yang selalu membuatku ingin terus melihatmu."
Puisi yang di bacakan Bumi membuat Yola menoleh. Ia terasa seperti sangat familiar dengan tulisan itu. Tapi dimana ya?

"Kak Shaka adalah bagian terindah di hidup Lala. Hadirnya bagaikan seorang Pangeran di negeri dongeng-," Yola tersadar seketika mendengar lanjutan puisi Bumi.

Yola bangkit dari kursi. Lalu merampas buku yang di pegang Bumi. Namun tak berhasil Bumi mengangkat buku itu tinggi-tinggi. Yola mencoba menggapai ia melompat-lompat. Sial! Ia malah terbelit kakinya sendiri.

Bugh!

Yola jatuh kepangkuan bumi. Sontak saja hal itu membuat Bumi tersentak. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. Bumi merasa ada yang salah dengan jantungnya. Kenapa ia merasakan perasaan lain?

"Lain kali jangan suka iseng! Dasar nyebelin." Yola bangkit dari tubuh Bumi tanpa merasakan hal aneh. Ia merampas buku itu dengan kesal. Sedangkan Bumi masih terdiam mencerna hal tadi. Lalu ia menatap Yola Tunangan saudaranya. Kenapa ia jadi beda menatap gadis itu? Apa mungkin ia? Tidak mungkin! Bumi menggelengkan kepalanya menghapus rasa itu. Mungkin ia hanya deg-degan saja karena tidak pernah bersentuhan dengan wanita. Dasar wanita mahluk Merepotkan.

Yola tidak menyadari perbedaan di wajah Bumi. Ia lebih memilih fokus dengan puisi itu. Tangan Yola bergetar mengetahui buku itu. Buku tulis sederhana yang usang itu adalah miliknya. Buku dengan judul Puisi untuk Pangeran Arsha. Memang sedikit alay kalau mengingat bagaimana ia menulis puisi-puisi itu. Tapi banyak sekali kenangan indah disana. Buku yang ia buat khusus untuk menulis puisi tentang Arshaka waktu kecil. Ia kira buku itu hilang. Tapi kenapa bisa ada di bumi?

"Kamu dapetin dari mana buku ini?" tanya Yola sewot.

Bumi tersentak dengan pertanyaan Yola. Ia berusaha untuk tenang agar Yola tidak menyadari perubahan di dalam dirinya, lalu Bumi berkata, "tentu saja dari kamar Mas Arsha. Buku jelek seperti itu dibawa kemana-mana. Seharusnya dikremasi kan. Puisi alay ah iya yang buatkan masih ABG labil."

Mata Yola melotot mendengar itu. Kenapa Arsha bisa memiliki keponakan yang menyebalkan seperti bumi? Ia langsung pergi tanpa menghiraukan Bumi. Ia duduk kembali ke kursinya semula. Ia tidak berniat membalas ucapan Bumi. Karena ia tahu endingnya seperti apa. Ia pasti akan kalah. Bumi selalu menang soal berkata-kata.

Yola termenung membuka lembar demi lembaran buku itu. Ia tidak menyangka jika Arsha akan menjaga dan merawat buku ini sampai sekarang. Apa buku ini begitu Arti untuk Arsha? Yola semakin sedih mengetahui fakta itu. Ternyata ia seberharga itu di mata Arsha bodohnya ia malah menyia-nyiakan pria baik ini. Sekarang Yola paham betapa ia sangat membutuhkan Arsha.

"Arsha sangat menyukai buku itu. Bahkan selalu membacanya setiap malam. Begitulah kalau sudah bucin. Padahal sesuatu yang berlebihan itu tidak baik."

"Kadang saya bingung kenapa ada orang sebodoh itu karena cinta. Menyebalkan dan tentu saja merepotkan. Bodohnya lagi Arsha hanya karena seorang wanita yang tidak tahu diri sampai rela menjadi dosen di sini. Padahal ia mendapatkan tawaran kerja dosen di kampus-kampus besar bahkan di luar negeri." Jadi Arsha mengajar di kampusnya hanya untuk dirinya. Kenapa ia begitu bodoh tak bisa memahami semua ini? Jangan bilang selama ini Arsha diam-diam mengawasinya.

"Buta karena cinta, hingga hidupnya dihabiskan demi yang tercinta. Sungguh bodoh bahkan merelakan nyawanya."

Perkataan bumi membuat Yola terdiam. Sekarang ia tahu seberapa penting posisinya di hidup Arsha. Yola lagi-lagi menangis. Apa yang Bumi katakan benar. Arsha begitu tragis merelakan hidupnya demi dirinya yang bodoh ini.

Suara pintu terbuka kembali terdengar. Lia masuk ke dalam bingung karena melihat Yola yang sedang menangis. Ada apa lagi ini? Kemudian ia melihat sekeliling menemukan anak laki-lakinya tersenyum tanpa dosa ke arahnya. Lia tahu penyebabnya pasti Bumi.
Bumi itu emang anak yang unik. Lia juga tidak tahu dari mana anak itu belajar. Sifatnya sungguh membuatnya pusing kepala. Kadang ia curiga anaknya itu punya masalalu yang buruk dengan perempuan sehingga berbuat seperti itu.

"Bumi keluar kamu! Udah dewasa tapi nggak bisa berpikir dewasa."

"Hm..." Bumi keluar sambil menenteng jasnya yang sudah dilepas.

"Wanita mahluk Merepotkan.." gumam Bumi sambil menutup pintu.

"Maafin anak mbak ya. Dia emang suka begitu. Lidahnya lebih tajem dari pada ibu-ibu gosip. Kalau disatuin mbk yakin pasti langsung pada mingkem ibu-ibu denger omongan sarkas dia."

"Iya mbak nggak apa-apa. Lagian apa yang Bumi bilang bener. Seharusnya aku nggak bertindak bodoh. Andai aja waktu bisa terulang aku pasti nggak bakal buang cincin pertunangan aku. Mas Shaka nggak perlu kecelakaan begini."

"Jangan ngomong gitu. Nggak baik. Itu namanya kamu menyalahkan takdir. Sekarang kita fokus pemulihan Arsha dan nama baiknya dia."

Semenjak peristiwa kecelakaan itu. Perusahaan Arsha di handle Bumi. Untungnya Arsha memiliki Tunjung juga yang bisa diandalkan dengan baik.

"Kelanjutan sidang Mas Shaka gimana mbak?"

"Tiga hari lagi sidang di mulai." Kasus ini agak mengganjal. Karena pihak pelapor hanya melaporkan kebagian kampus lalu disebarkan di sosial media. Seharusnya bisa dibicarakan secara baik-baik. Di konfirmasi terlebih dahulu kebenarannya. Kalau begini sama saja dengan play victim. Apalagi Arsha tidak diberi ruang bebas untuk mengutarakan kebenarannya. Pria itu seolah-olah dibuat membenarkan tuduhan tersebut. Beginilah dampak negatif dari media. Tidak semua orang bisa menyaring berita. Sering kali kejadian di negeri tercinta ini.

"Lala yakin Mas Shaka menang."

"Kamu nggak usah khawatir. Nama baik Arsha akan kembali dan dalang dari semua musibah ini akan terungkap. Semua akan indah pada waktunya."

****

JGN LUPA NABUNG BUAT VERSI CETAK

Hayo ngaku oleng ke bumi? 🤣

Nikmatin alurnya dulu ya guys jgn negatif thinking

TBC

Sebelum Next Vote dulu ya ♥️

Lapak Wajib Bar-bar

Spam "aku suka Arshaka"

DILARANG SILENT

SILENT TEMENNYA KUNTI

Tim mana Nih kalian?

✨Shaka-Lala

✨Sri-vivi

GUYS KALAU KALIAN SUKA BAB INI BISA DI SS TRUS DIJADIKAN SG DAN TAG AKU YA ♥️♥️♥️

Follow Instagram RPnya
@arshakaxavier.a
@awlala6
@vivi.andriana57
@tunjung24
@arshaka.lovers
@antariksaregal
@areska.langit

Gimana part ini?

Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?

Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?

Ada yg mau di sampaikan ke Ares?

Ada yg mau di sampaikan ke antariksa?

Ada yang mau di sampaikan ke Sri?

Ada yg mau di sampaikan ke Vivi?

Ada yg mau di sampaikan ke bumi?

Ada yg mau di sampaikan ke Lia?

Banyakin komen ya biar aku semangat updateeee

Jangan lupa follow Instagram @wgulla_ @wattpadgulla

Gulla Casssano

Istri sahnya song Jong Ki


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top