Bab 39
Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment
Selamat membaca kesayanganku
****
Flashback
Seorang anak berseragam putih biru berlari-lari kecil ke sebuah rumah. Gadis itu tak sabar bertemu dengan Arsha. Ia ingin menunjukkan nilai ulangan matematikanya yang berhasil mendapat nilai delapan. Yola sangat senang, setelah ini Arsha tidak akan mengejeknya bodoh lagi.
"Kak Shaka.. kak Shaka.. Kak Shaka...." panggil Yola semangat.
Pria paruh baya yang ia kenal bernama Jarwo keluar. Sosok itu mendekat ke arah Yola. "Mas Shaka udah pergi lala."
"Kak Shaka pergi kemana?"
"Ke Inggris."
Deg!
"Kapan perginya Pakde Jarwo?"
"Tadi pagi jam 8." Air mata Yola turun begitu saja. Ia tidak mengira Arsha akan meninggalkannya begitu saja. Bahkan laki-laki itu tidak pamit padanya.
"Kak Shaka titip sesuatu nggak buat Yola?"
Pak Jarwo menggelengkan kepala. Ia merasa kasihan kepada Yola. Seluruh penduduk desa tahu bahwa gadis kecil itu begitu menyukai Arsha. Bahkan selalu mengikuti majikannya itu kemana saja. Sekarang majikannya pergi tanpa pamit. Pasti gadis itu akan terluka.
"Beneran nggak nitip apa-apa buat Yola, Pakde? Nitip salam atau sesuatu gitu." Yola berharap jika Arsha menganggapnya spesial. Paling tidak pria itu menyampaikan salam perpisahan sebelum pergi.
Pak Jarwo lagi-lagi menggelengkan kepala. Sejujurnya ia ingin berbohong, tapi rasanya ia tidak pantas memberikan sebuah harapan kosong. Ia takut Yola malah akan lebih terluka nanti jika Arsha tak pernah kembali ke dalam kehidupannya tanpa kejelasan. Lebih baik ia mengatakan yang sebenarnya kepada gadis kecil itu. Rasanya mungkin akan sakit tapi itu sebentar.
Hidup dalam angan-angan itu menyakitkan. Apalagi mengharapkan seseorang yang kehadirannya masih dipertanyakan.
Muka Yola berubah lesu. Ia berlari kembali ke rumah. Bahkan kertas ulangannya ia buang begitu saja. Semangat hidupnya meluap entah kemana. Air matanya mengalir tanpa ia minta. Sakit sekali, dadanya terasa sesak disetiap tangis seenggukannya.
"Kak Shaka Jahat.. Lala benci Kak Shaka." Gumam Yola sambil menangis sesenggukan.
Sesak sekali rasanya, karena Arsha pergi tanpa memberitahu dirinya. Apa keberadaannya selama ini tak pernah ada artinya di mata Arsha?
Seharusnya Yola sadar diri. Arsha tidak pernah mencintainya. Semua yang telah ia perjuangkan agar pria itu menyukainya tidak pernah ada artinya. Untuk kali kedua Yola merasakan patah hati. Pertama ketika ayahnya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya dan sekarang Arsha pun ikut pergi meninggalkannya.
"Kak Shaka jahat... Lala benci,"
Flashback off
***
"Kenapa dulu mas Shaka pergi ninggalin aku tanpa pamit?" tanya Yola ketika mengingat potongan masalalu-nya. Karena hal menyedihkan itu Yola jadi takut untuk jatuh cinta. Meski ia sering mencoba membuka hatinya, namun terasa sulit setiap mengingat cinta pertamanya.
Arsha menghembuskan napas lalu berkata, "Saya melakukan itu agar kamu membenci saya."
Yola tersentak, ia menatap Arsha tidak mengerti. Apa maksud dari perkataan pria itu? Kenapa Arsha ingin dirinya membenci pria itu?
"Kenapa?"
"Saya tidak ingin kamu mengharapkan saya terus menerus. Saya takut kamu akan terluka lebih dalam lagi karena terlalu berlebihan mencintai saya. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Maka dari itu saya memutuskan pergi tanpa pamit. Saya tidak ingin menjanjikan sesuatu hal yang tidak pasti untukmu." Semua orang bisa berubah beriring waktu. Ia takut tidak bisa menepati janjinya. Apalagi mengiming-imingi harapan seperti saya janji akan menikahimu nanti. Karena pada dasarnya pria memang sering berjanji, dan kadang apa yang mereka ucapkan dimulut belum tentu bisa mereka tepati. Arsha tidak ingin menjadi pria seperti itu.
"Saya tidak ingin menjadi pria egois yang mengekang wanitanya. Saya ingin kamu bahagia tanpa perlu memikirkan janji-janji manis yang mungkin tidak bisa saya tepati. Kamu berhak memilih kebahagiaanmu sendiri."
"Berarti bukan karena Mas Shaka membenci Lala?" Arsha menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah membenci Yola, walau ia sering kesal karena dulu sering di ikuti kemana-mana.
"Mas Shaka nganggep Lala apa waktu dulu kita kecil?"
"Kamu itu ceroboh, cerewet, penguntit—" Muka Yola memberengut mendengar itu. Sejelek itukah dirinya dulu.
"Tapi kamu lucu, ceria dan membuat hidup saya berwarna. Kamu itu ibarat pagi hari yang membawa kehangatan ke dalam hidup saya." Mau tak mau Yola ikut tersenyum mendengar lanjutan perkataan pria itu.
"Awalnya saya kesal setiap kali kamu teriak-teriak manggil saya. Tapi sejak peristiwa kamu nolong saya di sungai. Perasaan saya berubah, saya mulai memandang kamu dengan cara yang berbeda. Saya mulai jatuh cinta sama kamu."
Deg!
Jadi perasaannya dulu terbalaskan, tapi kenapa Arsha tidak pernah mengatakan itu. Pria itu malah bersikap kasar padanya dan mengatainya bodoh. Jahat sekali.
"Sejak saat itu saya sadar kamu adalah orang yang paling tulus di hidup saya."
"Kalau mas suka aku, kenapa mas ninggalin aku?" Tanya Yola sewot.
"Saya merasa belum pantas untuk bersanding denganmu. Saya ingin terus memperbaiki diri menjadi lebih baik, dan dulu usia kita masih sangat muda. Saya tidak ingin masa-masa muda kamu terbuang sia-sia hanya untuk urusan cinta." perkataan Arsha membuat Yola terharu. Jauh sekali dari ekspetasinya selama ini. Padahal dulu ia sering menghujat pria itu karena pernah pergi dari hidupnya.
Andai saja dulu Arsha mendekatinya. Pasti ia akan malas sekolah dan lebih memilih untuk menikah saja. Ia juga tidak akan repot-repot menulis di Wattpad agar impiannya menjadi penulis terwujud.
"Itulah alasan kenapa baru sekarang saya berani mendekati kamu. Karena sekarang waktu yang tepat untuk kita bersama."Kemudian Arsha menggengam tangan Yola seolah takut kehilangan.
Mereka berada di dalam mobil hendak menuju restoran. Yola tak hentinya tersenyum sambil sesekali menatap Arsha yang mengucapkan sajak-sajak puisi untuknya. Sekarang ia semakin yakin untuk melanjutkan cerita mereka yang sempat tertunda menuju akhir yang bahagia.
"Mas Shaka, aku boleh tanya?" Yola teringat satu hal yang masih mengganjal di dalam pikirannya.
"Silahkan,"
"Nama akun Wattpad mas siapa?" tanya Yola dengan penasaran.
Arsha meneguk ludah gugup, ia tersenyum tipis. Ia belum sanggup membongkar akun fake-nya. Yola pasti akan terkejut setengah mati jika tahu pemilik akun prince charming adalah dirinya.
"Saya akan beritahu nanti. Sekarang bukan waktu yang tepat." Perkataan Arsha membuat Yola sedikit kesal. Kenapa hal sepele seperti ini harus disembunyikan?
"Kenapa nggak sekarang aja? Aku penasaran."
"Kalau kamu tau, saya yakin kamu akan lompat keluar dari mobil ini." Yola terdiam sejenak mendengar itu. Apa seburuk itu? Apa Arsha pernah berkomentar dan mengirim pesan macam-macam di lapaknya? Perasaan tidak ada yang aneh di akun ceritanya.
***
Vivi duduk dengan canggung di sebelah Rama. Kenapa kebetulan sekali mereka duduk bersebelahan? Sejak di mobil ia tidak berani menatap bahkan berbicara dengan pria itu. Ia takut sekali jika Rama tahu jika ia bukan tukang ojek.
"Tumben Vi, diem aja. Biasanya lo paling berisik." Vivi melotot ke arah Adelia. Bisa-bisanya gadis itu menjatuhkan harga dirinya di depan calon doinya.
"Vivi kesambet kuyang kali." Seru Kiran sambil melempar tisu ke arah Vivi.
"Aku cuma capek aja tau." Balas Vivi, ia benar-benar capek secara hati.
"Capek kenapa lo? Mikir skripsi atau drakoran?" Seru Adelia sambil tertawa.
"Kalau capek ngojek mending berhenti aja. Kasian badan kamu kalau di paksain." Perkataan Tunjung membuat ruangan hening seketika. Mereka menatap keduanya aneh. Sejak kapan Vivi jadi tukang ojek? Lalu kenapa Tunjung terlihat akrab dengan Vivi?
Tunjung bingung kenapa mereka menatapnya aneh. Ia hanya sekedar memberikan perhatian pada Vivi. Walau gadis itu sudah tahu nama lengkapnya. Ia masih berniat memperjuangkan cintanya tanpa peduli rasa malunya. Sejelek-jelek apapun namanya tetap saja itu pemberian orangtuanya. Ia harus bangga.
"Vivi Ojek? Maksudnya?" Kiran yang lebih dahulu mengutarakan isi hatinya.
Yola berpikir sebentar lalu ia teringat perkataan Vivi bahwa gadis itu pernah disangka tukang ojek oleh cowok ganteng. Jangan bilang Tunjung adalah cowok yang dimaksud Vivi? Yola langsung melotot tidak percaya.
"Vivi kerja sampingannya tukang ojek online. Saya kira kalian sebagai teman Vivi tau." Balas Tunjung.
Tawa Yola, Adelia dan Kiran seketika pecah tanpa bisa mereka tahan. Sedangkan Vivi hanya bisa tersenyum pasrah. Rasanya ia mau tenggelam saja sekarang.
"Loh kok kalian ketawa?" Tunjung bingung bukan main. Apa perkataannya tadi mengandung unsur jenaka?
"Mas kayaknya salah persepsi deh. Teman saya yang pemalas ini mana mungkin jadi tukang ojek. Hobi aja rebahan mau kerja sampingan."
Sial!
Vivi melotot menatap Kiran. Ia bahkan sampai menggelengkan kepalanya mengode Kiran untuk berhenti. Kalau diibaratkan main game, nyawanya habis sudah langsung game over sekali tebas. Rama pasti akan mengiranya pembohong ulung.
"Jadi Vivi bukan tukang ojek? Tapi waktu itu dia pakai atribut ojek." Tunjung merasa bersalah karena dulu mengira Vivi tukang ojek. Kenapa gadis itu tidak jujur saja? Ternyata mereka saling membohongi satu sama lain.
"Itu mah punya kakak sepupunya." Jawab Yola tanpa rasa bersalah. Vivi benar-benar tersudut. Astaga. Tiga lawan satu. Kenapa sahabatnya malah membongkar rahasianya sahabat macam apa mereka?
Pelayan datang membawa makanan. Vivi menarik napas lega. Paling tidak pembicaraan berhenti. Malu sekali rasanya. Ditertawakan teman-temannya. Ia sampai tidak berani menengok ke arah Rama. Apa Rama akan menjauhinya sekarang?
***
"Aku pulang duluan ya. Satria udah jemput aku." Vivi pamit pulang. Ia malu untuk menghadapi Tunjung. Ia ingin pulang. Maka dari itu ia menghubungi sepupunya untuk menjemputnya.
'Siapa itu Satria?' batin Tunjung bergejolak. Apa Satria saingannya? Hati Tunjung terasa panas. Ia tidak menyukai fakta itu ditambah Vivi seolah menjauh darinya.
"Hati-hati ya vi."
"Jangan lupa kabar-kabar."
"Makasih juga traktirannya Pak Arsha dan Bu Yola." Ledek Vivi sebelum pergi.
Ketika Vivi keluar, Tunjung mengikutinya. Ia ingin tahu siapa pria yang menjemput Vivi. Jujur Tunjung takut Vivi membencinya karena telah membohongi dan menuduh gadis itu sebagai tukang ojek. Kenapa pertemuan mereka harus seperti ini?
"Vivi.." panggil Tunjung.
Vivi menghentikan langkahnya. Ketika mendengar suara Tunjung memanggilnya dari belakang. Ada apa lagi ini? Apa Tunjung mau membahas masalah kebohongannya. Ia malu sekaligus takut.
"Kamu mau pulang?"
"Iya mas."
Tepat saat itu tiba-tiba ada orang berlari menabrak Vivi. Tunjung hendak menarik tangan gadis itu, tapi Vivi sudah jatuh duluan ke tanah. Vivi meringis menahan sakit. Sial sekali hari ini.
Tunjung bergegas menolong Vivi yang terkapar di jalan. Namun ketika ia hendak mengulurkan tangannya untuk Vivi ada tangan lain yang mendahuluinya. Tunjung menoleh mendapati sosok cowok tak kalah tampan darinya.
"Makasih bang." Vivi menerima uluran tangan kakak sepupunya itu.
Hati Tunjung terasa sakit. Jangan bilang pria ini adalah satria. Apa dia kekasih Vivi? Kenapa mereka terlihat akrab sekali?
"Mas Rama, aku pamit pulang dulu ya." Suara lembut Vivi kali ini terasa menyakitkan untuk di dengar. Entah kenapa ia merasa Vivi seolah-olah mengatakan kalimat perpisahan untuknya. Tunjung benar-benar patah hati bahkan disaat ia baru akan berjuang? Apa tak ada lagi kesempatan untuknya? Ia menatap nanar kedua orang itu yang berjalan menjauh darinya.
****
Gimana part ini?
Sebelum Next Vote dulu ya ♥️
Spam next buat lanjut yaaa
Lapak Wajib Bar-bar
SPAM ♥️
SPAM 🔥
SPAM "AKU SUKA ARSHAKA"
Ini bab terpanjang yang pernah aku tulis.
Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?
Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?
SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE
Jangan lupa follow @wgulla_ @wattpadgulla
Salam
Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top