Bab 32
Love dulu buat part ini ♥️
Jangan lupa follow vote and Coment
Selamat membaca kesayanganku
****
Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi tepat, Yola sibuk mengurusi berkas untuk pendaftaran seminar proposal. Semua berkasnya sudah tercukupi hanya kurang transkrip nilai dan tanda tangan surat persetujuan seminar proposal dari pembimbing. Hari senin besok, ia akan meminta ke kampus meminta berkas transkrip nilai dan tanda tangan Arsha.
Perut Yola berbunyi bertanda ia lapar. Semalaman ia begadang selesai Arsha mengantarnya. Ia sibuk mengedit proposal skripsi dan mengumpulkan berkas-berkas untuk pendaftaran seminar hari Senin nanti. Vivi akan kaget jika tahu ia mendaftar seminar terlebih dahulu. Padahal mereka berjanji akan lulus bersama.
Perbedaan kuliah dan sekolah. Kalau sekolah masih bisa lulus berengan dengan sahabat tapi kuliah tidak. Siapa yang rajin dan beruntung dialah yang lulus duluan.
Yola memutuskan untuk memesan makanan melalui ojek online. Arsha mengisi saldo ovo nya banyak sekali sekitar lima juta. Pria itu cemburu karena Antariksa sering mengiriminya makanan. Padahal Yola lebih suka Arsha yang memesankannya bukan hanya memberikan saldo. Terlihat tidak romantis. Namun, mau bagaimana lagi, Yola sudah terlanjur cinta pada pria itu.
"Yola! Yola!" Yola membuka pintu kamarnya mendengar namanya disebut.
Muncul Vivi yang langsung menyerobot masuk ke dalam kamarnya. Vivi terlihat berbeda dari sebelumnya, wajah gadis itu terlihat lebih bahagia. Bahkan tak berhenti tersenyum. Yola jadi curiga ada sesuatu yang terjadi pada Vivi.
"Kenapa senyum-senyum begitu? Bikin takut aja," mereka duduk di atas kasur saling berhadapan.
"Tebak kemarin aku ketemu siaapa?" tanya Vivi sambil memeluk boneka snow man pemberian Arsha. Yola memincingkan mata melihat itu. Entah kenapa rasanya aneh ketika boneka tersebut di peluk Vivi.
"Ya gataulah. Akukan nggak sama kamu," balas Yola sambil menahan diri untuk tidak merebut boneka tersebut. Kenapa rasanya geregetan sekali ingin merampasnya dari Vivi?
"Ih tebak dulu." Vivi paling sebal jika Yola menjawab pertanyaannya seperti itu. Seharusnya Yola bisa berbasa-basi dulu.
"Ketemu Dosen? Kemarinkan kamu bimbingan."
"Kalau itu mah beda Yol, lagian bosen ketemu dosen terus. Ujung-ujungnya revisi."
"Terus ketemu siapa?"
"Aku ketemu Cowok ganteng mirip oppa Korea di parkiran kampus," ucap Vivi dengan mata berbinar.
"Oh."
"Kok cuma Oh doang sih." Vivi memberengut sambil melempar boneka Olaf tersebut ke arah Yola. Yola dengan sigap menangkapnya.
"Hati-hati jangan main lempar sembarangan barang berharga ini yang ngasih Pak Arsha."
"Maaf, aku kan nggak tau."
"Emang seganteng apa cowoknya?" tanya Yola penasaran, di kampusnya jarang sekali ada cowok ganteng. Apalagi yang mirip oppa Korea.
"Song Kang!"
"Namanya siapa? Anak semester berapa?"
"Namanya Rama dia bukan anak kampus tapi udah kerja."
"Kerja?"
"Kerja di Arsha media. Nama perusahaannya kayak nama dosen pembimbing kamu." Yola terdiam sejenak, ia sedang berpikir. Perasaan di kantor Arsha tidak ada karyawan yang bernama Rama.
"Perusahaan itu memang punya Pak Arsha."
"Demi apa? Sumpah? Gila? Kamu udah pernah kesana?"
"Pernah." Mata Vivi langsung berbinar.
"Udah pernah ketemu Rama berarti?" Yola menggelengkan kepala. Ia jadi penasaran siapa sosok Rama yang Vivi maksud. Nanti ia akan tanya kepada Arsha.
"Padahal aku penasaran banget sama dia. Siapa tahu aja jodoh? Biar nanti pas lulus bisa langsung ijab." Yola menggelengkan kepalanya mendengar itu.
"Nanti aku cari tahu deh. Aku tanya Pak Arsha."
"Sip!"
"Kamu mau pulkam Yol?" tanya Vivi tak sengaja melihat tas Ransel Yola dan beberapa barang lainnya yang sudah dikemas.
"Iya."
"Naik kereta?"
"Enggak sama Pak Arsha."
"Cie.. enak ya punya doi bisa dianter jemput. Jadi itukan aku. Kapan bisa dianter jemput doi?" Yola hanya tertawa menjawab itu. Memang beda sekali rasanya. Kalau dulu ia harus memesan tiket kereta, sekarang sudah ada yang mengantar jemput.
Tepat saat itu juga masuk sebuah pesan dari ojek online yang mengantar makanannya. Ia pamit keluar sebentar kepada Vivi untuk mengambil pesanannya. Yola ikut mengajak Vivi makan bersama. Kebetulan tadi Yola membeli banyak makanan. Uang dari Arsha harus dihabiskan bukan biar pria itu senang?
***
Arsha begitu perhatian. Pria itu mengangkat dan membawakan tasnya ke dalam mobil. Pukul sepuluh tepat pria itu menjemputnya. Seperti biasa Arsha selalu tampil elegan. Setelah itu mereka berdua masuk ke dalam mobil. Arsha yang mengemudi. Kadang ia penasaran kenapa Arsha tidak pernah menggunakan supir. Padahal uangnya banyak sekali.
Yola memakai sabuk pengamannya, ketika mesin mobil dijalankan. Namun selang beberapa menit Arsha tak kunjung menjalankan mobilnya. Yola menoleh menatap Arsha bingung.
"Nungguin apa mas? Kok nggak jalan-jalan."
"Nungguin kamu memasangkan sabuk pengaman saya." Jawab Arsha dengan manja. Matanya tak lepas menatap Yola dengan senyum yang begitu manis.
"Hah?" Yola tersadar jika Arsha belum memakai sabuk pengamannya.
"Memang nggak bisa pakai sendiri."
"Seharusnya kamu sebagai calon istri saya belajar untuk melayani calon suami. Contohnya seperti memasangkan sabuk pengaman." Yola menghembuskan napas kesal. Manja sekali dosen satu ini. Masa pakai sabuk pengaman aja harus dirinya.
"Dasar Manja!" Arsha bukannya marah malah tertawa.
"Pasangin sayang, nanti saya nggak mau jalan nih." ujar Arsha seperti anak kecil yang merajuk.
Pada akhirnya Yola melepaskan sabuk pengamannya. Ia bangkit mengambil sabuk pengaman yang berada di sisi kanan Arsha. Entah kenapa ia jadi gugup. Jarak mereka jadi begitu dekat dan Yola benar-benar takut jika kejadian seperti di rumah Arsha kemarin terjadi. Tanpa sadar Yola menelan ludahnya, ketika wajah mereka saling bertatapan. Kenapa memakaikan sabuk pengaman bisa menjadi adegan mendebarkan seperti ini?
'Klik'
Akhirnya Yola berhasil memakaikan Arsha sabuk pengaman. Ia langsung duduk di kursinya dan memakai sabuk pengamannya sendiri. Jantungnya berdegup dengan kencang. Ia takut menyentuh area pribadi Arsha. Sial dosen sialan! Pipi Yola merona membayangkan itu. Untung saja tangannya bisa dijaga.
"Terima kasih istriku." Pipi Yola tambah merona mendengarnya.
"Ih apaan sih Mas. Belum nikah tau."
"Kata siapa kita belum nikah. Kamu lupa kita udah nikah di novel yang kamu tulis," jawaban Arsha membuat Yola malu setengah mati. Kenapa pria ini jujur sekali? Rasanya Yola mau tenggelam sekarang. Ia malu jika Arsha mengungkit masalah novel itu apalagi isinya. Bodoh! Kenapa ia juga memakai nama Arsha untuk novelnya? Padahal dulu ia kira Arsha tidak akan pernah membaca novelnya.
"Mas liat itu UGM!" Yola mengalihkan perhatian ketika mereka tak sengaja melewati kampus lama Arsha.
"Terus kenapa?"
"Mas nggak kangen gitu? Mas kan alumni sana." Yola menatap Arsha aneh. Kenapa pria ini biasa saja?
"Saya sering silaturahmi kesana."
"Oh. Pantes biasa aja."
"Pasti Mas bangga banget kan bisa kuliah di UGM," ucap Yola dengan mata berbinar. Kampus UGM adalah impian seluruh orang di Indonesia. Dulu ia ingin masuk tapi sayang otaknya tidak pernah berhasil.
"Kamu salah sayang, yang bener itu UGM bangga punya mahasiswa seperti saya." Yola memutar bola matanya sebal. Kenapa pria ini selalu percaya diri dan memamerkan diri kepada-nya?
"Saya itu penyumbang prestasi terbanyak, lulusan termuda, berhasil lulus dengan IPK 4 dan menjadi lulusan terbaik."
Yola pada akhirnya memilih untuk pura-pura tidur. Membiarkan Arsha berceloteh sendiri tentang seberapa hebatnya dirinya. Dasar sombong!
***
Satu jam berlalu, Mobil yang dikendarai Arsha sudah tiba di rumah Yola. Arsha tersenyum memandang wajah Yola yang tertidur. Gadis itu tertidur sepanjang perjalanan.
"Sweetheart bangun," ujar Arsha sambil mencubit pipi Yola gemas. Berhasil hal itu membuat Yola bangun.
Yola menatap sekeliling linglung. Lalu disaat ia sadar mereka berada di depan rumahnya. Kesadaran Yola muncul seketika. Bagaimana Arsha bisa tau rumahnya? Sedangkan dirinya belum memberi tahu alamatnya.
"Kok mas tau rumahku disini?"
Arsha terdiam, ia bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan jika ia sudah tau lama. Yola akan menganggapnya seorang penguntit.
Tok!Tok!
Kaca mobil Arsha di ketuk dari luar. Arsha bernapas lega, karena tidak perlu menjawab. Arsha menekan tombol untuk menurunkan kaca jendela. Terlihat seorang pemuda disana.
"Ares?"
"Kak Lala?"
Kedua orang itu saling bertatapan kaget. Sedangkan Arsha hanya memandangi mereka.
"Kakak pulang sama siapa? Sama pacar?" Ares langsung menodong Yola dengan berbagai pertanyaan.
"Calon suami kakak kamu tepatnya." Ujar Arsha dengan percaya diri.
"Seriously? Akhirnya kakak gue nggak jomblo lagi. Terimakasih Tuhan! Telah memberikan jodoh yang kaya dan tampan kepada kakakku yang jelek ini." andai saja tidak ada Arsha, rasanya Yola ingin menjitak kepala adiknya. Bisa-bisanya ia dihina seperti ini. Awas saja kau Ares! Nanti malam!
"Kita turun aja yuk mas." Yola tidak ingin Arsha terkontaminasi dengan kegilaan Ares.
"Mas mobilnya keren banget. Ares jadi mau," ujar Ares ketika Arsha turun dari mobil.
"Kamu mau?"
"Mau lah. Masa nggak, cuma orang bodoh yang nolak dikasih mobil kayak gini."
"Nanti saya belikan."
"Yes! Thank you brother," Ares langsung memeluk Arsha kegirangan. Sedangkan Yola menutup wajahnya malu. Kenapa ia bisa punya adik seperti Ares?
Sedangkan Arsha hanya bisa pasrah dipeluk dan diikuti terus oleh Ares. Anggap saja salah satu jalan untuk memuluskan lamarannya pada Yola. Dekati dulu keluarganya baru Yolanya.
"Yuk masuk, anggep aja rumah sendiri." Ares menggandeng tangan Arsha yang membawakan tas Yola masuk ke dalam. Meninggalkan Yola sendirian. Perasaan yang pacaran siapa? Tapi kok yang digandeng siapa? Yola mendesah dengan langkah gontai mengikuti mereka.
"Ma! Liat Kak Lala punya pacar nggak bilang-bilang," teriak Ares dengan heboh.
Yola meringis mendengarnya, ia malu sekali. Untungnya Nana —Ibu Yola langsung muncul. Nana membalas teriakan heboh Ares. Bahkan memarahi adiknya. Namun disaat ia mengetahui siapa pria yang dimaksud anak laki-lakinya, ia kaget.
"Nak Shaka?"
"Gimana kabar ibu? Sudah lama sekali rasanya kita tidak bertemu lagi." Ucap Arsha sambil menyalami tangan Nana.
Yola terdiam mendengar itu. Matanya membola terkejut, bagaimana bisa ibu dan Arsha saling kenal? Yola memandang keduanya bingung.
"Ibu kenal Mas Shaka?" tanya Yola bingung. Ia merasa kedua orang itu sangatlah akrab.
"Ya kenal, diakan anak tetangga kita dulu. Masa kamu lupa sama Shaka yang sering kamu ikutin kemana-mana. Calon suami masa depan kamu," goda Nana mengingatkan Yola pada masa kecil Yola. Yola selalu bercerita ingin menjadi istri Arsha.
Yola seperti tersambar petir. Jadi selama ini dosen pembimbingnya adalah tetangga kecilnya yang dulu pernah Yola taksir. Rasanya Yola mau tenggelam di dasar lautan samudra. Ia malu sekali. Apalagi mengingat masa-masa ia mengejar cinta Arsha dulu bahkan meminta pria itu untuk menikahinya. Beranjak dewasa Yola sadar hal yang dulu ia lakukan adalah hal yang memalukan baginya. Bisa dibilang lebay. Apakah ada hal yang lebih memalukan dari ini? Yola ingin mencekik dirinya sekarang juga. Kenapa ia selalu memalukan diri sendiri di depan Arsha?
Mama Yola malu...hiks...
***
Gimana part ini?
Sebelum Next Vote dulu ya ♥️
Spam next buat lanjut yaaa
Lapak Wajib Bar-bar
SPAM ♥️
SPAM 🔥
SPAM "AKU SUKA ARSHAKA"
Ini bab terpanjang yang pernah aku tulis.
Ada yang mau disampaikan ke Arshaka?
Ada yang mau disampaikan ke Yolanda?
SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE
Jangan lupa follow @wgulla_ @wattpadgulla
Salam
Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top