Bab 2
Love dulu buat part ini
kalian suka nggak?
Minta vote dan komennya ya..
****
Pagi hari biasanya Yola akan lari pagi di sekeliling kampus, namun teman-temannya sudah tiba dengan berpakaian rapi mengajaknya ikut seminar. Vivi, Kiran dan Adelia memaksanya untuk dandan.
Yola merasa aneh kenapa harus dandan cantik mengikuti seminar. Mukanya di make over habis oleh ketiga temannya. Yola seperti disiksa, teman-temannya begitu brutal bahkan mengenakan lipstik saja sambil mencengkram wajahnya.
"Guys ini seminar apaan kenapa pake acara dandan? Jangan bilang kalian mau bawa aku ke seminar make up kayak dulu." Yola menatap ketiga orang itu curiga. Dari mereka hanya Yola yang tidak suka dandan. Uangnya pas-pasan untuk membeli make up. Jadi ia hanya memiliki bedak dan lipbalm.
"Bukan ini tuh seminar Pak Arsha. Kamu sebagai anak bimbingannya harus dateng. Biar kamu dikira Pak Arsha mahasiswa yang rajin dan haus ilmu jadi nanti kamu bakal dipermudah bimbingannya." Apa yang dikatakan Adelia ada benarnya. Yola akan ikut meski ia tahu uangnya sudah menipis bulan ini. Demi skripsi ia akan melakukan apapun.
"Seminar apaan emang?"
"Seminarnya anak Fakultas Ekonomi Bisnis tentang beasiswa gitu. Tahu sendirikan Pak Arsha selalu dapet beasiswa dari dia SMP sampai kuliah." Padahal Arshaka itu dosen Fakultas Seni dan Budaya tapi bisa nyasar ngisi seminar ke ekonomi. The Power of Arsha memang hebat.
"Terus ini dandan buat apaan?"
"Biar nanti Pak Arsha makin respect sama lu bego. Gue udah pesen kursi paling depan sama panitia penyelenggara yang kebetulan gebetan gua." Balas Kiran.
"Hebat banget kamu Kiran. Tau sendiri kalau seminar pembicaranya Pak Arsha tuh pasti kursi depan cepet penuh bahkan graha sampai nggak ada kursi kosong lagi." Vivi memandang Kiran takjub.
"Segitunya ya." Yola meringis mendengar itu.
"Mereka tuh mencoba menggaet dosen tampan untuk jadi calon imam. Siapa lagi coba yang nggak tertarik sama Pak Arsha walau dia tuh serem banget auranya."
"Jadi Yol Rileks, kalau perlu siapkan pertanyaan yang bagus. Biar Pak Arsha bisa liat lu nanti. Pokoknya bikin Pak Arsha berkesan. Demi skripsi!!" teman-temannya sudah tahu masalah skripsinya yang nyeleneh.
"Oke guys ayo kita bertempur hari ini." Yola memantapkan hatinya untuk membuat Arsha berkesan dengannya agar ia dimudahkan untuk lulus. Sehingga mereka bisa wisuda bareng.
***
Dugaan Vivi benar jika akan banyak yang datang ke seminar. Padahal Arsha itu bukan artis tapi seluruh graha hampir penuh. Mereka sudah duduk di barisan terdepan pas dengan pembicara. Yola menghabiskan hampir 50 ribu hanya untuk menonton Arsha.
Pak Arsha betapa hebatnya kamu bisa menghabiskan uang jajanku dua hari hanya untuk melihatnya berbicara di panggung batin Yola sambil memegang snack di pangkuannya.
Yola penasaran berapa yang dibayar mahasiswa untuk membuat Arsha berbicara di depan panggung. Gedung yang awalnya berisik tiba-tiba jadi hening. Pandangan orang-orang beralih ke arah karpet merah khusus untuk jalannya pembicara. Ternyata pembicara sudah masuk ke dalam. Yola menahan napas melihat Arsha berjalan dengan cool di atas karpet layaknya seorang artis.
Semua mata mengamati Arsha bahkan mengambil fotonya. Sembilan puluh persen peserta seminar adalah perempuan. Mereka bahkan berbisik-bisik betapa tampannya Arsha di balutan kemeja putih yang bercorak garis biru di lengannya dengan celana kain hitam. Pria itu berjalan menatap lurus ke depan tanpa menoleh. Mungkin jika bukan Arsha orang-orang akan mengatainya sombong tapi karena orang itu Arsha malah terlihat keren.
"Ini bukan seminar tapi lebih mirip mau ketemu idol." Keluh Yola.
"Ini belum apa-apa yol. Coba kalau Pak Arsha ngelatih anak basket lebih rame lagi."
"Basket?" Yola seakan buta tentang Arsha. Jujur ia melupakan jejak Arsha sejak dihukum nyanyi dulu dia tidak pernah mau tahu tentang pria itu.
"Pak Arsha jadi pembina club' basket. Lagian disini belum ada jurusan olahraga ya jadi mau nggak mau Arsha yang kebetulan mantan atlit basket jadi pelatih sekaligus pembina." Maha sempurna Arsha. Yola tidak bisa melihat celah sedikitpun kebobrokan pria itu.
"Kita harus mengabadikan moment ini." Adelia mengeluarkan ponsel mengambil gambar Arsha yang duduk di atas panggung. Moderator mulai memimpin acara.
Arsha dipersilakan menyampaikan materi. Ada slide presentasi yang menunjukkan foto-foto Arsha di luar negeri. Arsha ternyata bukan hanya mendapat beasiswa S2 tapi juga pertukaran pelajar, simposium, konferensi, youth summit, YSEALI, PBB dan lain-lain. Pria itu sudah mengelilingi 20 negara di dunia secara gratis. Menakjubkan! Yola dibuat tercengang dengan prestasi Arsha.
"Kalau begini gua mundur teratur untuk jadi pendamping Pak Arsha."
"Bener banget."
"Diibaratkan Pak Arsha itu berlian dan kita hanya remahan rengginang."
Yola setuju dengan perkataan Vivi. Pasti wanita yang bisa berdampingan dengan Arsha sebelas dua belas dengan pria itu baik dari segi otak dan wajah. Dibandingkan dirinya pasti sangatlah jauh. Yola menggelengkan kepala kenapa ia jadi berpikir untuk memiliki Arsha? Ingat tujuannya kesini untuk skripsi bukan orangnya.
"Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia untuk gagal, manusia itu lebih beruntung dari mahluk lain yang tidak diberi otak untuk berpikir. Sayangnya kita sering kali tidak paham dengan kemampuan kita sendiri. Kita tidak pernah tahu potensi apa yang kita miliki sehingga kita gagal merancang langkah untuk meraih impian kita. Sama seperti untuk meraih beasiswa semua itu harus ada prosesnya bukan hanya saat mendaftar tapi sebelum kita mendaftar. Kita harus tahu apa yang bisa dibanggakan dari diri kita? Karena penyelenggara beasiswa itu juga meminta feedback dari kita. Apa yang bisa kita berikan sebagai timbal balik dari beasiswa itu nanti? Contohnya itu kontribusi, dan citra/prestasi." Suara Arsha begitu mengena di hati Yola. Selama ini ia gagal mendaftar beasiswa pasti karena dirinya tidak punya prestasi hanya IPK tinggi yang bisa dibanggakan ternyata semua itu kurang.
Arsha memperbanyak materi lebih ke motivasi meraih mimpi dan branding diri untuk mendaftar beasiswa. Paling tidak mengikuti seminar Arsha membuat semangat Yola untuk meraih impiannya sebagai penulis bertambah.
Tiba-tiba Arsha turun dari panggung berjalan ke arah penonton. Tentu saja hal itu membuat peserta seminar histeris. Jantung Yola berdebar ketika Arsha berjalan ke arahnya. Apa yang pria itu lakukan?
"Eh kok Pak Arsha jalan kesini."
"Iya ih nggak kayak biasanya dia turun dari panggung gitu."
Yola menatap Arsha yang langkahnya makin mendekat ke arahnya. Jangan ngada-ngada kamu Yola, nggak mungkin Arsha repot-repot nyempetin kamu. Kurang kerjaan!
"Kamu yang pake baju merah." ucapan Arsha membuat gadis-gadis berbaju merah histeris.
"Maksud saya yang duduk paling depan."
Deg!
Apa itu aku batin Yola. Ia menelan ludah gugup. Hanya dia yang memakai baju merah di barisan paling depan. Astaga mau apa sih dosen pembimbingnya itu menyuruhnya maju. Baru jadi dosen pembimbing aja udah ngatur-ngatur apalagi kalau jadi pembimbing hidup matilah kau Yola.
"Yol berdiri!"
"Lu yang di tunjuk." Yola menatap teman-temannya ragu lalu berdiri.
"Saya pak." Ujar Yola.
"Iya. Sini berdiri di samping saya." Yola meringis mendengar suara bass milik Arsha. Pria itu menatapnya tajam sangat tajam. Apakah pria itu ingin mempermalukannya di depan umum? Kenapa dari sekian banyak mahasiswa harus dia yang disuruh maju? Yola berjalan pasrah mendekati Arsha.
"Ada apa pak?"
"Saya ada pertanyaan silahkan dijawab."
"Hah?" Yola cengo bahkan disaat panitia memberikan mic tangannya bergetar menerimanya.
"Menurut kamu kenapa banyak yang ikut seminar saya hari ini?"
Pertanyaan macam apa itu batin Yola bergejolak. Apa Arsha mau pamer kalau dirinya hebat bisa mengumpulkan 5.000 mahasiswa dalam satu gedung graha. Kaki Yola bergetar karena gugup. Semua pandangan mengarah padanya. Ditambah penampilannya yang lebih mirip mau ke mall daripada ikut seminar. Pasti mereka berpikir kalau Yola ikut seminar untuk menggoda Arsha.
"Karena mereka ingin memiliki prestasi dan bisa dapat beasiswa seperti bapak." jawaban Yola tidak membuat Arsha puas.
"Banyak seminar beasiswa seperti ini di kampus, tapi dari kacamata saya, peserta yang datang tidak bisa sebanyak ini."
Mana saya tahu pak, emang saya apaan sampai tahu begituan.
Ingin sekali Yola mengatakan itu tapi ia pendam. Sial! Pak Arsha benar-benar sadis padanya dimanapun. Ia yakin pria itu senang telah membuatnya gugup seperti ini.
"Karena bapak ganteng." Yola merutuki mulut lancangnya. Kenapa dari semua kalimat yang ia susun di kepala yang terucap kalimat itu? Yola melirik Arsha sebentar. Ia kira pria itu akan marah karena ia telah lancang tapi nyatanya pria itu tersenyum kecil. Apa maksud senyum itu?
Seluruh gedung tiba-tiba tertawa mendengar jawaban Yola. Mereka seakan setuju kalau alasan pertama mereka kesini bukan untuk mencari ilmu tapi melihat ketampanan Arshaka.
"Jawaban yang bagus. Saya suka." Suka apa ini? Batin Yola bergejolak. Apa maksud kalimat ambigu Arsha. Memang ya anak bahasa itu kalau ngomong sukanya ambigu. Bikin salah paham terus.
"Kamu boleh duduk. Nanti Panitia akan kasih hadiah karena telah menjawab pertanyaan saya."
"Hah?" apa maksud perkataan Arsha. Dunia Yola seakan berhenti berputar saat itu juga. Sudah dipermalukan ujung-ujungnya diusir. Yola sudah tidak punya muka lagi untuk menatap para mahasiswa. Mereka pasti mentertawakannya. Sial! Semua ini gara-gara Arsha. Kenapa juga mulutnya dengan lancang mengatakan kalau Arsha itu ganteng. Ya walau memang Yola akui pria itu sangat ganteng.
Ketika Yola duduk, Arsha juga ikut kembali ke atas panggung. Pria itu menatapnya dengan aneh. Sampai seorang panitia datang memberikannya sebuah hadiah.
"Ini hadiah dari Pak Arsha langsung." ujar Panitia tersebut dibalas ucapan terimakasih oleh Yola.
Orang-orang menatap Yola iri dan penasaran dengan hadiah tersebut. Yola mendapatkan hadiah buku puisi dengan judul Aku ingin mencintaimu tanpa tapi penulisnya adalah dosennya sendiri yang tidak lain adalah Arsha. Yola meringis membacanya, apa maksud pria itu memberinya buku seperti ini?
"Yol buku apaan?" Adelia penasaran.
"Liat yol."
"Nanti aja." Yola langsung menaruh ke dalam tas. Agar teman-temannya tidak kepo. Ini masih di ruangan seminar ia tidak ingin membuat keributan.
Ketika Arsha selesai menyampaikan materinya dilanjutkan dengan acara menjawab tiga pertanyaan dari peserta. Banyak sekali yang angkat tangan membuat panitia kelabakan dalam memilih sedangkan Yola sudah tidak punya harga diri lagi untuk bertanya. Ia terlanjur malu.
Setelah sesi pertanyaan selesai Arsha pamit pergi karena ada urusan mendadak. Orang-orang juga ikut keluar dari gedung padahal masih ada pembicara kedua dan ketiga yang tidak kalah keren prestasinya. Mereka merasa tidak ada gunanya jika tidak ada Arsha di dalamnya.
"Gua nggak nyangka ruangan jadi sepi mendadak kayak kuburan gini." Kiran takjub dengan power yang Arsha miliki.
"Mungkin ini salah satu alasan kenapa tadi Arsha membuat pertanyaan aneh ke Yola. Ternyata jawaban Yola sangat tepat." jawab Vivi. Yola tidak mau mengingat momen memalukan itu lagi.
"Yuk kita juga ikut keluar sekalian cari makan." Ajak Adelia.
***
Arsha tersenyum kecil keluar dari gedung seminar. Ia harus keluar mendadak sebab ada rapat dosen. Ketika seminar tadi Arsha sengaja meminta Yola menjawab pertanyaannya. Karena ia kaget melihat gadis itu ikut seminarnya. Selama ia jadi pembicara dalam tema apapun ia tidak pernah menemukan Yola. Contohnya dua hari yang lalu ia mengisi seminar Nasional tentang literasi tapi gadis itu tidak ada.
Bisa dikatakan Arsha penasaran apa alasan gadis itu ikut seminarnya. Jadi ia sengaja membuat pertanyaan tersebut. Apa mungkin Yola sudah terjerat pesonanya? Arsha harap buku yang ia berikan pada gadis itu tadi bisa membuat Yola sadar akan perasaannya.
***
Gimana part ini?
Sebelum Next Vote dulu ya ♥️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top