Untold Story🔥 38
Day 26 (Lanjutan)
Rosé memacu mobilnya menuju lokasi dari alamat rumah Junhoe. Gadis itu sebenarnya was was sekali. Berungkali ia ingin menelpon Sung Kyung tapi tidak bisa, ia takut membebani Sung Kyung.
Jennie sedang makan disuapi oleh Jeslyn. Sudah berapa lama ia tidak merasakan kehangatan ini? Mata gadis itu nanar. Ia mengunyah perlahan makanannya. Berharap waktu akan melambat dan membiarkan dia menikmati momen seperti ini untuk waktu yang lama.
Hangeum, yang satu jam yang lalu pergi, masuk ke dalam kamar sembari membawa tas baju. "Aku akan menjagamu 24 jam penuh, anakku. Aku akan disini bersamamu."
Demi apa? Jennie sangat bahagia mendengarnya. Ia tidak bisa lagi menahan air matanya. Sungguh. Biarkan dia menangis saat ini juga.
"Hiks .. Hiks .. "
"Jennie-ah, ada apa? Apa ada yang sakit?" tanya Jeslyn khawatir.
"Jennie-ah, ada apa?" Hangeum juga ikut panik.
"Go .. mawo .. appa .. eomma .." ucapnya lirih. "I love you."
Seketika Jeslyn dan Hangeum ikut menangis. "Mianhaeyo, Jennie-ah, aku tidak bisa memahamimu. Aku bukanlah ayah yang baik."
"Aku terlalu egois dengan duniaku. Aku tidak pantas disebut eomma. Jennie-ah, eomma sungguh menyayangimu. Mianhaeyo."
Jisoo dan Lisa yang melihat kejadian itu lantas teringat dengan orang tua mereka masing-masing. Kedua gadis itu keluar dari ruangan dan terduduk tidak bersemangat.
Jisoo mengeluarkan ponselnya. Menekan lama tombol panggil. Nomor urut pertama di daftar panggilan adalah nomor ponsel ibunya.
Lisa juga saat ini tengah memandangi ponselnya. Ia ingin menekan tombol panggil.
***
Brak!
Junhoe menabrak pintu apartemennya sendiri. Badannya terus oleng. Bau alkohol dari tubuhnya sangat menyengat.
Lelaki itu menekan tombol kunci, memasukkan pin.
TILULIT!
Terbuka.
Pandangannya kabur. Ia pun terjatuh di lantai.
Lelaki itu melentangkan tangannya dan menatap langit-langit apartemennya. "Kalian pikir mudah menjadi aku?" Junhoe kemudian tersenyun sinis.
***
13 September 2015
"Hyung .. bawa aku pulang," pinta Jaesin. "Besok ulangtahunku, aku ingin merayakannya di rumah."
"Apa kau bilang? Tidak. Kau akan tetap disini kalau perlu sampai ubanan."
"Hyung .. " Jaesin menatap Junhoe serius, "aku ingin pulang."
"Jaesin-ah .."
"Hyung .. kau tidak pernah mengatakan 'iya' untuk permintaanku selama ini."
Junhoe terdiam. Jujur, ia tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Pikirannya menjerumus kemana-mana.
"Sekali saja hyung, bilang 'iya' untukku." Entah mengapa dada Junhoe mendadak menjadi sesak.
"Iya. Kita akan pulang." Mata Junhoe memanas, ia pun berpaling dari Jaesin, lalu pergi meninggalkan lelaki itu. Lebih baik ia pergi ke taman untuk meredakan emosinya.
Tapi ...
Derap langkah kaki gusar terdengar dari arah pintu masuk rumah sakit.
Srak.
Pintu kamar nomor 205 itu digeser kasar olehnya.
"150 joule! Mundur! Satu, dua, tiga!"
Junhoe berjalan mendekat dengan mata merahnya yang menatap pilu seseorang yang terbujur lemah di ranjang itu.
"200 joule! Satu, dua, tiga!"
Tubuh Junhoe jatuh ke lantai.
"250 joule! Satu, dua, tiga!"
TING TUNG! TING TUNG!
Bunyi bel apartemen itu membuyarkan ingatan Junhoe tentang peristiwa dua tahun yang lalu.
TING TUNG! TING TUNG!
"AH! BERISIK!" pekiknya keras. Dia melempar apapun yang ada di sekitarnya ke arah pintu.
***
Jisoo menekan tombol hijau.
Tut ... Tut ...
"Ah, Jisooya."
"Eomma bogoshipeoyo. Kapan eomma punya waktu longgar?"
"Ada apa ini? Tumben anak cantik eomma ingin mengajak eomma berkencan?"
"Sudah kukatakan aku merindukanmu. Ayolah buat janji bersama. Aku besok lusa tidak ada jadwal apapun. Bisa kan eomma pergi denganku?"
"Eomma do bogoshipeoyo. Baiklah eomma akan mengosongkan jadwal untuk besok lusa." Jisoo tampak senang mendengarnya.
Lisa juga ikut menekan tombol hijau.
"Hmm" ia berdeham, supaya gugupnya sedikit menghilang.
"Hallo, Lisa."
"Hmm .. hallo, eomma."
"Ada apa?"
"Hmm .. tidak apa-apa, aku akan menutupnya lagi."
"TUNGGU!" pekik wanita paruh baya itu membuat Lisa mengurungkan niatnya. "Nanti pulanglah sebentar. Eomma akan memasakkan makanan kesukaanmu, ya?"
"Ku usahakan," jawab singkat Lisa.
"Eomma tunggu, saranghae putriku."
Lisa menjauhkan ponselnya dari telinga. "Saranghae ... eomma," ucapnya lirih.
***
Tit Tut .. TILULIT.
Pintu apartemen Junhoe pun terbuka. "WAE?" bentak lelaki itu. Namun beberapa detik setelahnya, kesadarannya berkumpul kembali dan matanya terbelalak.
Rosé menatap Junhoe dengan muka yang syok. Baru juga beberapa menit yang lalu ia mencoba menguatkan diri datang menemui Junhoe, lalu setelah bertemu langsung dibentak keras seperti ini.
"Untuk apa kau kesini?" tanya Junhoe sinis.
"A-A-Aku itu .. ma-mau .."
"Apa?" poting Junhoe langsung. "Kalau bukan hal penting lebih baik kau pergi."
Junhoe hendak menutup pintu apartemennya sampai Rosé berteriak "13 September 2015!" dan membuat Junhoe tercengang.
Lelaki itu kembali membuka pintu apartemennya. "Masuklah," ucapnya.
Rosé menarik napasnya lalu mulai melangkah masuk apartemen Junhoe.
Luar biasa. Rosé sangat terkejut melihat pemandangan apartemen Junhoe. Bukan seperti rumah, tetapi tempat pembuangan sampah. Sangat kotor dan berserakan segala bungkus makanan, minuman, kertas-kertas, tisu. Baunya juga membuat Rosé berkali-kali mengibas-ibaskan tangannya di depan hidungnya.
"Kalau kau tidak suka baunya. Kau bisa pergi," sindir Junhoe.
"Kapan terakhir kali kau membersihkan apartemenmu?"
"13 September 2015." Jawaban itu membuat Rosé membungkam mulutnya.
Gadis itupun duduk di sofa yang .. sama berantakannya. Ia menyingkirkan kaus yang tergeletak di sofa dengan cubitan tangannya. "Jorok sekali," gerutu Rosé.
Junhoe datang dengan membawa dua kaleng soda. "Aku hanya punya itu. Aku miskin sekarang."
"Memang siapa yang mempertanyakan statusmu? Dan siapa yang meminta minum?" sahut sinis Rosé.
"Cepatlah, apa tujuanmu kesini. Dan ... " Junhoe menggantung kalimatnya, "kenapa kau bisa mengetahuinya?" lelaki itu sedikit deg deg an saat mempertanyakannya.
"Mengetahui apa? Aku justru kemari ingin bertanya, apa yang terjadi di tanggal 13 Septermber 2015." Junhoe sedikit lega mendengarnya. "Aku mulai mengingat sedikit memoriku."
"Bukan apa-apa, itu tanggal ulang tahunku. Kenapa kau tiba-tiba bertanya tanggal itu?"
Rosé mengernyit. "Kau pikir ini bercanda?"
"Memangnya aku kelihatan bercanda?" Junhoe menatap lekat manik mata Rosé.
Rosé membuang napas. "Jangan bohong padaku, Go Junhoe-sshi. Aku tidak mencari alamatmu untuk mendengarmu berbohong padaku. Katakan yang sebenarnya."
"Aku tidak memintamu percaya. Jadi, terserah jika kau tidak percaya." Junhoe bangkit dari sofa.
"RUMAH SAKIT CHUSEONG! 13 SEPTEMBER 2015!"
Junhoe menghentikan langkahnya dan menoleh. "Seorang lelaki membawa kabur seorang pasien rumah sakit Chuseong pada tanggal 13 September 2015."
Junhoe membalikkan tubuhnya sepenuhnya. "Pasien korban kecelakaan mobil."
Rosé berdiri dan sedikit melangkah mendekati Junhoe. "Aku pengendara mobil itu."
Tangan Junhoe mengepal. "Katakan padaku, APA YANG SEBENARNYA TERJADI?"
Junhoe mencengkram kedua pundak Rosé. "Akh!" Rosé memekik terkejut dengan respon Junhoe. Bulatan hitam lelaki itu menatap mata Rosé dengan kilatan penuh amarah.
"Kenapa .. kau .. harus BERTANYA SOAL ITU?" bentak Junhoe.
Baunya. Bau alkohol. Rosé dapat menciumnya. Bagaimana ini? Sepertinya Junhoe sedang tidak dalam keadaan sadar. "Junhoe-sshi apa kau habis mabuk?"
"Huh .." lelaki itu membuang napasnya kasar. "Memangnya kenapa?"
"Lepaskan aku Junhoe-sshi." Rosé mulai memberontak.
Junhoe tersenyum getir. "Kau tidak ingin mendengar jawabanku?"
"Lain kali aku akan mendengarnya. Tolong lepaskan aku." Rosé sungguh ketakutan sekali saat ini.
Apa yang harus kulakukan?
"Junhoe-sshi, lepaskan aku."
Junhoe malah menarik tubuh Rosé mendekatinya. Matanya menelisuri wajah gadis yang berada di depannya ini.
Kau tidak tahu betapa sakitnya aku harus memilih antara cinta pertamaku atau keluargaku satu-satunya.
Mata lelaki itu memanas kembali. Namun kini cengkramannya melunak. Ia pun melepaskan tubuh Rosé.
"Kau mau ikut denganku bertemu pasien yang kubawa kabur?"
Rosé masih syok, ia tidak bisa menjawab apapun. Kedua pundaknya juga nyeri.
"Jawablah! Apa kau bisu?"
"I-Iya, baiklah."
Eh, apa yang kukatakan? Seharusnya aku menolaknya. Bagaimana jika dia macam-macam padaku?
Junhoe melangkah keluar apartemennya sambil menggandeng tangan Rosé. Anehnya, gadis itu diam saja. Entah kenapa lidahnya kelu dan tubuhnya membeku, tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kau yang menyetir. Kau tahu aku habis minum, kan?"
Rosé tidak menjawabnya, hanya berjalan menuju setir kemudi.
Lagian ini kan juga mobilku. Aneh. Ia mencibir dalam hati.
***
Di perjalanan, Junhoe terus memberitahu arah-arah tempat yang ingin dia tuju. Hingga mereka berdua tiba di tempat persemayaman abu.
Junhoe langsung turun dari mobil itu dan berjalan masuk ke dalam gedung.
Rosé memiliki perasaan yang buruk terhadap hal ini. Kenapa Junhoe membawanya kesini? Apa jangan-jangan ...
Gadis itu menggeleng-gelengkan kepala. Tidak mungkin.
"Apa kau menjadi tukang parkir mobil sekarang?"
Suara Junhoe membuyarkan lamunan Rosé. Gadis itupun segera menghampiri Junhoe dengan jantung yang berdebar-debar dan pikiran yang tidak tenang.
Rosé terus berjalan mengekori Junhoe. Hingga Junhoe pun berhenti.
"Perkenalkan, dia adalah Go Jaesin. Adik kandungku. Pasien yang kubawa kabur. Hari ini adalah hari ulangtahunnya."
Seluruh pertahanan Rosé langsung runtuh. Tubuhnya lunglai ke lantai.
***
13 September 2015.
"Huh .. syukurlah ..kita bisa mengembalikan detak jantungnya."
Mendengar itu Junhoe langsung berhembus lega.
Ia perlahan-lahan bangkit dan menghampiri Jaesin.
Lelaki itu memegang tangan adik satu-satunya. "Bertahanlah Jaesin-ah."
Beberapa jam menunggu, Jaesin sedikit terlihat menggerakkan tangannya. "Jaesin-ah, apa kau sadar?" Junhoe pun memencet tombol panggil dokter.
Jaesin mengerjapkan matanya. "Hyung ..." panggilnya lemah.
"Iya? Dimana yang sakit? Hyung sudah memanggil dokter." Ini pertama kalinya seorang Go Junhoe merasa sangat khawatir.
"Ayo kita pulang," ucapnya lirih.
"Apa yang kau bicarakan? Tidak. Kau saja baru siuman."
"Aku hanya memiliki satu permintaan saja hyung, bawa aku pulang."
"Sebentar lagi dokter akan memeriksamu."
"Hyung ... jebal ..." Jaesin mulai memohon. "Mungkin nanti aku tak akan bisa memintanya lagi darimu."
"Kau berbicara omong kosong. Aku tidak akan mendengarmu."
"Aku ingin merayakan ulangtahunku bersamamu. Di rumah kita." Jaesin menitikan air matanya. "Aku tidak mau direkam dengan keadaanku seperti ini. Aku tidak sanggup lagi hyung ..."
***
"Pada akhirnya aku harus membawa Jaesin keluar dari rumah sakit diam-diam."
Rosé tidak bisa berkata-kata. Ia hanya terus menangis. Dadanya sangat sakit. Kepalanya juga sangat sakit. "Akh! Akh!"
Kau adalah pembunuh!
Kau pembunuh!
Rosé, kau seorang pembunuh!
"Akh!" Kepalanya bertambah sakit dua kali lipat.
"Chaeyoung-ah, kau kenapa? Gwaenchana? Chaeyoung-ah!"
Kau adalah pembunuh!
Kau pembunuh!
Rosé, kau seorang pembunuh!
"Aku bukan pembunuh! Akh!"
"Chaeyoung-ah! Sadarlah Chaeyoung-ah."
***
Hai ..
Akhirnya Rosé pun tahu apa yang selama ini dia tidak ketahui dan dia lupakan.
Akhirnya juga eomma dan appa Jennie berhenti menjadi egois dan sadar dengan kesalahan mereka.
Akhirnya Jisoo dan Lisa kembali menghubungi keluarga mereka setelah sama-sama memutuskan untuk pergi dari rumah.
Hmmm ...
Bagaimana cerita selanjutnya? Silahkan pantengin cerita ini. Jangan sampai kendor. Karena Maddi update tidak kenal waktu, tetiba update saja 😂😂
Maap, Maddi sibuk streaming DDU DU DDU DU dan KILLING ME 😃😃
BLACKPINK : Hit You With That DDU DU DDU DU 🔫😏
iKON : Chuketa ~ tet tet tet tet ~ huu ~ tet tet tet tet ~ na na na na 😏☝
Yang belum cek MV nya .. silahkan di cek ..
See you next part 😙😙💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top