Solo Activity 🔥 13
Day 13 (Rosé ver.)
"Jadi?" Rosé menautkan alisnya.
"Dia yeojachingu-ku. Aku minta maaf atas segala kesalahannya." Junhoe berucap tulus.
"Kau meminta maaf atas perbuantannya saja?"
Junhoe menatap Rosé. "Memangnya ada lagi?" Lelaki itu lantas bangkit dari cafetarium YGKplus dan meninggalkan Rosé.
"Sumpah, ya, kalau bukan karena paman, aku sudah menendangmu." Gadis itu kesal, sangat kesal pada Junhoe. Rosé tidak ingin merusak nama baik pamannya. Ia harus bisa menjaga emosinya.
Dasar hati batu!
"Minum dulu saja, biar yang di dalam ikutan dingin." Seseorang menaruh minuman kaleng di depan Rosé.
Gadis itu mendongak dan mendapat tatapan hangat dari seorang namja. Mata gadis itu membulat. "Omo!" Ia lantas menutup mulutnya. Ia menggeleng-gelengkan kepala.
Namja itu menjentikkan jemarinya di hadapan Rosé. "Jangan menatapku seperti itu." Rosé yang gelagapan hanya bisa membuang mukanya.
"Aku banyak mendengar tentangmu," ujar lelaki itu.
Rosé memutar kepalanya. "I-Iee? A-Aku?"
Lelaki itu mengangguk. "Iya. Roséanne Park atau Park Chaeyoung. Model terpopuler YGKplus."
Pipi Rosé memerah. "Ah, tidak mungkin terpopuler. Sung Kyung lebih populer dariku. Dia bahkan bermain drama."
"Tapi lebih banyak yang menyukaimu dibandingkan dengannya."
"Jangan berkata seperti itu, aku tidak suka dibanding-bandingkan." Kali ini ucapan Rosé terdengar begitu serius.
Lelaki itu terdiam sebentar. "Mianhae," ucapnya pelan.
"Ada urusan apa sehingga kau pergi ke YGKplus?" Rosé tengah menatap lelaki yang menjadi idol papan atas Korea, Song Mino, member Winner.
"Apa ... kau marah?" Rosé menggeleng. "Miannata."
"Aih, tidak apa, aku hanya sedang badmood saja."
Mino mengangguk-angguk. "Karena Junhoe-sshi?"
"Kau mengenalnya?"
Mino tersenyum tipis. "Go Junhoe si fotografer brengsek. Tapi laris manis bak kacang goreng."
"BENAR!" Rosé memekik keras. "Dia benar-benar brengsek!" ucapnya menekan.
Mino tertawa. Ia memandang Rosé intens. "Apa kau memiliki masalah dengannya? Ku harap kau berhati-hati."
"Berhati-hati? Untuk apa?"
Mino menghentingkan meminum mineral kalengnya. "Apa kau sungguh tidak tahu apapun tentangnya?"
"Aku tahu, tentu saja, dia brengsek, kasar, dan egois."
"Kau tidak tahu apapun sepertinya," gumam Mino pelan.
"Mwoga?"
"Mwoga, mwo? Minum dong minumannya."
"Bukankah kau tadi baru saja mengatakan sesuatu?"
Mino menggeleng. "Tidak. Mungkin kau sedang pusing sehingga berhalusinasi suaraku. Secara, suaraku kan hot, deep and manly." Lelaki itu tersenyum.
Blushing mode on.
***
Kejadian tiga hari yang lalu membuat Rosé merasa tidak nyaman setiap hari. Bagaimana tidak? Gadis itu selalu memantau aktifitas Junhoe setiap hari. Melirik ke arah Rosé tajam. Sesekali menyenggol tubuh Rosé saat berjalan bersama.
Tapi Rosé harus tetap dingin. Jika dia menanggapi gadis gila, maka dia akan ikut gila karenanya. So, be calm.
Ketika semua orang tengah mengantri makanan, Junhoe berada di depan Rosé dan gadis itu menarik gusar lengan Rosé keluar dari antrean hingha gadis itu terjatuh.
"Yak!" Sung Kyung memekik keras. "Apa yang kau lakukan?"
"Dia dekat-dekat dengan pacarku. Itu bukan salahku," sahut Seulgi culas. Iya, nama gadis itu ialah Kang Seulgi.
Junhoe yang dirangkul tangannya langsung mengelak kasar. "Dulu pacar. Sekarang kau hanyalah mantan." Lelaki itu terdiam sebentar. "Kita putus, Kang Seulgi."
"Mwo? Apa salahku, sayang?" Seulgi kini mengejar Junhoe yang berjalan menjauhi antrean.
Sung Kyung membantu Rosé berdiri dan gadis itu meringis kesakitan akibat kakinya yang terkilir. "Apa kakimu sakit? Aku bantu ke ruang kesehatan." Rosé hanya bisa mengangguk.
"Omo!" Seoyi berlari ke arah dua sahabatnya itu. "Rosé kau baik-baik saja?" Seoyi tampak panik.
"Kakinya terkilir," jawab Sung Kyung.
"Aish! Benar-benar gadis kurang ajar!" pekik Seoyi tidak terima. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan padanya."
"Tidak perlu," sahut Rosé lirih. "Kau akan ikutan gila sepertinya. Dia terlalu terobsesi dengan Junhoe," tambahnya.
"Dia memang yeoja gila." Sung Kyung mendengus sebal.
Kedua yeoja itupun memapah Rosé ke ruang kesehatan. Kerumunan masih berdesas-desus tentang kejadian yang baru saja terjadi. Pasti sebentar lagi akan ada gosip yang beredar.
Rosé tidak mau terlalu memikirkannya. Kakinya yang terkilir-lah yang harus ia pikirkan. Ia pasti tidak akan bisa melakukan aktifitas selama beberapa hari ke depan. Hal itu sedikit membuat gadis itu kesal.
***
Kata dokter yang berjaga di ruang kesehatan ini, kaki Rosé memang terkilir tapi tidak parah. Dan sesuai dugaannya, ia masih tetap dianjurkan untuk istirahat beberapa hari. Ia menghela napasnya sekali lagi sembari menatap langit-langit ruang kesehatan.
Tok.
Tok.
Tok.
Belum sempat mengatakan sesuatu, pintu ruang kesehatan itu sudah terbuka. Wajah lelaki dingin, sumber dari semua kesialan Rosé itu muncul dari balik pintu.
Gadis itu mendengus. "Untuk apa kau kemari?" tanya Rosé ketus.
Junhoe menaruh bungkusan di nakas kecil samping ranjang tidurnya. "Apa itu?" tanya Rosé.
"Permintaan maafku," ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Rosé.
"Yak!" Junhoe menghentikan langkah ketika mendengar gadis itu memekik. "Dasar kalian berdua gila!" pekik Rosé. "Satunya suka menghina orang dan satunya suka melukai orang. Kalian berdua adalah pasangan yang sangat cocok. Sama-sama tidak waras." Gadis itu sudah tidak bisa lagi memendam amarahnya. Sikap Jungoe benar-benar menyebalkan.
Junhoe berbalik. Matanya menatap takam Rosé. "Aku? Gila? Kau yang gila. Kau menjual tubuhmu pada majalah? Kau gila."
Kening Rosé mengerut. "Memangnya apa urusanmu? Kau bukan siapa-siapaku. Jadi jangan sok ikut campur dan merasa lebih baik dariku. Pedulikan saja pacarmu yang gila itu!"
"Cih. Kau gadis murahan." Junhoe menyeringai.
Gigi Rosé menggegat. Ia meraih vas bunga mini di atas nakas dan melemparkannya pada Junhoe. Vas itu menggores pipi kiri Junhoe. "Kukatakan padamu, brengsek," ucap Rosé penuh penekanan. "Aku tidak pernah menyesal untuk melakukan ini padamu, bajingan. Kau, pecundang, sampah, bajingan tidak tahu diri. Lihat nanti siapa yang akan bertahan dan siapa yang akan runtuh. Kau akan tahu bagaimana aku yang sebenarnya setelah ini, karena kau telah membangunkan sisi diriku yang berusaha aku pendam."
"PERGI!" Rosé mengusir Junhoe dengan suara memekik nyaring.
Junhoe mengusap darah yang mengalir di pipi kirinya lalu berbalik dan meninggalkan ruangan tersebut.
Rosé menatap bungkusan Junhoe dan membuangnya ke sembarang arah.
"AA!" Ia berteriak kesal.
***
"Hiks ... Hiks ... Hiks ..." Rosé menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Apa aku menjual tubuhku?
Apa bekerja sebagai model itu adalah pekerjaan hina?
Aku tidak memotret diriku untuk majalah dewasa, lalu kenapa aku terasa hina?
Kenapa dia menghinaku seperti itu?
Kenapa dia sangat jahat padaku?
Apa aku pernah jahat padanya?
"Hiks ... Hiks ... Hiks ..." isakannya semakin kencang.
Sung Kyung dan Seoyi datang menghampiri Rosé yang sedang terduduk di taman. "Rosé, apa yang sedang kau lakukan disini? Kenapa kau keluar dari ruang kesehatan tanpa memberitahu kami?"
Rosé mendongak menatap kedua sahabatnya. "A-Apa aku men-jual tu-buhku? A-Apa kita, Kyungie, ki-kita menjual tu-tubuh kita? Apa pe-ker-jaan model itu hi-na?"
Sung Kyung meremas tangannya. "Junhoe berkata seperti itu? Apa dia tidak punya hati? Tunggu disini, aku akan memberinya pelajaran."
Rosé tidak bisa menahan Sung Kyung. Ia masih merasakan sakit akibat omongan Junhoe tentangnya. Seoyi yang berada di samping gadis itu, langsung memeluk Rosé, memberikan kehangatannya untuk gadis itu.
"Rosé, kau tidak menjual tubuhmu, itu bukan menjual tubuhmu. Para pekerja seks-lah yang menjual tubuh mereka, bukan model. Model hanya peraga sebuah barang. Mereka tidak hina. Kau bahkan tidak pernah menjadi model majalah dewasa bukan?" Seoyi mengelus lembut punggung Rosé.
"Aku tidak tahu alasan dia mengatakan itu padamu, tapi itu adalah hal yang sudah keterlaluan. Kau harus melaporkan hal ini pada pamanmu. Dia kurang ajar sekali."
Rosé terdiam. Dia masih belum bisa berpikir jernih.
- TBC -
***
Anyeonghaseo chingu ...
Maddi comeback ...
Selamat membaca ...
See you 😙😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top