Rosé(me) 🔥 18
Day 14
Rosé
Sejujurnya aku malas datang ke tempat pemotretan. Aku benci Junhoe. Aku ingin dia mati saja. Lenyap dari dunia ini. Kesal aku dibuatnya. Dia sangat menyebalkan dan kurang ajar. Bisa-bisanya dia mengatakan aku murahan. Tidak bisa dipercaya, dia menyia-nyiakan bakatnya dengan mulut busuknya.
"Selamat pagi," sapaku pada seluruh crew.
"Pagi Rosé," jawab kompak seluruh crew.
"Hari ini temanya apa?" tanyaku sembari meletakkan cluth hitamku di sofa tunggu.
"Elegant spring." Jawab PD Baek. "Nanti close up wajahmu."
"Ah, arraseo," jawabku lemah.
"Anyeonghaseo." Sapaan itu membuat pandangan seluruh crew beralih ke pintu masuk. "Saya adalah photografer baru disini. Tolong kerjasamanya dan saya akan berusaha menghasilkan bidikan terbaik saya. Ghamsahamnida." Ia membungkuk pada semua crew.
"Namamu siapa anak muda?" tanya PD Baek.
"Ah, iya saya lupa belum kasih tahu nama. Park Jimin imnida. Bangapseumnida."
"Ne, bangapseumnida."
Photografer baru. Iya, aku yakin Junhoe sudah dipecat oleh Paman. Salah sendiri tidak bisa jaga sikap. Dia tidak bisa bersikap profesionalitas terhadapku. Lagipula, aku masih bingung sampai saat ini, tentang alasannya mengataiku sekasar itu. Aku juga masih bingung kenapa dia membenciku.
Duniaku berubah dalam sekejap. Ganti manajer, pindah ke kosan, dapat teman sekamar yang cadas, dihina habis-habisan sama si Junhoe. "Heuh..."
"Rosé take lima menit lagi!"
***
Di kafetaria YG Kplus, Rosé mengaduk minumannya tanpa selera. "Dor!"
"Kaget aku!" Tubuhnya tersentak akibat tepukan keras pada bahunya itu. Ia tersadar dari lamunannya.
Sung Kyung duduk di samping gadis itu. "Melamun apa, sih? Kesambet loh nanti."
Rosé mendengus pelan. "Aku masih memikirkan alasan sepupumu mengataiku." Ia lalu menatap sahabatnya itu. "Begini, kenapa dia bisa benci sekali padaku? Benci sekali sampai mengataiku seperti itu."
"Dia memang tidak berotak, Rosé. Sudahlah jangan kau pikirkan lagi."
Gadis ausie itu menggeleng. "Tidak bisa, Kyungie. Aku tetap tidak bisa berhenti bertanya-tanya."
"Hmm," kedua kepala yeoja itu menoleh bersamaan, "aku boleh duduk disini?"
"Kau Park Jimin, bukan? Photografer baru itu?"
Jimin mengangguk. "Ne, Park Jimin imnida, bangapseumnida." Kepala sedikit membungkuk.
"Ah, ne, Lee Sung Kyung imnida, bangapseumnida." Sung Kyung ikut menundukkan kepala.
"Roséanne Park atau Park Chaeyoung imnida. Bangapseumnida," timpal Rosé.
"Omo, kita berada dalam satu marga." Jimin lantas tersenyum. Sementara Rosé ikut tersenyum kikuk.
Berbeda sekali bukan, Park Jimin dan Go Junhoe. Langit dan bumi, itulah perumpamaan yang tepat untuk mereka.
"Anjayo, Jimin-sshi."
"Ah, ne." Jiminpun mendaratkan pantatnya pada kursi di depan dua yeoja itu. "Aku sangat nervous saat harus memulainya disini. Aku belum pernah memotret model profesional." Jimin mulai mengajak bicara dua gadis itu.
"Benarkah? Memangnya, sebelumnya apa yang kau potret?" Sung Kyung mulai menimpali lelaki itu dengan pertanyaan. Sedangkan Rosé hanya menatap keduanya bergantian.
"Aku memotret random. Bisa objek alam, benda, manusia di jalanan, foto pre-wed, dan yah ... tergantung job."
Sung Kyung mengangguk-angguk mengerti. "Semoga betah disini ya, Jimin-sshi."
"Ne, ghamsahamnida."
"Jangan merendahkan para model, ya, Jimin-sshi." Dari sekian banyak kata, Rosé lebih memilih mengatakan hal yang membuat Jimin merasa bingung. Sung Kyung menyikut gadis itu. "Wae? Apa salahnya bilang begitu? Daripada nanti ada konflik lagi?"
"Apa yang bisa kurendahkan, Rosé-sshi? Mereka hebat, kok. Semua pekerjaan itu hebat dan keren." Rosé tersentak dengan jawaban Jimin. "Hanya nikamati pekerjaanmu dan lakukanlah dengan baik. Itu takdirmu dan kau harus menjadikan dirimu bahagia karenanya. Jangan merasa terbebani."
*Ah, entah ini apa? Maddi gak tahu kenapa jadiin Jimin sebijak ini. Ah, molla 😅😅
"Woah, kau bijak sekali Jimin-sshi." Sung Kyung tampak kagum dengan ucapan lelaki itu.
***
"Aku tidak menyangka bahwa photografer kita yang baru akan sangat menyenangkan. Syukurlah." Sung Kyung menghembuskan napasnya.
"Dima Seoyi? Daritadi tidak terlihat batang hidungnya?"
"Ah, matta. Dimana dia? Mungkin sedang sibuk merias para model baru."
Kening Rosé mengernyit. "Model baru? Ada perekrutan?"
"Ada," jawab Sung Kyung singkat.
Rosé yang tengah berjalan di koridor gedung YG KPlus itu langsung menghentikan langkahnya, "Apa masih dibuka?" kemudian memitar badan ke arah Sung Kyung.
"Gelombang satu telah ditutup. Tapi gelombang dua belum dibuka."
"Kapan gelombang dua dibuka?" tanya Rosé segera.
"Untuk apa kau menanyakannya? Ada teman atau saudaramu yang ingin menjadi model?"
Rosé tersenyum tipis. "Bukan ingin, tapi mereka sangat cocok menjadi model."
"Mereka? Siapa maksudmu? Kenapa kau tidak ceritakan teman barumu padaku?"
Rosé merangkul bahu Sung Kyung. "Jja!"
"Yak, kau belum menjawab pertanyaanku, Rosé."
"Aish. Kenapa kau menjadi sangat bawel, eoh?"
Sung Kyung mengernyit. "Mwo?"
Aku ada rencana briliant. - Rosé.
***
Hari ini pemotretan berjalan sangat lancar sehingga Rosé bisa pulang ke rumah lebih awal.
TIT TILULIT
"Anyenghaseo." Tak ada jawaban sama sekali. "Unnie? Lisa-ah?" Tetap tenang, tidak ada suara balasan. "Kemana mereka semua?"
Gadis itu memakai sandalnya dan berjalan masuk ke dalam dorm. "Benar-benar tidak ada orang disini," gumamnya.
Tubuh letih itu ia baringkan di sofa. Rasa nyaman menyeruak ke seluruh tubuhnya. Rosé menghela napasnya. "Terasa seperti aku sedang di apartemen." Sepi. Sendiri. Tenang. Kosong.
TIT TILULIT
Baru juga merasakan sendirian, sudah ada yang datang.
Lisa.
Gadis itu pulang. Benar-benar pulangkah?
"Lisa-ah. Akhirnya kau pulang juga." Rosé bangkit dari sofa, "Ada apa denganmu? Kenapa tidak pernah tidur di dorm?" kakinya melangkah mendekati Lisa.
"Ada urusan." Itulah jawaban singkat gadis blonde pirang itu.
"Urusan ... apa?" Rosé bertanya dengan hati-hati takut terkena ultimatum seperti tempo hari yang lalu.
"Temanku di rawat di rumah sakit." Syukurlah, kali ini Rosé tidak terkena ultimatum. "Jadi aku harus merawatnya disana. Dia di Seoul sendirian."
"Ah, begitu." Rosé mengangguk mengerti. Gadis itu lantas mengamati tubuh Lisa dari atas sampai bawah. "Ah, Lisa-ah."
"Hmm?"
"Hoksi ... " tubuh Lisa sangat sempurna untuk menjadi model catwalk. "apa kau berminat menjadi seorang model?" Lisa langsung menatap Rosé. "Kalau tidak mau tidak apa-apa. Aku hanya bertanya," ucapnya cepat.
"Bayaran berapa?"
"Eoh?" Rosé bingung. "Ap-Apa?"
"Bayarannya berapa? Aku mau jika bayarannya tinggi."
"Itu tergantung dirimu," sahut Rosé cepat. Lisa mengerutkan dahi. "Tergantung apa kau bisa meng-handle pemotretan dengan baik." Senyuman tersungging di bibir gadis itu.
Lisa mengangguk mengerti. Rosé mendekatkan wajahnya ke arah Lisa. "Apa yang kau lakukan?"
"Kau sungguh ingin menjadi model?"
"Iya, bisa, tentu saja. Asalkan ada bayarannya."
Rosé memiringkan kepalanya. "Kau yakin?"
Sinar jingga masuk melalui jendela, membiaskan wajah mereka menjadi orange.
Mungkin aku harus mencobanya. - Lisa.
Terasa aneh, dia menyetujuinya, begitu saja. - Rosé.
Lisa mengangguk. "Aku yakin."
Rosé
Setidaknya aku senang melihat dia sedikit bisa mengontrol emosinya. Syukurlah.
"Baiklah. Aku akan memberikan brosur test gelombang kedua padamu, besok."
"Aku tunggu."
Aku bukan wanita murahan. Aku bisa berguna untuk orang lain. Akan kubuktikan itu padamu Go Junhoe.
-TBC-
***
Yang nungguin chapternya Junros, harap bersabar, ini ujian. Junrosnya lagi ngumpet. Tinggal Rosé aja adanya.
Ada kemunculan Jimin BTS loh guys ... xixixi...
Maddi tidak tahu kapan Maddi akan merubah shipper. Xixixi.
Ada tiga namja yang udah hadir di cerita Rosé. Junhoe, Mino, Jimin.
Nantikan chapter selanjutnya.
See you 😙😙
Oh iya, hari ini debutnya ONE. Jangan lupa streaming guys ...
Thankyou 😙😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top