Responsible 🔥 7
Day 8
Rosé menggeliatkan tubuhnya. Pagi ini sinar mentari menyusup masuk dari celah jendela yang terbuka, memaksa gadis itu untuk membuka matanya. Buram. Tentu saja. Sinar matahari itu menyilaukam matanya. Rosé lantas mengucek matanya perlahan.
"Hoam..." Gadis itu menguap dengan santainya. Kemudian menepuk-nepuk mulutnya pelan.
Ia beranjak dari ranjangnya. Berjalan mendekati cermin di kamar tersebut. Dan, "AAA!!" teriaknya kencang.
Cklek.
"Ada apa?!" tanya Lisa segera setelah membuka pintu, ia terlihat cukup panik.
Rosé menoleh pelan, lalu menunjuk jidatnya, "Ada jerawat di jidatku..." tuturnya memberitahu.
Seketika itu juga Lisa langsung nyinyir, "Mwo? Kau berteriak hanya karena jerawat?" Lisa memejamkan matanya, "Yak!!" pekiknya keras.
"Ini siaga satu buatku. Asal kau tahu aku adalah seorang model. Bagaimana mungkin seorang model memiliki jerawat di wajahnya? Aku dituntut untuk selalu memiliki wajah yang mulus, arra?" omelnya panjang lebar.
Lisa memutar matanya malas, "Ne, arraseo," sahutnya datar. Sedetik setelahnya, ia menghilang di balik pintu.
"Otoekke?" gumamnya frustasi.
"Yak! Roséanne! Keluarlah, palli!" pekik Lisa memerintah.
"Arraseo!" sahutnya memekik.
"Bagaimana bisa ada seorang yeoja seperti itu?" gerutu Rosé, "Otoekkeyo umma?" gumamnya kemudian.
"Yak! Palli!" Lisa kembali berseru.
Cklek.
"IYA BA-" Seluruh anak kos menatap Rosé, "wel." cengiran kuda pun keluar dari bibirnya.
"Kita sudah berunding tadi pagi," ujar Jisoo mengawali pembicaraan.
"Berunding-apa?" Rosé memiringkan kepalanya tampak bingung.
"Berunding tugas bersih-bersih dorm," sahut Lisa datar.
"Lalu?" Rosé menaikkan satu alisnya.
"Hmm....," Jisoo mengaruk tengkuknya, "bagaimana, ya?" ia kebingungan tentang bagaimana cara mengatakan tugas Rosé; pasalnya tugas dia disini yang paling berat.
"Tugasmu membersihkan toilet dan kaca jendela," timpal Lisa tanpa kenal iba.
"MWO?" Mata Rosé membulat penuh, seakan ingin keluar dari tulang matanya. "Kenapa harus aku?" Ia meremas rambutnya frustasi.
***
Rosé menggosok-gosok lantai kamar mandi dengan sikat lantai, sesekali menyibakkan rambutnya yang terus jatuh menutupi wajahnya.
"Konsekuensinya, yang bangun paling akhir akan mendapat tugas yang tidak diambil oleh yang lain," ujar Jisoo memberitahu, "dan diantara kita tidak ada yang mau membersihkan toilet."
"Dasar sial. Kapan juga ada kesepakatan seperti itu?" gerutu Rosé kesal.
Setelah selesai mengosok lantai kemudian dia beralih menggosok wastafel, menyikat jamban, dan menguras bak mandi. Peluhnya menetes deras membasahi wajah cantiknya. Sesekali ia mengelapnya.
Sementara itu, Jisoo dan yang lain juga masih mengerjakan tugasnya. Jisoo mendapat bagian membersihkan dapur dan ruang tamu, Lisa mendapat bagian menyapu dan menyirami halaman depan, Jennie mendapat tugas menyapu dan mengepel seluruh dorm. Seluruh anggota dorm masing-masing memiliki dua buah tugas.
"AAA!" Jisoo menjerit histeris kala melihat satu kecoak terbang ke arahnya.
Karenanya, Jennie langsung mendekati Jisoo, "Ada apa?" tanyanya.
"Ke-Ke-" Bicara Jisoo gagap.
"Ke-Ke apa Jisoo?" Jennie kebingungan menebak bicara Jisoo.
"Kecoa!" serunya langsung.
"Mwo? Uwa!" Jennie ikutan berteriak kala melihay kecoa itu telah berada di bawahnya.
"AAA!!!" teriak keduanya histeris.
"Eotoekke?" Jisoo menggigit kuku jarinya panik.
TIT TILULIT
Lisa masuk ke dalam dorm dan langsung berjalan menuju dapur. Ia memukul kecoa itu dengan sandal dengan santainya. "Sudah beres." Jisoo dan Jennie cengo melihat anak kos termuda ini.
"Uwa! Daebak!" Jisoo mengacungkan dua jempolnya.
Prok. Prok. Prok. Jennie bertepuk tangan pelan, "Daebak," ucapnya takjub. Keduanya langsung menoleh ke arah si rambut belah tengah itu serta menatapnya aneh. "Wae?" tanyanya lemah.
"Aku baru liat ekspresi itu darimu," jawab Jisoo.
"Aku baru tahu kalau kau bisa berekspresi," timpal Lisa.
Jennie menghela napasnya, "Heol, begitukah?" ia kemudian kembali pada tugasnya.
Cklek.
"Huft...," Rosé keluar dari kamar mandi seraya menghela napasnya, "akhirnya selesai juga," celetuknya.
"Sudah selesai?" tanya Jisoo kemudian, sementara itu Lisa kembali keluar dari dorm untuk melanjutkan tugasnya.
"Cepat sekali." Jisoo tampak heran mendengarnya.
"Tinggal bersih-bersih kaca jendela," balasnya semangat.
"Yang luar juga jangan lupa. Kotor sekali asal kau tahu." Jennie menyahut tiba-tiba.
Rosé menengok cepat, "Mwo?" ia bingung, masih belum ngeh sama perkataan Jennie.
"Iya, jendela bagian luar juga tolong bersihkan sekalian, ya. Debunya banyak banget Ros," ujar Jisoo menjelaskan.
"Tapi kan..." Rosé melihat jendela di sini. Sial! Banyak banget! Umpatnya dalam hati, kesal.
"Ah, Jennie-ah," panggil Jisoo.
"Hmm?" Jennie menoleh sekilas.
"Tadi aku lupa mengatakannya padamu, kemaren aku lupa belum membeli pembersih lantai, jadi mungkin kau harus membelinya terlebih dulu."
Mwo? Jennie sedikit tercekat. Aisshh! Mana uangku tinggal sepuluh ribu won, bagaimana bisa hidup kalau begini? Gerutunya dalam hati, frustasi.
"Ne," jawabnya pasrah.
"Ada apa unnie?" tanya Rosé juga.
Jennie menggeleng lemah, "Aniya," jawabnya.
***
Jennie mengelilingi rak-rak di minimarket ini. Matanya menelusuri setiap nama yang tertera pada masing-masing rak.
Ia sedikit membungkuk, "Ini dia," celetuknya ketika berhasil menemukan pembersih lantai yang ia cari.
Gadis itu pun kembali menegakkan tubuhnya lantas melangkahkan kakinya ke depan, dan...
Bugh.
Kepalanya menabrak sesuatu. Jennie mendongak perlahan. Dada seseorang. Matanya membulat. Omo! Ia langsung menutup wajahnya.
Lelaki itu menundukkan kepalanya sedikit dimiringkan juga, "Ada apa?" tanyanya bingung; karena gadis itu tiba-tiba saja menutupi wajahnya.
Jennie menggeleng, mengambil satu langkah ke kiri, kemudian kembali berjalan dengan mengabaikan namja tersebut.
"Chakkaman." Namja itu menahan tangan Jennie.
Jennie melepaskan tangan itu kasar, "Kau mau apa?" tanyanya seraya menoleh kebelakang.
"Benar. Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya." Lelaki itu tersenyum simpul.
"Mwo? Bertemu dimana? Paling hanya seseorang yang mukanya sama denganku," katanya, kemudian kembali melangkahkan kakinya, "lagian apa mukaku pasaran?" gumamnya sembari memegangi wajahnya.
Bugh.
Ia kembali menabrak sesuatu di depannya. Dada lagi? Kali ini siapa? Jennie kembali mendongak. "Kau lagi?"
Namja itu tersenyum, "Sudah kubilang kita pernah bertemu sebelumnya. Rambut belah tengah ombre pirang itu sangat aku hafal," ungkapnya.
"Lalu?" tanya Jennie dingin.
Jennie lagi-lagi kembali berjalan. Namja itu juga, ia berjalan mundur seraya menyelaraskan langkahnya dengan Jennie, "Lalu aku ingin tahu namamu," jawabnya.
Jennie kembali menjawabnya dingin, "Shireo! Khojjo!" usirnya.
"Hei, kenapa harus dingin padaku begitu?" Lelaki itu memiringkan kepalanya.
"Hosh! Cham...," Jennie menghentikan langkahnya, gadis itu mulai menaruh kedua tangannya di panggul, "ku bilang tidak ya tidak! Kau tuli?" hardiknya.
"Wah, aku suka kepribadianmu nona." Jennie geram, ia semakin mempercepat langkah kakinya.
"Yak!" serunya jengkel, "Berhenti mengikutiku brengsek!" umpatnya kemudian.
"Aku suka gadis sepertimu," celetuk namja itu lagi.
Kenapa aku harus bertemu dengannya? Oh malunya, bagaimana bisa aku menubruknya hingga dua kali? Tidak, ini ketiga kalinya. Omelnya dalam hati.
Jennie berhenti tiba-tiba, lantas menoleh kasar seraya mendengus, "Sayangnya aku membenci lelaki sepertimu," ucapnya.
Lelaki itu kebingungan. "Wae?"
"Kau pasti seorang penguntit mesum, iya bukan? Namja brengsek yang suka memperdaya para yeoja, iya bukan? Hosh... aku sungguh sangat membenci namja seperti itu. Jadi, menyingkirlah dari hadapanku." Ini adalah kalimat terpanjangnya selama ini, percaya tidak percaya.
***
Lisa mulai menyirami tanaman di halaman depan seusai kegiatan menyapu halamannya berakhir. Ia mengambil selang biru yang panjang, menelusurinya sampai menemukan pangkal selang. Setelah ketemu, ia memutar keran air tersebut. Tapi, air tidak mau keluar.
Lisa mengintip lubang selangnya, dan...
Byur.
Air seketika menyembur dari selang tersebut.
Lisa membuang selang tersebut, "Aissh! Sial!" umpatnya seraya mengusap mukanya yang basah.
Tapi ternyata tidak hanya wajahnya saja yang basah, sekujur tubuhnya ikut tersemprot air. Basah kuyup semua.
Vroom...
Vroom...
Vroom...
Tin! Tin! Tin!
Lisa memutar kepal melihat ke arah datangnya bunyi tersebut.
Seseorang melambaikan tangannya pada Lisa, "Hai!" serunya menyapa.
"Hanbin?" Lisa berucap lirih seraya mengucek matanya. Mungkin saja ada kesalahan akibat tersemprot air tadi, bisa jadi matanya memburam yang akhirnya mengira orang lain adalah Hanbin.
Ia mengernyit, mempertajam fokusnya, "HANBIN?" pekiknya juga.
Hanbin berjalan mendekat, "Hei, kenapa kau basah kuyub begitu?" tanyanya kemudian.
"Gwaenchana, hanya tersemprot air dari selang sialan ini." Ia mengangkat selang biru di tangannya.
"Hahaha. Kok bisa? Lagipula kenapa juga kau bisa tersemprot air dari selang? Hahaha."
"Yak! Pergilah kalau kau hanya ingin mengejekku!" Lisa memukul-mukul lengan Hanbin.
Hanbin memegang pergelangan tangan Lisa, "Jja! Ikut aku." ajaknya.
"Kemana?"
"Sudah ikut saja."
"Hei, tapi aku basah kuyup Bin..."
Hanbin menghentikan langkahnya, "Ah, matta. Chakkaman." Hanbin berlari menghampiri sepeda motornya.
Beberapa detik kemudian, ia kembali menghampiri Lisa, "Ini, aku membawa beberapa baju tadi sebelum kemari." ia menyodorkan sebuah kaos biru langit pada Lisa.
Lisa menghela napas. "Yak, aku ganti dimana?"
Hanbin menunjuk Dorm BlackPink, "Disana," ucapnya.
Plak. Lisa menepak kepala Hanbin. "Kau mau aku diusir karena melalaikan tugas?"
"Melalaikan tugas? Tugas apa?" tanya Hanbin bingung.
"Tugas bersih-bersih," jawabnya, "mian, aku tidak bisa ikut denganmu." Lisa mengembalikan baju biru di tangannya pada Hanbin, kemudian kembali meraih selang biru yang tergeletak di tanah.
"Baiklah. Aku akan menunggumu di luar." Hanbin berjalan meninggalkan Lisa.
Gadis itu kembali menghela napas. Ia menolehkan kepalanya menatap Hanbin, "Tidak usah menunggu! Aku masih lama!" serunya.
Hanbin melambaikan tangannya dan tetap duduk menunggu Lisa di atas motor kesayangannya.
"Cham. Dasar keras kepala." Lisa menggumam lirih.
***
Jennie telah kembali dari minimarket. Ia segera mempercepat untuk menyelesaikan tugasnya. Mengepel seluruh ruangan dorm. Dengan sigap ia membersihkan setiap sudut dorm.
Rosé masih berusaha membersihkan kaca jendela lantai dua yang cukup menyulitkan, untuk ada sedikit pijakab mirip balkon di luarnya. Jika tidak, ia mungkin bisa meluncur bebas dari lantai dua. Jujur, dia mendapat tugas paling sulit. Tapi dia tetap berusaha mengerjakannya dengan senang hati.
Jisoo membongkar seisi kulkas, membersihkan dinding-dinding kulkas, lalu menata ulang seluruh bahan makanan itu kedalam kulkas. Ia juga mengeluarkan setiap kotoran dari celah-celah meja di dapur; meskipun ia sangat merasa jijik akan hal itu.
Lisa masih menyirami tanaman di halaman depan serta memotong dahan-dahan yang tidak beraturan. Sesekali ia juga mencabuti rerumputan liar pengganggu tanaman bunga yang cantik itu.
***
Meski uangku tinggal selembar, tapi aku tetap tidak boleh melalaikan tanggungjawabku. - Jennie.
Meski cukup berbahaya, tapi aku telah mengambil tugas ini, maka aku harus bertanggungjawab penuh dan tidak boleh mengeluh. Hwaiting! - Rosé
Meski celah meja ini sangat menjijikkan aku tetap harus membersihkannya, karena aku bertanggungjawab membersihkan dapur. - Jisoo
Meski sempat dibuat kesal karena basah kuyup oleh keran air yang macet, juga sampai menolak ajakan keluar dari Hanbin, tapi aku tetap harus menyelesaikan tugasku. Aku keras kepala, bukan tak bertanggungjawab. - Lisa
Bertanggung jawablah atas apa yang telah dibebankan padamu. Orang yang tak bertanggungjawab jauh lebih buruk daripada seorang penipu.
-TBC-
***
Hai Maddi comeback for you guys!!
Maap atas kehiatusan Maddi dan menukar jadwal update Dorm BlackPink dengan My Star .. 😦
Guys, bertanggungjawab itu perlu.
Kenapa?
Baiklah Madii akan kasih tahu ..
Pertama, jika kalian bertanggunggjawab atas apapun maka kalian akan lebih mudah dihargai dan dihormati.
Kedua, bertanggungjawab membuat kalian lebih mudah untuk dipercaya sama orang lain, ini sangat menguntungkan ketika kalian sufah menginjak dunia kerja nantinya.
Ketiga, sifat tanggungjawab bisa membuatmu menjadi pribadi yang disiplin akan setiap hal, apapun itu. Seseorang yang disiplin lebih banyak dicari dibanding mereka yang berotak cerdas.
Yah, itulah sedikit hal yang bisa Maddi kasih untuk para pembaca Dorm BLACKPINK..
See you ... 😍😍
Jangan lupa tinggalkan jejak...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top