Reason 🔥 26

Day 19 (Night)

"Sekarang semuanya sudah berkumpul. Bisa kau jelaskan alasanmu bertindak seperti itu pada Seulgi?" Jennie mengawali pembicaraan mereka di ruang tamu.

"Seulgi?" Rosé tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya.

"Ini bukan karena ucapan Rosé." Lisa angkat bicara. "Tapi karena aku mendengar ucapan Seulgi sendiri."

"Seulgi? Tunggu. Ada apa ini? Apa Seulgi yang kalian maksud itu si peringkat ketiga-"

"Iya," jawab kompak Jennie, Lisa, dan Rosé.

"Ah, begitu rupanya." Jisoo mengangguk mengerti.

"Sewaktu pemotretan bersama kemaren, aku tidak sengaja bertemu dengannya di toilet. Saat itu dia tidak menyadari kehadiranku," jelas Lisa.

Lookback Day 18 ...

"Pose! Satu, dua, tiga."

Ckrek.

"Baiklah, istirahat!"

"Ah, keringatku banyak sekali," gumam Lisa. "Unnie, aku akan pergi mencari angin sebentar." Ia menunjuk bagian dahinya yang berkeringat dan Jenniepun mengangguk.

Sebelum keluar dari ruangan pemotretan, Lisa teringat bahwa ia tidak membawa tisu. Dia berbalik hendak meminta tisu pada Jennie atau Seulgi. Tapi, dia justru secara tidak sengaja melihat tatap sengit Seulgi terhadap Jennie.

Lisa tahu jika Seulgi berkelopak mata tunggal, artinya, tatapannya akan terlihat tajam dan dingin. Tapi, jika ditambah penekanan pada dahi dan perubahan ekspresi wajah, Lisa bukan gadis bodoh yang akan percaya bahwa Seulgi hanya sekedar memandang. Gadis blonde itu tahu jika Seulgi tengah menatap tidak suka ke arah Jennie yang mendapatkan pujian dari para photografer disana.

Lisapun mengurungkan niatnya mendatangi Seulgi, karena Jennie yang tiba-tiba memanggilnya. "Yak! Lisa! Kau tidak jadi cari angin?" Saat itu Seulgi juga ikut memandangnya.

"Iya, aku akan pergi sekarang." Lisa hanya bisa tersenyum kaku.

Gadis itu sebenarnya hendak berjalan keluar gedung, tapi ditengah perjalan, tiba-tiba ia merasa jika kandung kemihnya akan segera bocor. Ia harus pergi ke kamar mandi, supaya tidak terjadi insiden yang memalukan disini.

Tidak disangka, ketika ia berada di salah satu bilik kamar mandi seseorang juga masuk setelahnya dan ia mendengar sebuah pernyataan yang mengusik gendang telinganya.

"Memangnya, apa bagusnya Jennie? Dia bahkan tidak secantik aku." Dahi Lisa langsung mengerut diawal ucapan gadis itu.

"Lisa juga, apa bagusnya dia? Daripada mereka, aku tetap lebih cantik." Lisa menghela gusar napasnya. Ingin sekali menyumpal mulut gadis itu. Memangnya siapa dia berani menilai seorang Lalisa?

"Kenapa aku hanya berakhir di peringkat tiga? Seharusnya aku ada di posisi pertama."

Mata Lisa membulat, Seulgi? Apa dia ... Seulgi? Lisa mulai membuka bilik itu sedikit secara perlahan.

Ternyata benar. Seulgi. - Lisa

"Mereka juga temannya Rosé. Lihat saja Roséanne Park, aku akan membalas apa yang telah kau lakukan padaku dan Junhoe. Tidak akan kubiarkan kau hidup dengan tenang. Bahkan untuk teman-temanmu sekalipun. Kupastikan kalian akan hancur di tanganku." Gadis itu tersenyum di depan kaca. Lisa dapat melihatnya. Ia sangat geram, ia ingin sekali keluar dan membungkam mulut gadis itu tapi Seulgi keburu keluar toilet karena ada telepon masuk.

Rosé tidak bohong jika gadis itu gila. - Lisa.

"Seperti itulah."

Semua tercengang dengan penjelasan Lisa.

"Wah, muka dan hati sama-sama menyeramkan. Mukanya lumayan ada cantiknya, tapi hatinya, menakutkan." Jisoo menanggapi untuk yang pertama.

"Dia benar-benar ingin memulai perang dengan Rosé? Bahkan juga denganku?" Jennie mengusap rambutnya perlahan. "Wah, dia sepertinya belum melihat aku yang sebenarnya."

Semua langsung menoleh. "Memangnya bagaimana dirimu yang sebenarnya, unnie?" tanya Lisa.

"Tidak akan kutunjukkan pada kalian. Yang jelas, aku bisa menjadi monster."

"Tapi ..." Rosé berucap lirih sambil menunduk, "kenapa dia sebenci itu padaku? Bahkan aku tidak pernah ingin memulai perang dengannya. Dan aku dengan Junhoe-" ia kemudian teringat dengan pertemuannya dengan Junhoe siang tadi.

Siang hari di Gedung YGKplus ...

"Aku Go Junhoe! Aku pernah jadi photografer disini! Biarkan aku masuk!"

"Tidak bisa. Anda bukan lagi staff disini, Pak. Silahkan pergi. Jangan mengacau disini."

Saat itulah, Rosé datang ke gedung YGKplus.

"Ada apa ini?"

"Anyeonghaseo, agasshi." Satpam itu menunduk. Junhoe membalikkan badannya.

Rosé tersentak kaget. "Kau?"

"Rosé!" Junhoe mendorong satpam tersebut dan berlari menghampiri gadis itu. "Apa kau baik-baik saja?" Dia memandangi gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Hal itu jelas membuat Rosé bingung. Ia merasa aneh dengan pertanyaan Junhoe, terlebih pada tindakannya sekarang.

"Yak! Jawablah aku!" Lelaki itu bahkan membentaknya setelahnya.

Rosé masih bungkam. Antara bingung dan tidak mengerti harus menjawab apa.

"ROSÉANNE! JAWAB AKU!"

"Kenapa kau harus bertanya?" ucap Rosé pelan.

"Karena-" Junhoe mendadak berhenti bicara, "sepertinya kau baik-baik saja," kemudian berlalu dari hadapan Rosé.

Rosé benar-benar tidak mengerti dengan Junhoe. Pertama, dia menghinanya. Kedua, dia minta maaf lalu menghinanya. Ketiga, dia datang ke gedung YGKplus dan membuat keributan dengan satpam. Keempat, dia menanyakan 'apa kau baik-baik saja' tanpa sebab lalu pergi begitu saja.

"YAK! GO JUNHOE!" pekikan itu menghentikan langkah Junhoe. "DASAR BRENGSEK! KENAPA KAU HARUS BERSIKAP SEPERTI INI PADAKU?"

Kenapa kau harus menghinaku lalu tiba-tiba menjadi khawatir padaku? - Rosé.

"Dia tidak bisa dipahami dengan akal sehat," celetuk Rosé.

"Go Junhoe sialan," umpat Jisoo. Semua terkejut.

"Unnie, apa kau baru saja mengumpat?" Lisa yang paling terkejut.

"Tunggu sampai aku bertemu denganmu." Mata Jisoo memicing.

Semua saling bertatapan akibat ucapan Jisoo.

"Bisa kau ceritakan dengan singkat dan jelas tentang asal muasal kejadian ini?" tanya Jennie penasaran.

Rosépun menceritakan segalanya mulai dari awal sampai yang baru saja terjadi.

***

Hanbin mondar-mandir di dalam kamar kosnya. Ia terus saja mengintip ponselnya, berharap ada satu pesan masuk dari seseorang. Tapi tidak ada. Ponselnya senyap.

Sedangkan Jinyoung tengah menutup kedainya. Ia memikirkan ucapan Jisoo kemaren. Gadis itu membuatnya senang sekaligus sedih. Senang karena Jisoo bilang, itu adalah hal lain yang ingin ia coba. Sedih karena tidak akan melihat Jisoo lagi.

Untuk Taeyong dan Jaewon, seharian mereka tidak bisa fokus terhadap pekerjaannya. "Dia ijin cuti. Aku yakin sebentar lagi dia akan mengundurkan diri." Kepanikan Jaewon dan Taeyong sama, berpisah dari Jennie.

Junhoe tidak berada di apartemennya, ia justru berada di apartemen Seulgi saat ini.

"June-ah," panggil Seulgi pelan.

"Diam," sahut Junhoe dingin. "Jangan berani menyebut namaku dengan mulutmu itu."

"Yaak ... June-ah, tidak bisakah kita kembali?" Air mata berada di sudut mata gadis itu.

"Padamu? Tidak. Aku sudah muak dengan kelakuanmu." Junhoe menatap dingin gadis itu. "Untuk apa kau pergi ke YGKPlus, eoh? Apa kau ingin melakukan sesuatu?"

"Kau bahkan langsung berpikir seperti itu padaku!" Seulgi berdiri dari kursinya.

"Apa tidak benar?" Junhoe lantas ikut berdiri. "Dengarkan ucapanku. Aku tidak peduli dengan apapun alasannya. Tapi kuharap kau tidak melukai dia. Aku pergi."

"Kenapa?" Rasanya seperti ditancapi jutaan duri di hati Seulgi. "KENAPA?" Junhoe tak menjawab dan hanya melangkah semakin gusar, keluar dari apartemen Seulgi.

Tapi Seulgi menahan tangannya. "Kenapa kau membencinya lalu mengkhawatirkannya? Jangan seperti ini, jebal. Aku masih mencintaimu June-ah."

"Aku adalah pria yang buruk dalam soal cinta." Ia melepas tangan itu gusar.

Aku harus membencinya agar aku tidak terluka. Tapi bodohnya, aku berakhir mengkhawatirkannya. - Junhoe.

***

"Aku tidak bisa mengerti dia. Sungguh." Rosé meneguk bir-nya.

"Sepertinya kisah cintamu begitu rumit," seloroh Lisa.

Balkon luar saat ini begitu dingin. Tapi dua gadis cantik itu justru menikmatinya.

"Dia tidak termasuk orang yang berada dalam kisah cintaku. Tidak akan pernah bisa." Sekali lagi ditenggaknya soju itu.

"Aku minta itu."

"Andwae. Besok kau sudah harus masuk sekolah lagi, bukan?" Rosé menggeleng.

"Sedikit ... saja." Tidak biasanya, itulah pikir Rosé. Jika Lisa mau, maka gadis itu akan menyambar soju itu langsung, lantas untuk apa gadis itu meminta? Sungguh tidak seperti biasanya.

Rosé kekeuh, ia menggeleng sekali lagi. "Andwae."

"Ada seseorang yang dengan mudahnya mengucapkan cinta pada setiap lawan jenisnya. Adapula yang masih bodoh dan tidak tahu cara mengungkapkannya. Bahkan ada juga yang takut terluka dan menyimpam segala perasaannya sendiri. Jenis orang seperti itu, ada."

"Kenapa kau membahas cinta, eoh? Memangnya aku sedang jatuh cinta?" Suara Rosé mulai terdengar menggelayut.

"Bukan kau. Tapi dia."

Rosé tersenyum. "Begitukah? Ah, lucunya."

"Kau juga lucu," sahut Lisa.

Lisa tahu karena ini mirip seperti kedua orangtuanya, tanpa sengaja.

-TBC-

***

Hello ...

Update lagi nih Maddi.

Cuma mau kasih tahu, semua cerita yang ada di beranda Maddi, belum bisa Maddi lanjutin karena mau fokus ke cerita ini dulu. Dan juga mau kasih tahu kalau Maddi mungkin bakalan gak update beberapa hari ke depan karena paketan habis gaes 😢😢😢 Mana kebutuhan pribadi nambah terus 😢😢😢

Yaudah, itu aja. See you :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top