Lalisa(him) 🔥 20
Day 14
Lisa bertopang dagu seraya memandang kosong ke arah papan tulis di depan. Pikirannya penuh. Bangku di sampingnya, bangku Hanbin masih kosong. Meskipun dokter mengatakan jika keadaannya semakin baik, tetapi jahitan lukanya masih belum mengering, sehingga ia perlu memulihkan diri disana.
Masalahnya.
Uang darimana untuk membayar rumah sakit.
Lisa?
Uangnya di tabungan hanya cukup untuk hidupnya. Walaupun untuk makan telah dibantu Jisoo. Tapi ia juga harus bayar ini itu keperluan sekolah.
Bobby?
Dia punya tapi Lisa tidak yakin apakah cukup untuk bayar rumah sakit.
Hanbin?
Uang bulanannya telah habis untuk menebus obat dan baru akan dikirim lagi bulan depan.
Minta lagi?
Cari alasan yang logis, sungguh menyusahkan. Karena uang bulanan Hanbin itu lebih dari cukup untuk hidup, kos, dan keperluan lain bahkan selama dua bulan. Dia anak orang kaya.
Lisa menghela napasnya dan menidurkan kepalanya di meja.
Apa yang harus kulakukan?
Hari ini juga, Bobby ijin keluar jam pelajaran untuk mengantar sesuatu pada ibunya di Universitas Yang Gun.
Hampa.
Sepi.
Dua orang sahabatnya tidak ada di sampingnya.
"Kring .... "
Bel istirahatpun berbunyi. Rasanya enggan meninggalkan kelas. Untuk apa juga meninggalkan kelas, sendirian?
Tok. Tok.
Seseorang mengetuk meja gadis itu.
Lalisa mendongak.
***
"Aku minta maaf atas apa yang pernah aku lakukan."
Lisa hanya diam. Dia hanya duduk di halaman tengah sekolah sambil memandang lurus ke depan.
Bambam memutar posisinya menghadap Lisa. "Lisa, sudah dua tahun kau seperti ini padaku. Apa kau tidak ingin kita seperti dulu? Aku rindu segalanya." Lisa masih terdiam.
"Kenapa dulu kau melakukannya?"
Dua tahun yang lalu ...
Thailand, 2015
Tiga anak SMA kelas satu pulang sekolah pergi ke mall. Lisa, Sorn, dan Bambam.
Ketiganya adalah sahabat semenjak SD. Apalagi Lisa dan Bambam juga memiliki hoby yang sama, yakni menari, mereka jadi sering bertemu di sanggar.
Waktu itu, Lisa ijin ke kamar mandi, meninggalkan Sorn dan Bambam. Tidak butuh ditemani karena memang sudah dewasa.
Dor!
Terdengar bunyi suara tembakan.
Saat itu posisi Lisa masih berada di kamar mandi. Lampu kamar mandi tiba-tiba mati.
Dor!
Bunyi tembakan kedua kembali terdengar.
"AA!" Jeritan itu hadir spontan dari mulut Lisa.
Ia langsung membuka kenok pintu kamar mandi.
"Jangan bergerak!" Seseorang menodongkan pistol ke samping kepala Lisa.
"Lis-Lis-" Bambam langsung tersungkur ke lantai karena terkejut melihat Lisa yang ditodong pistol oleh seseorang berbaju serba hitam dengan wajah tertutup masker tersebut.
"Bambam! Tolong aku! Hiks ... Hiks ..." pekik Lisa sambil terisak.
Lisa langsung memejamkan matanya. Kejadian dua tahun lalu itu membuatnya trauma untuk datang kr pusat perbelanjaam seperti mall. "Ke-napa kau-meninggalkanku?"
"Aku-"
"Kauu jaahhaat, Bam." Masih dengan mata terpejam, gadis itu mulai mengeluarkan cairan bening dari sudut mata indahnya.
"Lisa, biarkan aku jelaskan dulu-"
"Jelaskan?" Lisa langsung menatap manik hitam Bambam dengan mata basahnya. "Apa yang ingin kau jelaskan?
Kembali pada dua tahun yang lalu ...
Bambam masih terdiam diposisinya, hingga beberapa detik setelahnya ia bangkit. Tetapi ia membuat Lisa kecewa padanya.
Bambam kabur. Meninggalkan gadis itu.
***
Saat Bobby kembali, ternyata sekolah sudah dalam posisi istirahat. Ia bergegas ke kelas, ia tahu pasti gadis itu kelaparan saat ini.
Tapi ...
Kelas kosong.
Tidak terlihat seorangpun di dalamnya.
"Kemana dia?"
"Jika tidak kami biasanya dia lebih memilih main game di kelas?"
"Apa dia punya teman baru?"
***
"Aku belum bisa menerima semua itu." Bibir Lisa bergetar ketika mengucapkannya.
"Lisa, tolong dengarkan aku-"
"Tidak bisa," sela Lisa cepat.
Bambam menghela napasnya. "Aku tidak mau mendengar. Apapun itu. Kau tetap jahat. Kau meninggalkanku. Kau membiarkan Sorn menjadi lumpuh. Kau jahat."
Lisa pergi dari halaman itu.
"Lisa!"
***
Bobby berjalan menelusuri koridor sekolah.
Kepalanya celingukan ke kanan-kiri. Mencari keberadaan si rambut jagung sahabatnya.
Brak!
Seseorang menabraknya dan terpental ke lantai.
"Lisa!" Bobby berjongkok di hadapan gadis itu, ia membantunya bangkit. "Ada apa? Kenapa kau berlari?"
"Lisa!"
"Ayo pergi Bobby." Lisa menarik tangan lelaki itu ketika mendengar suara panggilan dari seseorang dengan suara khas yang ia kenal.
"W-Wae?" Bobby menoleh ke belakang. "Ah, aku mengerti." Kini ia yang berada di depan Lisa dan menarik tangan gadis itu dengan cepat.
***
Lisa masih berusaha mengatur napasnya agar lebih stabil. Keringat kentara memenuhi wajah bulatnya. Sedangkam Bobby terus menghela napasnya. "Belikan minum, Bob. Aku haus," pinta Lisa dengan napas sedikit terengah-engah.
"Aih, kenapa harus menyuruhku?"
Lisa bangkit dari kursi marmer depan kelas. "Kalau begitu biar aku beli sen-"
"Tidak perlu. Kau masuk saja ke kelas. Aku akan membelikanmu minuman."
Lisa tersenyum lebar. "Gomawoyo, Kimbab."
"Tidak perlu sok imut seperti itu." Respon Bobby ketika Lisa mulai tersenyum seperti itu. "Jangan melakukan aegyo yang berakhir gagal." Laki-laki itu mendengus kemudian. Lisa mencebikkan mulutnya ke bawah.
Untung kau datang tepat waktu, Bob. - Lisa
"Arraseo, aku akan masuk kelas sekarang."
Kelas sudah mulai diisi beberapa anak yang selesai makan siang dari kantin. Perutnya tiba-tiba mendengkur keras. "Aish, aku lupa titip makanan juga ke Bobby." Lisa berjalan gontai ke bangkunya.
Ia menelangkupkan wajahnya ke meja.
Dreettt ...
Teleponnya tiba-tiba berdering.
Ia terburu-buru mengobrak-abrik tasnya untuk mencari keberadaan ponsel itu. "Aish, dimana, sih?" gerutunya. "Ah, ini dia."
"Ne? Anyeonghaseo."
"Apa kau baik-baik saja?" Kening Lisa mengerut. Ia menjauhkan teleponnya dari telinga dan melihat nam si penelpon.
"Hanbin-ah. Waegeureu?"
"Dari tadi hatiku tidak enak. Apa kau baik-baik saja?"
"Hahaha. Hei, kau khawatir padaku, hm?"
"Tidak. Hanya saja, ini sangat menggangguku."
"Hmm ..." jawab Lisa seadanya.
"Yak! Jawablah pertanyaanku!"
"Aish! Kenapa kau berteriak padaku? Katanya tidak khawatir. Jadi untuk apa bertanya?" Lisa terkikik kemudian.
"Yak, siapa yang mengajarimu menjadi menyebalkan?"
"Kau."
"Aish! Cham. Mana Bobby? Aku ingin bicara dengannya."
"Dia sedang ke kantin."
"Lalu kau? Dia tidak mengajakmu?"
"Tidak."
"Pengen mati Kimbab."
"Hahaha. Dia tidak mengajakku. Tapi membelikanku minuman."
"SIAPA ITU?" pekik Bobby dari kejauhan.
"Nah, orangnya datang."
"Nugu? Kimbab?"
"Iya, Bobby."
Bobby meletakkan minuman beserta sebungkus roti di meja Lisa dan langsung menyambar ponsel gadid itu.
"Yak!" pekik Lisa yang dihiraukan Bobby.
"Whats up brother! Kenapa kau menelpon Lisa? Kau rindu padanya."
"..." Bobby membawa telepon Lisa pergi keluar. Gadis itu hanya bisa mendengus sebal.
Lisa membuka penutup botol itu dan mulai meminumnya. "Ah, segarnya." Ia meletakkan minuman botol tersebut. "Oh? Apa ini?" Dilihatnya sebungkus roti dari tas kresek hitam. "Roti. Aigoo, Kimbab tahu saja kalau aku lapar."
***
Bobby telah menutup sambungan teleponnya.
Dreettt ...
"Eoh? Nuguji?"
Sebuah telepon masuk kembali hadir di ponsel Lisa.
-TBC-
***
Hai ...
Update chapternya Lalisa nih ...
Btw udah ada yang pada liat MV Japannya BLACKPINK belum?
Kalau belum, cuss lihat guys ...
Debutnya BLACKPINK di japan belum mulai aja yang pesan tiket udah sepuluh kali lipat kapasitas yang ada. Hebat ya!
Uuuhhh! Pengen lihat showcasenya 😂😂
So, semoga debut mereka sesukses Twice ya guys ...
See you 😙😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top