Jennie(us) 🔥17

Day 14

"Pesanannya apa?" tanya Jennie pada seorang pelanggan.

"Vanilla late satu, ramyun udang satu, kentang goreng satu. Antar ke meja tujuh."

"Iya. Ada lagi?" Lelaki itu menggeleng. "Baiklah, totalnya ₩ 6300. Silahkan tunggu di meja." Jennie sedikit membungkuk.

*₩ 6300 = kurang/lebih Rp. 60.000,-

Jennie lantas pergi ke bagian dapur dan menyerahkan pesanan lelaki tersebut. Berganti Jaewon yang berada di meja kasir untuk melayani pesanan. Jennie sendiri akan mengantarkan pesanan yang telah siap antar dari pembeli sebelumnya.

Akhir-akhir ini pembeli di kedai ramyun 'Happy' meningkat drastis. Empat pelayan sampai kewalahan meladeni pesanan pembeli.

Jaewon meringis akibat sudut bibirnya yang masih membiru. Gadis blonde coklat itu sempat melirik ke arah lelaki itu sebelum benar-benar mengantarkan pesanan makanan pada pembeli. Apa yang harus kulakukan? Jennie menggigit bibir bawahnya.

Ketika jam istirahat berlangsung, Jennie mendekat ke arah Jaewon yang tengah mengompreskan es batu ke sudut bibirnya. Gadis itu duduk pada bangku di depan Jaewon sambil mengeser plastik obat oles ke arah laki-laki tersebut. Jaewon menatap bungkusan plastik itu lalu menatap Jennie. "Apa itu?"

"Obat oles. Di es batu saja tidak akan sembuh."

"Haha." Tawa Jaewon mencuat. Bagaimana gadis ini bisa sangat lucu? Ini hanya luka ringan dan dia khawatir padanya sampai segitunya? Jaewon menangkap hal tidak biasa dalam diri Jennie. "Aku tidak apa-apa."

Lelaki itu menaikkan alisnya. "Kau khawatir padaku?"

Jennie bangkit dari duduknya, "Aku hanya merasa bersalah," kemudian melengos pergi.

"Yah, mulai jutek lagi. Padahal baru saja senang lihat dia jadi manis dan lucu." Jaewon menghela napasnya.

Taeyong tiba-tiba datang dan merangkul bahu Jaewon. "Adakah yang ingin kau jelaskan padaku, bray?"

"Jelaskan apa? Memangnya kau ingin tahu tentang apa?"

Dagu Taeyong menunjuk ke arah Jennie. Pandangan Jaewon mengikuti arah dagu itu. "Ah, apa yang ingin kau tahu? Tentang Jennie?"

"Tentang kalian," sahut Taeyong.

"Kita? Tadi malam aku berusaha menyelamatkannya dari para preman pengganggu dan pada akhirnya sudut bibirku terluka." Ia menunjuk sudut bibirnya yang biru. "Dia sepertinya menyesal telah membuatku seperti ini, makanya memberiku obat ini," ujarnya seraya mengangkat bungkus plastik berisi kotak obat oles tersebut.

"Ah, begitu rupanya. Kupikir-"

"Mwo? Apa yang kau pikirkan?"

"Kupikir aku telah jatuh cinta pada yeoja yang sama denganmu." Taeyong menepuk bahu Jaewon lalu berlalu meninggalkan lelaki--yang mematung--itu.

Apa?

Jaewon menoleh ke arah Taeyong--yang berjalan menghampiri Jennie.

***

Tempat pemberhentian bus sudah sangat sepi. Jennie menunggu sendirian di halte bus. Ia terus melirik jam tangannya. Kenapa belum datang juga? Kepalanya melongok ke kanan-kiri. Jadi, Jennie membiasakan dirinya untuk tidak menggunakan fasilitas mobil dari mamanya semenjak kerja. Untuk menghemat pengeluaran.

Di tempat lain, Jaewon yang telah memakai helm dan hendak naik ke jok motor belakang Taeyong, tiba-tiba diminta turun kembali. "Turun, Won," ucap Taeyong singkat.

"W-Wae? Kenapa menyuruhku turun? Aku tidak bawa motorku, Tae." Wajah Jaewon bingung.

"Temanku, tolonglah temanmu ini sekali saja." Taeyong mengeluarkan senyum manisnya. "Tolong naik taxi untuk hari ini." Jaewon langsung cengo.

A-Apa dia baru saja memintaku naik taxi?

"Wae?" Jaewon masih bingung.

Taeyong menunjuk ke arah halte. "Aku ingin mengantar calon pacar pulang."

Calon pacar? Manik mata Jaewon mengikuti arah telunjuk lelaki itu. Jennie? Lalu kembali menatap Taeyong--yang tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.

"Ah iya, helmnya juga, Won." Jaewon nyengir sambil melepas helmnya.

Kenapa jadi begini?

Bus yang ditunggu Jennie belum datang dan justru datang yang lain. Taeyong. Lelaki itu berhenti tepat di depan halte bus. "Jennie-ah kuantar pulang bagaimana?"

"Ah tidak usah, Pak." Jennie menolak dengan halus. Maklum, Taeyong masihlah bosnya.

"Busnya tidak akan datang," ucap Taeyong percaya diri.

"Darimana Anda tahu?"

"Jangan memakai bahasa formal padaku. Sungguh, aku ini masih muda. Sangat aneh dipanggil Pak atau Anda. Dan bukankah kemaren lusa aku telah melarangmu memanggil Pak?" Jennie hanya mengerjapkan matanya. "Naiklah. Aku akan mengantarmu pulang.

Ada apa dengannya? - Jennie.

"Jennie-ah," panggil lelaki itu ketika Jennie terlihat melamun.

Gadis itu gelapan. "Ah, iya, Pak?"

"Tuh, kan. Pak lagi. Panggil Taeyong saja atau Tae, seperti Jaewon memanggilku. Atau mungkin, kau punya panggilan lain untukku?" Alis Taeyong terangkat dua-duanya.

"Taeyong saja. Aku tidak bisa memikirkan nama panggilan lain untuk Anda."

"Yah, Anda lagi." Taeyong menghela napas. "Ayo, naik. Nanti terburu malam."

"Tapi-"

Taeyong turun dari motor dan langsung menggenggam tangan Jennie, mengarahkan gadis itu menuju motornya. Jennie memandangi tangan itu. Anehnya, dia tidak menolaknya.

Wajahnya bersemu merah. Dan hal itu disadari oleh Jaewon. Kalian dengar bunyi patah? Mungkin itu bunyi hati Jaewon. Lelaki itu berjalan gontai ke arah yang berlawanan.

Sementara itu, Jenniepun naik ke atas motor Taeyong. "Pegangan," ujar lelaki itu. "Nanti kau bisa jatuh. Motor ini tinggi soalnya."

Dengan malu-malu, Jennie menyentuh sedikit dari jaket Taeyong. Tetapi lelaki itu menarik tangan Jennie lebih dalam untuk memeluknya. "Ini baru pegangan. Kau tadi hanya menyentuh jaketku saja." Diam-diam Taeyong tersenyum tipis.

***

Rosé dan Jisoo mengintip dari jendela balkon dorm. Mengintip seseorang yang terlihat tengah mengantar pulang Jennie. "Siapa itu?" gumam Rosé. "Tampan sekali," pujinya. Jisoo hanya terdiam sambil mengamati.

Jennie turun dari motor itu dan menunduk pada Taeyong. "Ghamsahamnida, Taeyong-sshi."

"Iya, aku pulang." Lelaki itupun memakai helm teropongnya. Jennie sedikit menyunggingkan senyumnya.

Gadis itupun melangkah masuk ke dalam dorm. Aneh. Kenapa suhu tubuhnya meningkat? Jennie mengipas-kipaskan tangannya pada wajahnya.

TIT TILULIT.

"Hakh. Omo! Kaget aku." Jennie tersentak ke belakang sambil memegangi dadanya. Dua yeoja berdiri di hadapannya."Apa yang kalian lakukan?"

"Kami?" Rosé dan Jisoo saling pandang. "Mengamatimu."

Jennie menunjuk dirinya. "Nega?" Kedua gadis itu mengangguk. "Wae?"

"Siapa lelaki itu?" tanya Rosé tanpa basa-basi.

"Lelaki yang mana?"

"Halah, jangan pura-pura tidak paham," sahut Rosé lagi. Jisoo mengangguk.

"Maksud kalian yang mengantarku tadi?" Keduanya mengangguk sebagai jawaban. "Wae? Kenapa kalian menanyakannya?"

Rosé memicingkan matanya. "Kenapa jawabanmu seolah tak suka?"

Jennie menelan salivanya. "Itu hanya firasatmu." Ia berjalan melewati dua gadis itu.

"Apa dia namchin-mu, unnie?" Jennie menghentikan langkahnya. Namchin? Bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu?

Gadis itu berbalik. "Dia pemilik kedai tempatku bekerja." Kedua langsung ber-ah-ria.

Ternyata - Rosé.

Kupikir - Jisoo.

"Lisa dimana?"

Jennie menjentikkan jemarinya di hadapan dua gadis itu. "Ha? Iya? Apa?" sahut keduanya bersamaan.

"Lisa dimana?"

"Tadi sehabis Jennie unnie mengambil seragam Lisa dari Laundry, dia datang ke dorm untuk mandi dan berganti baju itu."

"Aku tahu itu," sela Jennie langsung.

"Terus dia belum kembali lagi sampai saat ini," sambung Jisoo.

"Mwo? Apa yang dia lakukan sampai setiap malam tidak tidur di dorm? Dia masih dibawah umur." Jennie mulai berpikiran yang tidak-tidak.

"Aku tidak menanyakannya karena dia tidak bisa diajak ngobrol, unn." Rosé menatap dua unnie-nya itu. "Dia sibuk dengan dirinya sendiri."

"Apa kau punya nomor ponselnya, Rosé?" tanya Jisoo.

Gadis itu menggeleng. "Mana mungkin. Kita belum pernah saling tukar nomor ponsel, kan?"

"Benar juga." Jisoo mengangguk-anggukan kepala.

"Apa dia mengatakan sesuatu?" tanya Jennie kemudian.

Rosé menjawab, "Dia bertanya kenapa baju seragamnya menjadi wangi? Padahal masih tergantung di jemuran."

"Lalu? Kau beritahu?" Rosé mengangguk. Jennie menghela napasnya. "Seharusnya jangan kau beritahu dia." Gadis itu berjalan menuju kamarnya.

"Wae? Kenapa aku tidak boleh memberitahu dia?" Rosé mengekori Jennie.

"Aku tidak ingin terlihat membantunya. Dia akan merasa aneh."

"Kitapun merasa aneh kau mau membantu," gumam Rosé.

Cklek.

Jennie masuk ke dalam kamarnya.

-TBC-

***

Hai ...

Adakah yang nunggu update cerita ini?

Lagi fokus ke sebelah, akun sebelah maksudnya, jadi disini terlantar 😂😂 Maafin yaa ...

Maddi berusaha berbuat adil dan bijaksana 😅😅 Biar jadi idamannya abang Suga alias Agust alias Min Yoongi. 😂😂

Entah, akhir-akhir ini Maddi tetiba suka sama BTS 😍😍 Terutama abang Suga. Ih, bisa manis gitu ketumpahan gula, ya? Aihh 😅😅

Btw udah liat covernya BTS - Come Back Home? Berharap BLACKPINK juga nge-cover lagunya Seo Taiji itu 😆😆 Kan keren ntar 👍👍

Oh iya, sebentar lagi akan ada artis baru YG Entertainment. Sebenarnya sebelumnya udah pernah debut sih, cuma ya gitu, kurang terkenal, sekarang debut solo.

Siapa lagi, kalau bukan ONE a.k.a Jung Jaewon.

Tolong bantuan streamingnya ya guys ...

Tanggal 11 Juli 2017. Thankyou 😙😙

See you ... 😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top