Happy 🔥 5
Jennie pulang ke dorm dengan barang belanjaannya yang seabrek, serta jangan lupakan kakinya yang pincang. Heels yang patah tiba-tiba tadi itu membuat kaki gadis itu terkilir.
Menyebalkan. Batinnya.
Ia berjalan menuju sofa ruang tamu. Usai tangannya berhasil meraih pinggiran sofa, ia langsung menjatuhkan diri beserta belanjaannya pada sofa tersebut.
"Ah, akhirnya..." desahnya lega.
TIT TILULIT.
Rosé berjalan cepat dan langsung memasuki kamarnya dengan muka merah padam. Manik mata Jennie mengekori Rosé, memandang gadis itu dengan keheranan.
BRAK!
Rosé menutup pintu kamar dengan kasar. Membuat Jennie terlonjak kaget karenanya.
Dia kenapa sih? Batin Jennie.
Pyang!
"Omo!" Jennie langsung menempatkan tangannya di dada, terkejut.
Jennie pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri. Terlalu lama di luar bisa membuatnya terkena sakit jantung.
Ketika gadis itu ingin menutup pintu kamarnya, ia kembali mendengar suara berisik, "Arrgghhh!!" teriakan Rosé.
Karena geram dan tahu bahwa ia tak akan bisa tenang di keadaan seperti ini, Jennie lantas berjalan sambil menyeret kakinya yang pincang ke kamar Rosé. Gadis itu menggebrak-gebrak pintu Rosé kasar, "BERISIK." ujarnya keras.
Seketika itu juga suara-suara tersebut lenyap bagai ditelan bumi. Karena dirasa sudah cukup tenang, Jennie pun kembali ke kamarnya.
"Kalau mau teriak-teriak itu di hutan bukan disini," gerutunya jengkel.
***
Lisa dan Hanbin duduk di atap sekolah dengan keheningan yang menyelimuti mereka. Lisa sedari tadi terus terdiam sementara Hanbin sendiri juga tidak ingin semakin memperburuk suasana hati Lisa.
Dreett...
Sebuah pesan baru telah masuk pada ponsel Hanbin.
Kimbab :
Kalian berdua mojok dimana sih?
Jangan dua-duaan mulu ah, nanti ada yang ketiga loh..
Saya :
Kau yang ketiga nyet!
Mengganggu saja.
Kimbab :
Dasar cumi!
Yang ketiga itu maksudnya adalah bayi, goblok.
Saya :
Bayi pantat kau!
"Jja turun. Bobby pasti sedang mencari kita. Jja!" ajak Lisa.
Kok dia bisa tahu kalau Kimbab mencari aku sama dia? Tanya Hanbin dalam hati.
Mereka pun turun dari tangga menuju lantai satu. Bobby atau Kimbab itu tidak satu kelas dengan mereka, karena itulah ia tidak tahu apa terjadi dengan teman-temannya itu.
Kimbab :
Yak! Kalian dimana sih?
Aku lapar kuda, goblok.
Saya :
Makan rumput sana!
Kimbab :
Mwo? Kau tega sekali chagi.. 😢
Saya :
Najis 😝
"Teman-temanku!!" seru Bobby dari kejauhan sembari melambai-lambaikan tangannya.
Lisa tersenyum tipis, sementara Hanbin menggumamkan sesuatu, "Najis. Jijik." umpatnya lirih.
"Lisaa..." Bobby berjalan seraya merentangkan tangannya.
Grab.
Hanbin langsung menarik tangan Lisa menjauh secepat kilat. Jadilah ia yang dipeluk oleh Bobby. Melihat tingkah konyol kedua temannya itu Lisa jadi tertawa pelan.
"Bisa kau lepaskan tanganmu dari tubuhku?" tanya Hanbin dengan wajah datar.
"Tidak bisa chagi, aku terlalu merindukanmu hingga rasanya aku mau mati," ucapnya manja.
"Ya sudah mati saja sana!" tukas Hanbin cepat.
"Kau tega sekali padaku chagiya..."
"Bob, aku buat rata gigimu baru tahu rasa ya kau."
"Silahkan, kan enak, aku jadi tidak perlu pasang kawat gigi."
"Hahaha. Hahaha." Lisa tertawa keras mendengar perang antara Hanbin dan Bobby. Membuat perasaan Hanbin cukup lega. Namja itu tersenyum.
"Yak! Marmut Amerika, menyingkirlah dari tubuhku." ujarnya kesal.
"Cium aku dulu. Mu-mu-mu-" Bobby memonyongkan bibirnya.
"Jorok Bob!!" Hanbin menampol pelan pipi Bobby.
"HAHAHA." tawa Lisa semakin menjadi-jadi.
Hanbin dan Bobby tersenyum karenanya. Walau Bobby tidak tahu apa yang terjadi pada Lisa, tapi Bobby sangat hafal satu hal, jika mereka pergi ke atap maka tandanya Lisa sedang sedih. Dan Bobby senang karena bisa membuat Lisa tertawa.
"Jja kita ke kantin!" Lisa merangkul kedua temannya itu senang.
Makasih ya guys. Batin Lisa.
***
Jisoo duduk terdiam di taman kampus. Susu botol ditangannya hanya ia putar-putar tanpa sekalipun diseruputnya.
"Ah..." desah seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Siapa kau?" tanya Jisoo kaget.
"Aku? Pangeran ke-8."*
*Pangeran dalam Drakor Moon Scarlet Heart Ryeo, SBS.
"Wang wook?" Dahinya mengerut, "Hahaha." kemudian tertawa pelan.
"Kau senang?"
"Ha? Maksudnya?" Jisoo bingung.
"Kau baru saja tertawa. Berarti kau senang bukan?" Jisoo tampak berpikir, lalu menangguk-angguk setuju.
"Kau tidak seharusnya memikirkan mereka." Jisoo menoleh.
"Mereka memang keterlaluan. Mulutnya minta disobek." Air muka Jisoo langsung berubah, "Bagaimana bisa mereka melakukan itu pada seseorang yang telah membatu mereka? Tidak punya urat malu." timpalnya.
"Biarkan saja. Aku memang tidak pantas menjadi teman mereka." ujar Jisoo lemah.
"Ani, merekalah yang tidak pantas menjadi temanmu," sahut namja itu langsung.
"Haha. Jangan menghiburku. Akulah yang tidak pantas untuk menjadi teman mereka. Kalau hanya satu atau dua orang itu masih bisa dibilang merekalah yang tak pantas. Namun, bila semuanya-" Jisoo menundukkan kepalanya.
"Maka akulah yang tak pantas," sahutnya lirih.
Namja itu mengulum bibirnya, "Aku rasa kau salah." Jisoo mendongak, "Semuanya kau bilang? Tidak. Tidak semuanya," dahi gadis itu mengerut.
"Masih ada aku," ujar namja itu, "Jadi ralat perkataanmu," sambungnya.
"Kau dan aku kan juga teman. Tapi aku tidak pernah melakukan hal semenjijikkan teman-temanmu itu-ani-maksudku mantan temanmu itu, kan?" Namja tersebut memiringkan kepalanya.
"Jadi merekalah yang tidak pantas menjadi temanmu, bukan kau. Karena menurutku, kau sangat pantas untuk menjadi teman siapapun karena kau baik hati," tambahnya.
"Teman? Aku saja tidak mengenalmu. Bagaimana mungkin kita ini teman?" Jisoo mengembalikan tatapannya ke depan.
"Kalau begitu perkenalkan-Ehem-" ia berdeham seraya menaruh tangannya di dada, "Namaku adalah Wang Wook. Hehe," ucapnya seraya sedikit membungkuk.
"Sudah kan? Berarti mulai sekarang kita berteman," celetuknya, "Jaljayo!" kemudian ia pergi dari hadapan Jisoo, tanpa memperkenalkan diri.
Jisoo tersenyum menatap punggung pemuda tersebut. "Wang Wook? Ck. Dia bahkan tidak mengatakan namanya yang asli."
***
Rosé meremas dan menggigit selimutnya kasar. Ia kesal sekali dengan pria bernama Go Junhoe itu.
"Dia meremahkan kemampuanku? Menuduhku hanya berlindung di balik nama pamanku? Bahkan mengasariku?" gerutunya geram, "Iish, dasar berandalan sialan!" pekiknya tertahan, takut membuat Jennie marah lagi.
"Dan dia memposting foto candid-ku ke SNS? Mana mulutku menganga lagi, hancur sudah imageku. Huaa..." Rosé menutup wajahnya dengan bantal. Kakinya tak berhenti menyepaki seluruh benda di atas kasurnya.
"Line!"
Rosé tak perduli pesan Line yang masuk.
"Line!"
Rosé masih menutupi wajahnya dengan bantal.
"Line!"
"Line!"
"Line!"
Rosé melempar bantal yang menutupi mukanya asal. Kemudian menyahut ponsel yang berada di atas nakas samping ranjangnya.
Kyulee :
Rosé, bagaimana keadaanmu?
Apa kau baik-baik saja?
Rosé menggeleng lemah seraya mempoutkan bibirnya.
Rosé ku dengar kau mendapat masalah dengan June.
"June? Siapa June?" Rosé mengernyit tak mengerti.
Bersabarlah padanya Ros.
Dia memang keterlaluan sekali padamu... :(
Rosé...
Roséanne?
RoséannePark :
Aku tidak bisa bilang baik-baik saja.
Siapa itu June?
Kyulee :
Aku otw ke apartemenmu...
June itu fotografer yang memotretmu tadi. Dia adalah sepupuku. Maafkan dia ya Ros..
"MWO?! Sepupu?" Rosé sangat amat terkejut dengan pengakuan Sung Kyung.
RoséannePark :
Jadi, berandal sialan itu adalah sepupumu?
Kyulee :
Ne...
Maakan dia ya Rosé..
Aku akan menonjoknya untukmu.
RoséannePark :
Uwa, aku tidak percaya kau punya sepupu sebrengsek dia.
Kyulee :
Aku pun begitu.
Siap-siap, aku menuju apartemenmu.
"Apartemen? Aku kan-" Rosé langsung kembali mengetik pesan untuk Sung Kyung.
RoséannePark :
Kyungi aku pindah dari apartemen.
Aku sekarang berada di dorm di dekat gedung YGK+.
Namanya Dorm BlackPink.
Kyulee :
Ah begitu, ya sudah akan ku cari.
Tunggu ya Rosé sayang...
RoséannePark :
Bisa dimengerti *hormat
"Setidaknya sepupunya tidak sebrengsek dirinya." katanya pelan, "Diberi makan apa dia sama orang tuanya sampai bisa sebrengsek itu?" omelnya.
"Ah sebaiknya aku siap-siap. Jja!" Rosé mulai bangkit dari ranjangnya dan berjalan menuju lemari pakaiannya.
Sahabat yang baik itu ketika kau sedang sedih, ia akan berlari padamu tanpa diperintah.
***
Bunyi gesekan piringan musik terdengar memenuhi seluruh penjuru ruangan. DJ Smoothy tengah memainkan alunan musik EDM yang akhir-akhir ini sedang digandrungi oleh para anak muda.
Namun sayang sekali, Jennie tidak bisa meliuk-liukkan tubuhnya mengikuti alunan musik. Kakinya saja sedang terkilir mana mungkin ia bisa loncat-loncat.
Ia duduk pada meja kosong di bagian pojok, sendirian. Gadis itu memang suka minum sendirian. Karena ia menganggap bahwa hal itu bisa menjadi obat bagi dirinya disaat ia dalam kondisi tidak baik seperti ini. Harus sendirian karena ia ingin fokus pada dirinya.
Brak.
Seseorang menyenggol mejanya hingga membuatnya tersentak kaget. "Maaf," katanya singkat, lantas duduk dengan tiba-tiba di depan Jennie.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jennie spontan.
"Aku? Duduk," jawab dengan suara menggelendor.
"Andwae. Pergi darisini!" usir Jennie.
Pria itu menggerakkan jari telunjuknya, "No, no," ucapnya.
"Kalau begitu aku yang pergi."
"ANDWAE!!" seru lelaki itu keras.
Jennie tak menggubrisnya. Ia tetap melangkah meninggalkan lelaki tidak genap otaknya itu. Akan tetapi beberapa detik kemudian pria itu menariknya hingga tubuhnya berbalik menghadapnya.
"Lepaskan!" pekik Jennie memberontak.
"Kumohon duduklah." Pria itu mendudukkan Jennie pada kursinya semula.
"Aku sedang kesal sekali hari ini." ungkapnya, "Rasanya ingin menelan hidup-hidup seseorang,' tambahnya.
Jennie membuang mukanya, "Itu bukan urusanku," ketusnya.
"Bukankah kau juga seperti itu?" Jennie tercekat. Ia menoleh pelan ke arah pria itu.
"Bukankah kau minum sendirian karena ada hal yang tengah membuatmu kesal?"
Namja ini? Jennie membatin.
"Kau diam. Berarti aku benar," celetuknya santai, "Jja!" namja itu mengulurkan tangannya.
Jennie menaikkan satu alisnya, "Kita lupakan masalah dan buang emosi kita hari ini," katanya sambil menunjuk lantai dansa.
Jennie melirik sekilas, "Kau gila," gumamnya.
"Apa?" Jennie menggeleng, "Kau tadi ngomong apa? Aku tidak dengar," ujar namja itu setengah berteriak.
"Ayo! Buruan!" serunya seraya berjalan mendekati lantai dansa.
"Tidak! Aku tidak bisa dansa!" bohongnya.
"Lihat ini!" Namja itu melakukan gerakan shuffle.
"Dasar namja gila," cibir Jennie. Sedetik kemudian sudut bibirnya tertarik ke atas.
Namja yang dikatainya gila itu mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya cepat. Dan karena itu, Jennie jadi terkikik pelan. Semakin lama, goyang lelaki itu semakin tidak terkendali. Ia memutar-mutar kepalanya antusias kemudian membuat gerakan patah-patah dan ombak-ombakan. Membuat Jennie yang tadinya hanya terkikik menjadi tak sungkan lagi untuk tertawa.
***
Bahagia itu se-sederhana namanya. Tertawalah ketika ada hal yang lucu. Terseyumlah ketika ada hal yang menyenangkan.
Bahagia akan datang bila kau mau meninggalkan sedihmu.
-TBC-
***
Hai guys..
Gimana nih ceritanya? Bagus gak? Kasih saran apa gitu guys? Udah sampai di chap 6 nih.. Chap selanjutnya kalian penginnya gmn?
Karena chap yg lalu udah yang tegang jadi kali ini kita rileks aja dulu ya guys..
See you next monday..
Jangan lupa vote dan comment 😄😄
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top