Closer 🔥 24
Day 18
Sudah dua hari ini Lisa tidak terlihat pergi ke rumah sakit. Hanbin selalu bertanya pada Bobby, tapi namja itupun tidak tahu apapun selain, "Katanya, dia sedang sibuk," perkataan itu.
"Tapi dia sibuk apa? Memangnya dia sedang bekerja?" Lalu Hanbin terdiam. "Seolma," ia menatap Bobby yang juga sedang menatapnya, "dia kerja?"
Bobby menggelengkan kepala. "Tidak mungkin. Kerja apa memangnya? Walaupun pernah bolos sekali, tapi besoknya dia langsung masuk lagi. Dia pasti akan bolos terus kalau memang bekerja."
"Bolos sekali? Dia berani bolos sendirian?" Hanbin yang duduk di ranjangnya lantas mengernyit dalam. "Aneh. Walaupun dia tukang bolos, tapi kita selalu bolos bertiga, pertama. Lalu setelah semuanya ketahuan eomma-mu, kita berkomitmen untuk tidak lagi bolos sekolah, kedua. Dan ketiga, tidak ada subjek yang jelas mengenai alasan dia membolos." Hanbin menatap Bobby.
"Berarti," Bobby membungkam mulut, "seolma, dia cari kerja?"
"Tapi untuk apa?" Hanbin lagi-lagi tidak mengerti.
Tok. Tok. Tok.
Cklek.
"Pasien Kim Hanbin."
"Iya, saya." Hanbin mengangkat tangannya.
"Hari ini Anda telah diperbolehkan pulang oleh dokter. Jadi, ijinkan kami melepaskan infus dan membersihkan ranjang Anda." Suster itu menunduk pada namja itu dan yang lainnya bergegas melakukan pencopotan infus.
Bobby dan Hanbin tampak masih bingung.
"Suster, tunggu." Hanbin menghentikan aktivitas mereka. "Tagihan rumah sakitnya? Bukankah aku belum membayarnya?"
"Sudah, Kim Hanbin-sshi, semua biaya operasi, perawatan dan obat pemulihan telah lunas di administrasi rumah sakit."
"Mwo?" Dua lelaki itu tampak terkejut.
Satu hari yang lalu ...
"Selamat. Kalian telah memiliki kontrak dengan YGKPlus dan juga, ini adalah hadiah yang tidak seberapa untuk memacu semangat kalian untuk berkarier disini. Terimalah." CEO YGKplus itu menyodorkan amplop coklat pada masing-masing model di tiga teratas.
"Aku akan sangat senang bila kalian berkembang lebih cepat daripada sebelumnya."
"Ghamsahamnida." Keenam model tersebut membungkus berucap terimakasih.
"Ah, dan juga, kalian telah memiliki kontrak kelompok, kalian sudah dengar kan tadi? Jadi persiapkan diri, jaga kondisi tubuh dan stamina kalian."
"Iie, arraseumnika, sajangnim."
Keenam model itupun keluar dari ruangan CEO dengan wajah berseri-seri.
"Akhirnya aku menggenggam uang ber-lembar-lembar," gumam Jennie.
Lisa membuka amplop coklat itu tidak sabaran. Ia menghitung dengan cepat isi uangnya. "Biaya operasi 5.000.000₩, biaya perawatan 3.500.000₩ dan obatnya 2.000.000₩." Lisa menghentikan langkahnya. "Kurang 500.000₩."
"Lengkap 500.000₩." Jennie menyodorkan lembaran uang berjumlah limaratusribu pada Lisa.
"Apa ini?"
Jennie mendorong uang itu ke tangan Lisa. "Jika tidak mau menerima secara cuma-cuma, anggap saja kau meminjamnya dariku."
"Unnie-"
"Kau harus tahu bahwa aku tidak bisa meminta barang yang telah kuberikan pada orang lain. Jadi, kalaupun kau mengembalikkannya, akupun tidak akan menggunakannya." Jennie melenggang pergi.
"Tapi kenapa?"
"Alasanmu," sahut Jennie cepat, "alasanmu lebih dari cukup untuk menjadi alasanku."
Begitulah akhirnya Lisa membayar uang tagihan rumah sakit Hanbin.
Sampai di pintu keluar, Hanbin masih penasaran dengan siapa yang membayar tagihan rumah sakit.
"Itu kau bukan, Kimbab?"
Bobby menggeleng. "Yak! Pabbo-ya! Bagaimana aku punya uang 10.500.000₩? Apa aku anak dari seorang chaebol?"
"Tapi kau punya tabungan bukan?"
Bobby mengangguk. "Iya, benar. Tapi aku baru sadar jika tabungan itu akan membunuhku."
"Wae?"
"Ibuku adalah seseorang yang bisa menusukku tepat di jantung-"
"Ah, sudahlah, hentikan. Aku mengerti." Hanbin kembali merenung. "Mungkinkah Lisa?"
"Yak! Neo jinjja pabbo-ya! Darimana dia dapat uang sebanyak itu? Apa dia anak dari chaebol?"
Plak.
Hanbin memukul kepala Bobby. "Kenapa kau terus membawa-bawa kata chaebol."
"Pokoknya, tidak mungkin. Dia bahkan-tunggu."
"Mwo?"
Bobby merogoh ponselnya.
From : Lisa
Bob, aku tidak bisa ikut menjemput Hanbin. Jadi, kalian pulanglah saja, jangan menungguku. Aku sibuk.
"Dia mengatakan tidak bisa menjemput kita. Bukankah kita belum memberitahunya?"
Hanbin tersenyum tipis. "Dia itu tercipta untuk tidak bisa berbohong. Jadi diapun tidak bisa menyembunyikan apapun dari kita."
***
"Lisa, apa kau dan Jennie unnie akan melakukan pemotretan bersamanya?"
Lisa yang berada di depan meja rias langsung menoleh ke belakang. "Nya siaa maksudmu? Kang Seulgi? Kenapa?"
"Iya, wanita itu. Berhati-hatilah dengannya. Dia itu gila. Kalau dia menyentuh kalian, bilang padaku. Kariernya akan langsung tamat."
Lisa tersenyum. "Ada apa? Kenapa kau bahkan mengkhawatirkanku, sekarang? Apa hubungan kita telah menjadi dekat?"
"Heol ... memangnya? Ah, sudahlah lupakan. Yang penting sudah kuperingatkan kau."
Gadis blonde itu beranjak dari kursi dan berjalan mendekati ranjang Rosé. "Kalau dia gila, lalu aku ini apa? Apa kau belum pernah merasakan kegilaanku, hmm?"
"Yah ... yah ... yah," Rosé mengangguk-anggukkan kepala, "kalian berdua orang tergila. Tapi sungguh, dia bukan yeoja yang bisa diajar berteman dengan baik-baik-"
"Yak ... kau ini kenapa, ha? Apa kau mengenalnya?"
Rosé menggeleng. "Aku tidak mengenalnya dan tidak berharap mengenalnya. Dah, aku mau mandi."
"Aih, benar-benar. Dia mengomel seolah tahu segalanya, tapi kemudian bilang tidak kenal dan ... lupakan. Cham ..."
Lisapun kembali ke depan cermin. Ia memandangi wajahnya. "Benar, mulai sekarang aku harus merawat aset berhargaku ini."
Cklek.
"Omo! Kaget aku!" Lisa menoleh. "Yak! Bisa tidak ketuk-"
"Palli." Jennie kemudian menutup kembali pintu kamar.
"Arraseo. Aishh ..."
Keduanya pun pergi ke gedung YGKplus untuk melakukan pemotretan dengan sebuah produk sepatu olahraga. Mereka berdua berangkat dengan menggunakan mobil Jennie yang telah terisi bensin full.
"Unnie, kau tahu Kang Seulgi?"
"Tentu saja," jawab santai Jennie sambil menyetir mobil.
Lisa sedikit memiringkan kepalanya. "Kenapa kiranya Rosé sampai menyuruh kita berhati-hati dengannya? Dia juga bilang bahwa gadis itu gila."
"Hmm ... entahlah. Mungkin ada alasannya. Tapi, entah apa itu," jawabnya ringan.
"Mukanya sama sepertimu." Jennie menoleh spontan. "Mak-Maksudku, sama-sama cantik dengan sorot mata yang tajam. Iya, itu maksudku."
Sejak kapan aku jadi gagap? - Lisa.
"Jangan menilai dari mukanya. Apa aku ini jahat walau berwajat jutek?"
"Tidak."
"Sebelum kita tahu seperti apa dia, kita tidak berhak menilainya."
"Arraseo."
Sementara itu, Jisoo akan berangkat bersama Rosé siang nanti. Karena hari ini Rosé dan dia sedang kosong. Jisoo baru akan memulai debutnya menjadi model besok lusa. Tujuan dia pergie ke YGKplus adalah untuk belajar semua hal yang berkaitan dengan model. Hidupnya yang terkurung selama 21 tahun membuatnya awam tentang hal semacam ini.
"Unnie, menurutmu kenapa wanita akan melempar petasan terhadap wanita lain yang berada di dekat pacarnya?" Rosé menyeruput kopi susunya.
"Karena dia cemburu dan karena wanita yang berada di dekat pacarnya itu tidak tahu diri."
Rosé tertohok. Apa aku tidak tahu diri? Tapi kenapa? "Tapi bagaimana jika wanita lain dan pacarnya itu adalah musuh? Kenapa wanita itu masih melempar petasan padanya?"
"Adakah logika yang bisa menangani kecemburuan? Adakah dingin yang mampu mengalahkan panas? Seberapa kuatnya logikamu, pasti akan kalah. Seberapapun otakmu ingin berpikir dingin, hatimu yang panaslah yang menang." Jisoo tersenyum. "Karena cemburu itu buta."
"Ah, mengerikan sekali." Jadi, karena dia cemburu padaku? Tapi, apa Junhoe tidak bilang apa-apa padanya, bahwa kita ini musuh?
"Dan siapa wanita yang melemparkan petasan padamu itu?"
"Eoh?" Rosé gelagapan. "Mak-Maksudmu apa, unnie?"
Jisoo memegang punggung tangan Rosé. "Jika kau tidak melakukan salah, maka jangan mengkhawatirkannya. Jika kau merasa salah, sebagai seorang wanita sepertinya, kau harus meminta maaf padanya." Lalu gadis itu tersenyum lagi. "Baiklah. Sekarang apa kau salah?" Rosé menggeleng. "Maka lupakanlah."
"Tapi itu sangat mengangguku. Bahkan pacarnya itu mengataiku hal-hal menyakitkan."
"Siapa dia? Akan kubunuh dia."
"Heol ... unnie ... woah ... kepribadianmu langsung berubah. Woah ... daebak ..."
"Seseorang yang berani menyentuh adikku dan melukainya, akan kubuat patah tulang. Aku pastikan itu."
"Unnie, saranghaeyo." Rosé memeluk Jisoo.
"Katakan siapa namanya padaku."
"Go Jun Hoe. Ingat itu baik-baik."
"Baiklah. Aku akan mengingat namanya dan memasukkannya dalam dead note milikku."
"Heol ... bahkan unnie memiliki dead note? Woah ... benar-benar. Inikah sisi lain dirimu, unn?"
Begitulah.
Kehangatan ini, asing. Tapi membuat mereka berdua nyaman. Aneh. Tapi begitulah, faktanya.
***
Terkadang seseorang di dekatmu menjadi sangat asing. Sebaliknya, mereka yang asing justru menjadi orang yang paling dekat denganmu.
Berpikir sendiri itu melelahkan bukan? Terkadang kita juga butuh teman untuk diajak bicara. Tapi bagaimana jika orang terdekatmu itu bukanlah pendengar yang baik atau bahkan tidak boleh mendengar keluhanmu? Yang pasti kau butuh seseorang. Mungkin dia asing. Tapi kalian tidak akan pernah tahu, itulah yang menjadikan kalian dekat pada akhirnya.
-TBC-
***
Hai ...
Maddi hadir lagi ...
Yuhu!! Ada yang senang Maddi update cepat?
Yah ... ini masih dalam penebusan dosa 😂😂
Btw, kalian kalau merasa ada beban gimana sih cara kalian mengatasinya?
Kali aja dengan share bisa bermanfaat bagi yang lain 😊😊
Oke, see you guys 😙😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top