All Here 🔥 37

Day 26

Jennie mengerjapkan matanya perlahan. Pandangannya masih kabur dan kepalanya terasa pusing.

Gadis blonde itu mengernyit, bulatan hitamnya samar-samar melihat dua orang duduk bersebelahan di sofa kamar ini. Jennie mengerjap lagi.

Jeslyn dan Hangeum tampak duduk menunggu putri semata wayang mereka untuk siuman. Mereka sepertinya belum menyadari jika Jennie telah membuka matanya.

Sementara itu, Lisa dan Jisoo menunggu diluar kamar semalaman. Rosé beristirahat di ruang pasien semenjak pingsan.

"Apa Jennie sudah sadar?" Jisoo bermonolog, disampingnya Lisa tampak menguap beberapa kali. Mereka berdua tidak tidur semalaman.

Di ruang pasien, Rosé menatap langit-langit rumah sakit dengan tatapan kosong.

Apa hubungan June dengan pasien yang kutabrak?

Kemudian memori saat dia menubruk tubuh seseorang kembali teringat dan membuatnya refleks memejamkan mata.

Oh Tuhan, aku sangat takut.

Tangannya gemetar.

Cklek.

Pintu ruangan tersebut terbuka. "Rosé-sshi bagaimana keadaanmu?"

Rosé pun membuka matanya. "Sudah baik dok, apa saya boleh pulang? Saya kam tidak sakit apa-apa." Ia memaksakan mengulas senyuman.

"Boleh saja, tapi jaga kondisimu baik-baik agasshi. Jika kau terus memaksa untuk mengingat-"

"Iya, dokter, saya tahu." Rosé bangkit dari ranjangnya dan pergi keluar kamar.

***

Hanbin memainkan pulpen di jemarinya.

Bobby terus melirik ke arah lelaki di sebelahnya dengan tatapan heran. Dia menyenggol lengan Hanbin berkali-kali tapi tidak mendapatkan respon apapun.

Bobby menggerak-gerakkan tangannya di hadapan Hanbin. Tatapan namja itu kosong.

***

Jennie meneteskan air matanya. Ini adalah kali pertamanya melihat ayah, ibunya, dia, berkumpul dalam satu ruangan setelah bertahun-tahun lamanya.

Apa aku harus selalu seperti ini agar kalian berdua berada di sisiku?

Cklek.

Fokus Jeslyn dan Hangeum beralih ke pintu. Dokter Shin masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa kondisi Jennie.

"Oh, Anda telah sadar?"

Jeslyn dan Hangeum juga terkejut sama seperti Dokter Shin.

"Jennie-ah." Hangeum langsung mendekati Jennie dan mengelus puncak kepala gadis itu.

Jeslyn berada di sisi yang berbeda memegangi tangan Jennie yang tidak terluka. "Jennie-ah .. " Jeslyn tidak bisa menahan air matanya.

"Biar saya periksa sebentar." Hangeum pun mundur ke belakang.

"Sarangeul haetta~ Uriga manna~ Jiuji mothal, chuogi dwaetta~"

Ponsel Jisoo mendadak berdering.

"Anyeonghaseo~" terima Jisoo.

"Kau dimana? Aku menunggumu di halte saat ini."

"Hmmm ... oppa, mianhae, aku tidak bisa berangkat kuliah untuk hari ini."
"Wae? Kemaren kau ijin sekarang kau mau ijin lagi? Apa jadwal pemotretanmu begitu padat?"

"Tidak. Bukan begitu, hanya saja, aku harus menemani temanku."

"Memangnya ada apa dengan temanmu?"

"Dia ..." Jisoo tampak berpikir, "...nanti aku akan menceritakannya."

"Ah, baiklah. Jaga dirimu baik-baik, chagiya."

"Iya." Jisoo pun menutup teleponnya.

***

Jin menatap kotak makanan yang rencananya akan diberikan untuk Jisoo dengan tatapan sedih. Pagi buta dia sudah memasak ini semua, tapi sayangnya akan berakhir sia-sia saja.

Masih canggung ya, dia belum mau cerita dengan nyaman padaku.

***

Rosé menangkup air di wastafel kamar mandi lalu membasuhkannya ke wajah. Segar. Sejenak, hawa dingin menyeruak masuk pori-pori wajahnya yang sempat memanas.

Ia menatap cermin di depannya. "Apa yang harus kulakukan?"

Kemudian dia tiba-tiba teringat dengan seseorang, "Go Junhoe".

Dia pasti menyimpan jawabannya.

Rosé pun bergegas keluar dari kamar mandi.

Lisa dan Jisoo berdiri ketika melihat Dokter Shin keluar dari ruangan Jennie. "Bagaimana keadaan teman saya, dok?" tanya mereka bersamaan.

Dokter tersebut tersenyum. "Dia sudah siuman. Kalian bisa menjenguknya."

Wajah Jisoo dan Lisa langsung berubah cerah. Mereka pun masuk bersama ke dalam ruangan.

Jisoo dan Lisa berjalan mendekati Jennie.

"Hit you with ddu-du ddu-du!" Namun ponsel Lisa berbunyi.

"Iya, oppa, Lisa disini. Semalaman oppa kemana saja?"

"Mianhae, oppa ingin menemui Jennie, tapi oppa harus membereskan semua jadwal kalian dengan klien atau oppa bisa dibunuh sajangnim. Sebagai ganti, oppa sudah mengatakan pada asisten oppa yang baru untuk kesana, apa dia tidak datang?"

Kening Lisa berkerut, "Asisten baru? Mana? Tidak ada yang datang menghampiri kami?"

Tok .. Tok .. Tok ..

Lisa menoleh, "Apa ... ini benar kamarnya Jennie Kim? Model dari YG K-plus?"

Semua mata tertuju pada seorang laki-laki yang tetiba masuk ruangan Jennie tersebut.

"Apa kau ... asisten baru manajer kami?" tanya Lisa tanpa basa-basi.

"Maafkan saya, seharusnya saya menemui kalian .. sejak .. semalam." Intonasi bicaranya semakin menurun karena Lisa menatapnya tajam.

"Perkenalkan nama saya-"

"Ya sudahlah tak penting," sambar Lisa langsung.

So savage. Batin pemuda itu.

"Lisa, jangan seperti itu," tegur Jisoo. "Nama siapa?"

Yang ini kok, sudah cantik baik pula. Idaman hati.

"Nama saya Kino. Jadi, sekali lagi, maaf, semalam saya nya-"

"Iya, iya, sudahlah." Lisa kembali menyambar ucapan asisten baru tersebut.

"Belum juga ngomong," gumam Kino.

Lisa berpaling, "Ya .. apa kau sengaja ingin membuat kita semua jantungan?"

"Lisa .." Jisoo memperingatkan dengan menggelengkan kepalanya.

Lisa mendesah, "Baiklah, jangan pernah ulangi hal bodoh semacam ini."

Jennie menatap Lisa, "Mianhae ..."

Mendengarnya, Lisa pun sedikit merasa menyesali ucapannya yang ia lontarkan pada Jennie. Mungkin ia telah sedikit berbicara kasar. "Baiklah."

"Jennie-ah, bagaimana? Apa kepalamu masih sakit? Apa tanganmu terasa sakit sekali?" Jeslyn menatap nanat putrinya.

"Gwaenchana," ucap Jennie lemah.

"Sayang, maafkan Papa." Hangeum terluka melihat perban yang menghiasi tangan putrinya.

"Ini bukan salah siapa-siapa. Jangan menyalahkan diri."

***

"Kau mau apa? Biarkan aku masuk."

Kino memalangkan tangannya di depan pintu ruangan Jennie. "Tidak bisa. Anda siapa? Kenapa ingin menerobos masuk? Jika tidak ingin saya panggilkan satpam, sebaiknya Anda pergi dari sini."

"Jennie! Jen!"

***

"Jennie! Jen!" Terdengar suara teriakan dari luar ruangan Jennie.

"Apa ini? Baru juga mau nangis bawang," gerutu Lisa lirih. "Biar aku yang mengurusnya," ucapnya pada semua orang.

"Kubikin tempe baru tahu rasa. Ganggu sekali," gerutunya sekali lagi.

Lisa membuka pintu ruangan tersebut, mendorong Kino menjauh lalu menutup pintunya.

"Minggir!"

Lisa didorong ke samping oleh orang itu.

Lisa cengo, ketika orang tersebut hendak membuka pintu, gadis itu reflek menjambak rambutnya. "Ya!" pekiknya.

"Biarkan aku masuk. Aku ingin melihat Jennie." Orang tersebut tetap nekat ingin menerobos masuk.

Lisa mendorong dada laki-laki itu. "Siapa Anda sampai harus masuk ke dalam?"

"Pacarnya Jennie!" tegas laki-laki itu.

Kali kedua, Lisa cengo, syok mendengar jawaban si namja.

Cklek.

Namja itupun berhasil lolos masuk ke dalam ruangan Jennie.

"Pacar?" Lisa menoleh. "Jennie?"

***

Rosé melajukan mobilnya menuju kantor YG Kplus. Dia sempat bertanya pada Sung Kyung tempat tinggal Junhoe, tapi gadis itu bilang tidak tahu. Junhoe sepupunya tapi tidak dekat dengannya, dia tidak pernah memberi tahu alamat rumah barunya. Sung Kyung juga bilang, nomornya itu tidak pernah bisa dihubungi.

Sampai di parkiran, gadis itu bergegas berlari menuju ruang arsip.

"Apa aku bisa meminta tolong?"

"Meminta tolong apa?" tanya penjaga.

"Apa kau mengenal Go Junhoe?"

"Iya, dia pernah kerja disini bukan? Fotografer jutek itu kan?"

Rosé mengangguk. "Kira-kira ... apa perusahaan ini menyimpan alamatnya?"

"Untuk apa nona? Bukankah dia sudah keluar dari YG Kplus?"

Rosé menghembuskan nafas, "Aku ada urusan penting dengannya. Namun aku tidak memiliki kontak apapun dengannya. Jadi, aku membutuhkan informasi tempat tinggal atau nomor ponsel atau apalah yang penting informasi tentang dia."

Penjaga itu terdiam.

"Tolong ... ini sangat penting." Rosé memohon.

***

Laki-laki itu berjalan tergesa-gesa menemui Jennie yang terbaring. "Aku dengar kau terluka."

Jennie menatap lelaki itu. "Jaewon-ah."

"Aku senang, kau masih bisa membuka matamu."

"Jaewon-ah kenapa kau ada disini?" tanya Jennie lirih.

"Tidak ada alasan untukku disini lagi. Aku hanya mengkhawatirkanmu saja. Cepatlah sembuh." Jaewon mengelus pucuk kepala Jennie lalu berbalik.

Ketika ingin melangkah pergi, Jennie menahan tangan Jaewon. "Terimakasih, karena kau tidak bertanya kenapa."

***

"Ini alamatnya. Jangan salah gunakan ini, nona. Nanti jika ketahuan saya memberi ini untuk nona, saya bisa dipecat."

"Tenang saja, aku tidak akan berbuat macam-macam. Aku hanya butuh membicarakan sesuatu yang penting dengannya. Terimakasih ya."

Alamat Junhoe.

Rosé memandangi secarik kertas bertuliskan alamat Junhoe.

Bagaimana jika dia kasar padaku lagi?

"Diantara banyak manusia di dunia ini, kenapa harus dia?"

***

Hai ...

Gimana partnya? Serukah?

Siapa nih yang di kapal JUNROS?

Siapa nih yang di kapal JENWON?

Adakah yang di kapal JENYONG masih baik-baik aja? Eaaa.

Masih seru gak sih cerita ini gaes? Tolong kasih pendapatnya ya, soalnya .. ya .. Maddi sedikit khawatir kalau cerita gak se "waw" kaya yang pertama-tama.

Kalau mau kasih saran dan masukan boleh sekali loh. Terimakasih banget malah kalau udah mau bantu Maddj ngembangin cerita ini.

Okay .. this is enough. See you next chapter 😙💕

Btw, sekedar info untuk yang merupakan BLINKONIC atau YG stan atau yang tertarik dengan iKON ...

iKON akan comeback tanggal 2 Agustus 2018.

Berikut teaser MV kecenya 👇👇👇

Thankyou 😙💕

Yang ikhlas bantu streaming, Maddi doain semoga gak jomblo lagi tahun ini (khusus jomblo), yang punya pacar cepet nikah 😆😃

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top