Tsamaaniya-'Asyaaraa
Demi mendengar nada serius dari kalimat Mun-Syii, Fiza pun meneguk ludah dengan kasar, lantas menekan satu-satunya tombol kecil yang terdapat pada earpiece. Hologram transparan yang tadinya hanya berjarak lima belas sentimeter dari manik cokelat terang Fiza, kini kembali hilang dalam sejenak. Keheningan mengisi ruangan kubus berdinding besi yang dikelilingi cahaya neon futuristik. Perlu beberapa detik setelah kondisi emosi Fiza lebih stabil dan terkendali, hingga Sang Mun-Syii kembali angkat suara.
"Doon-Yea Game terdiri atas lima fase. Fase Roo-Hoo ini merupakan fase pertamanya. Pada fase kedua dan seterusnya, setiap Mihraa-Boon akan dihadapkan dengan quest-quest tertentu untuk melaju ke fase selanjutnya." Mun-Syii memberi jeda pada kalimat yang hendak ia katakan. "Tanpa berniat menyembunyikan sesuatu yang memang telah Anda ketahui ... dunia ini merupakan suatu ambang perbatasan antara kehidupan dan kematian. Setiap Mihraa-Boon memiliki kemungkinan untuk menyelesaikan fase terakhir dan kembali ke dunia nyata sebagai pemenang, atau berakhir kehilangan nyawa jika tidak memenuhi aturan dan ketentuan Doon-Yea Game. Sampai sini, ada yang hendak Anda tanyakan?"
Fiza terdiam cukup lama. Bertahan atau mati ... mungkin hanya itulah pilihan yang Fiza punya sebagai pemain. "Memenuhi aturan dan ketentuan Doon-Yea Game? Seperti apa contohnya?"
"Memberontak, tidak mengikuti aturan main, tidak menyelesaikan fase sebagaimana mestinya, dan memberikan perlawanan pada NPC berspesifikasi Malai-Kaa."
Seringaian yang diiringi dengan tawa sinis disuarakan Fiza. Anak perempuan itu mengangkat salah satu sudut bibir, lalu merotasikan bola matanya, tampak meremehkan. "Termasuk kau? AlMun-Syii ... NPC berspesifikasi Malai-Kaa? Sungguh?" Gelak hambar kurang ajar itu tambah kencang saja ketika mendapati anggukan kepala Mun-Syii. "Ya ampun ... padahal kamu sudah dijamin keselamatannya oleh game tidak masuk akal ini, tapi masih perlu diamankan oleh peraturan omong kosong?"
"Biar saya peringatkan, Mihraa-Boon Pi. NPC berspesifikasi Malai-Kaa adalah entitas yang seratus persen dilindungi oleh Doon-Yea Game. Ketentuan itu mutlak adanya."
Aih, tidak seru. Malai-Kaa di hadapannya ini terlalu kaku nan serius seperti kanebo kering! Sulit sekali Fiza mendistraksi Sang Mun-Syii dengan memancing amarahnya. Fiza mengangkat bahu, tak lagi tertarik untuk me-roasting. "Bagaimana caraku untuk menang?"
"Cukup ikuti peraturan dan ketentuan yang diberikan pada setiap quest di masing-masing fase, selesaikan misinya ... lalu pastikan bahwa dirimu tetap selamat."
"Sebentar." Baru teringat sesuatu, Fiza mengernyitkan kening. Kedua manik cokelat terang itu menatap Mun-Syii dengan tajam, meminta penjelasan lebih lanjut. "Kau tidak pernah mengatakan senjata ini digunakan untuk saling mencelakai sesama Mihraa-Boon. Tadi aku terpancing emosi karena panik, sehingga menyimpulkan hal itu seenaknya. Tapi karena kau tidak menyangkal sama sekali ... berarti memang benar begitu adanya? Aku akan melawan Mihraa-Boon lainnya ... dan berjuang agar bisa tetap selamat sampai fase akhir?"
Kerutan di dahi Fiza tambah dalam saja ketika melihat Sang Mun-Syii menggelengkan kepala. Sesaat, Fiza salah fokus dengan kedip sinar merah seperti laser yang berada di tengah kening Sang Mun-Syii. "Serangan dari Mihraa-Boon lain memang tidak bisa dihindari. Akan tetapi, musuh utama setiap Mihraa-Boon bukanlah itu. Anda akan mengetahui informasi lebih lanjut mengenai misi yang berbeda di masing-masing fase Doon-Yea Game, nanti. Saya tidak memiliki hak dan wewenang untuk menjawabnya."
"Oke. Jadi kapan Fase Roo-Hoo ini berakhir?"
"Persis ketika Anda melakukan konfirmasi kesiapan diri dengan menekan panel start di bilah Nadzhaa-Raat."
Tanpa merasa perlu mendengarkan ocehan Sang Mun-Syii lebih jauh lagi, lekas saja Fiza menekan earpiece yang Mun-Syii sebut sebagai Nadzhaa-Raat. Kini, layar hologram transparan yang melayang tepat lima belas senti di depan mata Fiza itu menunjukkan sebuah tombol berpinggiran cahaya neon. Tulisan 'start' tertera di sana. Fiza menekannya tanpa ragu.
Hologram menampilkan nama karakter, kostum, persediaan senjata, juga status bar Fiza saat ini. Selagi Fiza mencermati, Mun-Syii menambahkan, "Seluruh status bar Anda berada dalam kondisi penuh, Mihraa-Boon Pi, kecuali yang berada di pojok kanan atas. Itu XP, status experience Anda yang hanya bisa bertambah ketika Anda mulai menguasai alur permainan dan menjalankan quest dengan baik. Sekali lagi, sebelum Anda benar-benar memulainya, saya ucapkan selamat datang di Doon-Yea Game. Jangan sampai salah arah, salah langkah ... atau kau akan tersesat dan tak bisa kembali."
Aih, itu lagi. Jargon yang payah. Fiza sudah bosan mendengarnya.
"Saya akan mengantarkan Anda menuju arena fase kedua, Fase Bath-Neen."
Punggung Sang Mun-Syii sudah bergerak merentang jarak di antara keduanya. Sementara itu, Fiza masih bergeming di tempat sembari membiarkan kepalanya kembali dipenuhi oleh bising.
Sudah dimulai, ya ....
Tangan Fiza terkapal kuat. Tidak ada waktu untuk main-main. Fiza memang merasa dipermainkan oleh game sialan ini. Akan tetapi, jika tidak bermain, Fiza tidak akan bisa pulang.
Pada akhirnya, Fiza menyadari bahwa ia tak bisa kembali jika tidak menyelesaikan segalanya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top