Tsalaatsa-'Asyaaraa

Pernahkah kamu terperangah atas apa yang terjadi di hadapan, sampai kamu menolak percaya dan menganggapnya sebagai tak lebih dari bunga tidur yang terasa begitu nyata? Itu yang dialami Fiza ketika tulisan hologram di dinding ruangan kubus yang cukup besar itu berkedip-kedip dengan konstan. Iya, hologram yang itu. Yang menyambutnya dengan mengucapkan selamat datang di Doon-Yea Game. 

Belum sempat Fiza menelusuri jawaban mengenai di mana ia sekarang dan apa yang dimaksud dengan Doon-Yea Game, kepala Fiza sudah telanjur ditimbun oleh berjuta tanda tanya lainnya yang tak kunjung menemukan kata akhir. Bibir tipisnya pun membuka-menutup dengan cepat, tak tahu harus menyuarakan kebingungan yang mana lebih dahulu. Oke, rileks. Mari kita ingat kembali kejadian sebelumnya untuk mengurutkan kronologi dan menyusuri pola sekaligus korelasi yang mungkin bisa menjelaskan segalanya.

Pertama-tama, Fiza kabur dari rumah setelah mendengar omelan menyebalkan ibunya. Di perjalanan, ia menabrak seorang pria asing, lalu panik dan menyeberangi jalan dengan tergesa. Sebuah mobil boks putih menabraknya hingga terpental jauh, setelah itu ....

Oh, benar. Fiza mengalami kecelakaan. Seharusnya ia mendapatkan luka. Ah, apakah manusia yang bangkit setelah kematiannya masih menyimpan bekas luka dari dunia? Persis ketika Fiza menundukkan kepala untuk mengamati kondisi badannya sendiri, yang ia dapati malah membuat Fiza menahan pekikan kaget.

Bukan. Bukan karena dirinya bertransformasi jadi sosok kuyang tanpa badan, melainkan karena sekujur tubuhnya diliputi selaput kabut yang pekat, tak jauh berbeda seperti mi ayam pangsit yang baru dimasak dan masih mengepulkan asap hangat. Kalau diperhatikan lebih cermat lagi, dari kepala sampai lehernya pun diselimuti kabut. Hanya wajah yang tersisa.

Dengan kepanikan yang terpampang jelas dari wajahnya, Fiza berusaha mengangkat tangan, lantas menggerakkan ujung jarinya perlahan-lahan. Bisa, kok. Fiza tidak mati rasa. Akan tetapi, kabut yang meliputinya tak kunjung lepas, bahkan ketika Fiza mengibas-ngibaskan tangannya sekencang mungkin. Tidak ada yang terasa sakit memang, tetapi kabut ini masih terasa asing bagi setiap senti tubuhnya. Aneh. Fiza pun memasang mode defensif, waswas maksimal, asyik overthinking untuk memprediksi kemungkinan terburuk yang bisa diakibatkan oleh sejumlah kabut tersebut.

Indra pendengaran Fiza menangkap suara desingan halus dari dinding sebelah kanan. Dinding berbahan besi yang dilingkupi oleh nyala-nyala lampu futuristik berwarna biru neon itu mendadak saja merekah jadi dua bagian. Asap mengepul dari sana. Suara ketukan konstan di lantai membuat Fiza siap siaga. Ah ... di luar ruangan kubus ini masih ada ruangan yang lain. Entah mimpi buruk macam apa yang akan ditemuinya dari balik kabut asap tersebut.

Detik demi detik serasa berlalu dengan merangkak. Napas Fiza kembali memburu cepat. Ketidaktahuan memang terasa semengerikan itu. 

Akan tetapi, ketika asap di sekitar dinding perlahan hilang tersingkap---Fiza sampai lupa kenyataan hanya kabut di badannya yang terus menempel---tampaklah seorang perempuan yang melangkah masuk ke dalam ruangan Fiza. Kedua sudut bibirnya yang terus terangkat lebar membuat Fiza merasa sosok asing itu seperti bukan manusia. Langkah kaku itu terhenti pada posisi berkisar satu meter dari titik di mana Fiza berdiri. Dalam jarak sedekat ini, bisa Fiza dapati kedip sinar merah pada bagian tengah-tengah dahinya. Fiza anggap itu sebagai inti, sumber kehidupan sosok asing di hadapan Fiza, yang jika benar adanya, bisa menjadi penguat sekaligus dasar dari asumsi Fiza, bahwa sosok itu bukanlah seorang manusia biasa.

Belum sempat Fiza menyelesaikan konklusi yang ia tarik sebagai benang merah dari pengamatan singkatnya, sosok asing itu angkat suara setelah mengangkat kedua tangannya dengan kaku. "Selamat datang di Doon-Yea Game. Anda telah memasuki Fase Roo-Hoo. Mohon masukkan nama karakter beserta data diri lainnya yang tertera di sini."

Tangan bak robot itu menyentil udara kosong. Keluarlah hologram transparan dari ujung jarinya. Fiza menganalisis keterangan di atas kolom kosong yang tersedia pada hologram. Password, jenis kelamin, bahasa yang digunakan, juga nama karakter.

Patah-patah, jemari Fiza mengetuk keyboard yang muncul di hologram dengan ragu. Tidak ada hal mencurigakan, kok. Daripada Fiza berontak dan malah mempersulit jalannya untuk pulang---walau Fiza sendiri tak tahu tujuan pulangnya di mana---lebih baik Fiza tidak membuat masalah. Ketika hendak mengetikkan nama karakter, Fiza terhenti sejenak. Ada baiknya tidak mencantumkan nama asli, ya. Kalau begitu ....

Pi, enter.

Benar, Pi, simbol senilai 22/7 atau 3,142857142857143 yang digunakan matematikawan untuk mewakili rasio keliling lingkaran dengan diameternya.

Hologram transparan itu menghilang ketika Fiza melakukan konfirmasi atas data-data yang diisinya. Detik berikutnya, sosok tadi---Fiza belum menemukan kata yang pas untuk menyebut entitasnya---mengangguk satu kali. "Saya salah satu NPC di dunia ini. Lebih tepatnya, spesifikasi Malai-Kaa dari sektor Mun-Syii. Mari, ikuti saya untuk memasuki ruang Khal-Qee dan memilih avatar terbaik untuk karaktermu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top