Tis'aa-'Asyaaraa

Dinding diketuk pelan oleh Sang Mun-Syii. Sebuah balok besi tiba-tiba muncul menembus dinding, tepat berhenti di hadapan Fiza yang terperangah kaget. Ketika salah satu sisi balok itu terbelah dua dan menampilkan isinya, Mun-Syii mengangguk-angguk. "Anda akan memasuki Fase Bath-Neen dengan diantar oleh elevator ini. Masuklah. Ketika pintunya terbuka nanti, akan ada quest yang menanti. Terus pantau health point dan segala informasi yang ada di layar Nadzhaa-Raat. Itu akan sangat membantu."

Tujuh detik lamanya Fiza melamun, tenggelam dalam dunianya sendiri. Dimulai, nih? Fiza menegakkan posisi berdirinya, lalu memandangi setiap penjuru elevator dengan penuh analisis. Ya ... tidak ada yang perlu ia takutkan. Cukup masuk, diam, keluar, jalankan misi. Makin cepat Fiza bergerak, makin cepat Fiza mengakhiri segalanya. Bukankah itu terdengar lebih baik?

Embusan napas berat keluar dari mulut Fiza, berusaha membebaskan diri sendiri dari belenggu pikiran negatif dan kekhawatiran yang berlebih. Oke. Mari berpikir positif untuk sejenak. Dengan terlemparnya ia ke Doon-Yea Game ini—terlepas dari keselamatannya yang tidak terjamin—Fiza bisa merentang jarak dengan sang ibu. Semenjak mimpi tentang 29:16 itu, Fiza pun tak lagi teringat dengan Kakek. Fiza terbebas dari dunianya sendiri. Fiza menemukan tempat pelarian, meskipun nyawa yang bisa jadi taruhan.

Kaki berbalut sepatu tebal yang didesain menggunakan bahan fleksibel itu melangkah masuk ke dalam elevator. Setelah sempurna berada di tengah-tengah ruang balok, Fiza berbalik badan untuk menghadap Mun-Syii yang bergeming di tempat. Sepertinya, NPC sialan itu memang tidak akan ikut mengantarnya turun menuju Alam Bath-Neen. Mulai dari sini, Fiza harus mampu membela diri dan bertahan hidup sendiri.

Kedua manik cokelat terang Fiza terus mengunci sosok Sang Mun-Syii hingga pandangan Fiza terbatasi karena dinding besi balok elevator yang menutup. Fiza benar-benar sendiri di sini. Ruangan gelapnyA mendadak saja disinari cahaya neon yang berada di bagian atap balok. Fiza memicingkan mata seraya mengangkat tangan untuk meminimalisir intensitas cahaya yang menusuk mata. Detik berikutnya, elevator bergerak turun.

Semuanya berjalan dengan lancar. Akan tetapi, Fiza nyaris muntah ketika elevator balok tersebut tidak hanya bergerak turun. Fiza bisa merasakan gerakan elevator yang naik-turun, juga bergerak horizontal dari kanan ke kiri, bahkan berputar hingga kepala Fiza jadi di bawah dan membentur dinding. Fiza mendengkus kesal. Kalau saja tak ingat bahwa dirinya sedang menumpang dan mempertaruhkan keselamatan di elevator ini, sudah sedari tadi Fiza tendang saja dindingnya.

Elevator sialan! Tak berguna! Bedebah jelek!

Umpatan Fiza membludak brutal, tetapi terpaksa berhenti ketika menyadari lampu neon di atap balok elevator berkedip-kedip, dan salah satu sisinya kembali membuka. Dengan hati-hati dan kewaspadaan penuh, Fiza mengamati kondisi di balik gerbang elevator itu dengan cermat.

Gelap sekali. Fiza sampai mengedipkan mata berulang kali karena belum beradaptasi dari balok elevator yang terang, ke antah-berantah Fase Bath-Neen ini yang minim sekali intensitas cahayanya. Fiza belum yakin untuk keluar dari elevator ini. Selagi menunggu pemberitahuan misi apa yang hendak ia lakukan, mungkin berdiam di sini akan jadi pilihan yang jauh lebih aman.

Persis ketika Fiza memikirkan misi, earpiece Nadzhaa-Raat yang menempel di telinganya bergetar singkat. Fiza pun menampilkan layar hologram yang berjarak lima belas sentimeter dari matanya. Oh, sudah ada tulisan notifikasi sekaligus taskbar terbaru di sana.

Selamat datang di Fase Bath-Neen, Mihraa-Boon Pi! Di sini, kau akan bergabung dengan Mihraa-Boon lainnya untuk menjalankan misi. Jika kau bertemu dengan NPC yang bermata merah, seranglah sampai mati, atau kau yang akan mati, karena mereka adalah monster tipe satu: Jeen-Nee.

Monster, ya ... apakah ini yang dimaksud Mun-Syiialan tadi dengan menyebutkan bahwa musuh sebenarnya bukanlah Mihraa-Boon lainnya, melainkan monster ini?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top