Seetta-'Asyaaraa
"S ... senjata ... senjata? Senjata! Senjata sungguhan! Bukan abal-abal, nih?"
Tidak ada respons lainnya yang bisa Fiza tunjukkan selain mulut ternganga lebar, sempurna kehabisan kata dan bahasa. Alisnya mengerut dalam, menolak percaya. Sementara itu, kedua tangannya mulai menjelajah. Mengelus permukaan tumpul bilah kapak, busur berteknologi tinggi, bumerang setajam pedang yang baru diasah, hingga senapan AK-47 dan M-16. Anak perempuan itu meringis ngeri, tetapi malah pecicilan memegang senjata di sana-sini.
Setelah Mun-Syii menekan suatu tombol di hologram dinding ruangan kubus beberapa saat yang lalu, dinding berbahan besi itu mendadak memunculkan etalase melayang yang berisi macam-macam senjata mematikan. Fiza saja tidak mengetahui nama spesifikasi sebagian senjata lainnya. Ini ... gila! Fiza memang menyukai hal-hal berbau aksi begini, bahkan tak sekali dua kali Fiza bermimpi dirinya menjadi seorang penyelamat kota yang lihai menggunakan senjata untuk menumpas musuh. Akan tetapi, mengalaminya secara langsung begini? Ini melampaui batas khayalan Fiza!
Perlahan-lahan, dengan penuh kehati-hatian, Fiza penasaran untuk menggenggam sebuah pistol berbahan polyster ringan, lalu mengikis jaraknya dengan kedua mata Fiza, seolah tidak boleh ada yang terlewat dari pengamatannya semili pun. Fiza meneguk salivanya dengan susah payah. "Kalau Glock 17 ini aku todongkan ke arahmu ... kamu akan mati sungguhan, Mun-Syii? Ini ada pelurunya, 'kan?"
"Tentu tidak. Alasan yang pertama, senjata di etalase ini hanya ditujukan sebagai model. Mihraa-Boon perlu memasuki ruangan lain untuk menguji senjata yang hendak dipilihnya." Jawaban Mun-Syii membuat Fiza mengembuskan napas lega karena keamanannya lebih terjamin, tetapi juga kecewa karena tidak akan ada pertunjukan seru kali ini. Ketika Fiza masih mencermati senjata api di genggamannya, Mun-Syii kembali angkat suara. "Alasan kedua, saya adalah seorang NPC, non-player character berspesifikasi Malai-Kaa, sektor Almun-Syii. Kami tidak bisa dibunuh oleh pemain."
Eh, apa-apaan itu? Fiza mengerutkan dahi tak mengerti. Tatapan manik cokelat terangnya yang begitu tajam diarahkan tepat pada Sang Mun-Syii, menuntut akan adanya kejelasan. "Kok begitu? Nge-cheat! Kalau NPC tidak bisa mati, berarti pemain ...." Baru menyadari sesuatu, Fiza melotot hingga bola mata Fiza nyaris keluar dari tempatnya. "Berarti ... pemain bisa saja mati terbunuh?"
Anggukan Mun-Syii membuat Fiza terenyak kaget. Meski begitu, NPC yang dikendalikan sistem itu tetap menjawab apa adanya. "Tidak ada yang bisa menghindarkan diri dari kematian, Mihraa-Boon Pi, bahkan saya sekalipun. Akan tetapi, dunia ini diciptakan untuk Anda juga Mihraa-Boon lainnya. Kami hanya bertugas sebagai pemandu, agar eksistensi dunia ini bisa menjalankan fungsinya dengan sebaik mungkin. Kami, dengan spesifikasi yang kembali terbagi menjadi beberapa sektor, terus berusaha untuk ...."
"Jadi ini maksudnya?" serobot Fiza tak sabaran. Tangan anak perempuan itu terkepal kuat-kuat di kedua sisi tubuhnya. "Dengan adanya pemilihan avatar hingga diberikannya fasilitas persenjataan selengkap ini ... kalian hanya ingin kami saling membunuh, menumpahkan darah?"
"Tidak begitu, Mihraa-Boon Pi. Dunia ini dibuat untuk menguji ketahanan ...."
"Dengan saling melenyapkan nyawa satu sama lain? Seperti yang aku tonton di film-film?" Fiza menggeleng-geleng tak percaya. Ini bukan suatu hal yang keren. Tidak seru juga untuk dijadikan bahan candaan. "Memang, sih, bisa jadi ide yang spektakuler. Tapi itu tidaklah lucu."
Masih dengan nada kaku bagai robot yang disetel sedemikian rupa, Mun-Syii menyahut, "Bukan. Ini tidak seperti yang Anda pikirkan, Mihraa-Boon Pi. Kami hanya mencoba membekali Anda agar bisa bertahan hidup dengan baik."
"Tapi ini senjata! Kalau tidak berbahaya, kalian tidak akan memberi kami senjata."
"Mihraa-Boon Pi, biar saya peringatkan. Jika Anda terus-terusan bicara seenaknya begini ...."
"Apa? Kau yang akan membunuhku, hah?"
Kedua sudut bibir Mun-Syii masih terangkat dengan ramah, dan itulah yang membuat atmosfer di sekitar jadi terasa tambah mengerikan. Kalimat berikutnya yang dikatakan Mun-Syii sukses membuat Fiza terdiam seribu bahasa. "Di dalam ruangan kubus ini terdapat banyak titik yang ditempati stun gun berkekuatan tinggi. Sekali lagi Anda menyela, sensor pendeteksi bahayanya akan menyala. Saya harap Anda bisa berkooperasi, bekerja sama untuk mempermudah diri Anda sendiri. Tanpa informasi dari saya, Anda tidak akan memiliki kemungkinan sebesar 0.001 persen pun untuk bertahan dan keluar dari sini."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top