Khamsaa-wa-'Isyroon

Seruan-seruan marah saling bersahutan. Keributan terjadi. Seakan sudah paham betul dengan reaksi alamiah para pemain ketika dihadapkan situasi semacam ini, suara NPC tak lagi terdengar. Menit demi menit berlalu. Sinar mentari perlahan tergelincir di ufuk barat. Orang-orang mulai menutup mulut, lelah sendiri. Mengomel dan melontarkan sejuta sumpah serapah tidak akan memperbaiki keadaan. Keparat itu---siapa pun yang berada di balik game sialan ini---tidak akan pernah mendengarkan.

Gua di belakang mereka sudah runtuh menjadi puing-puing yang menghamburkan debu sedari tadi. Kini, mereka tak tentu arah. Hanya bisa terduduk sembari menatap horizon, seolah sedang melakukan ritual-ritual, mengantar sang surya untuk berpulang.

Saat itulah suara kaku NPC kembali menggema di setiap penjuru lembah. "Ya, selamat datang di fase Doon-Yea, fase yang akan menentukan keberlangsungan hidup Mihraa-Boon untuk menuju level tertinggi nanti. Jalan keluar itu memang masih teramat jauh, tapi jika kau tak berhati-hati di fase ini, kau tak akan pernah bisa kembali. Masing-masing dari Anda sekalian hanya perlu mengumpulkan seratus Bola Haq-Qoon untuk lanjut ke fase selanjutnya, bola yang bisa didapatkan dengan memenuhi misi. Rincian misinya bisa Anda lihat di Nadzhaa-Raat masing-masing, tepat setelah matahari terbit esok hari."

Bola Haq-Qoon? Fiza menautkan kedua alisnya. Omong kosong macam apa lagi ini?

"Informasi tambahan, informasi tambahan. Sektor permukiman berada di sebelah barat. Gerbang 99 Keagungan akan menyambut Anda di sana. Gunakan koin maupun item yang Anda miliki untuk memenuhi segala kebutuhan dan persiapkan diri untuk esok hari. Selamat beristirahat!"

Ke sebelah barat? Lekas saja para pemain berhamburan ke arah matahari tenggelam. Di belakang mereka, bayang-bayang memanjang, meniti setiap langkah. Lima menit, sepuluh menit ... gerbang yang dimaksud NPC tadi tak kunjung terlihat walau hanya sekedipan mata. Mereka bagaikan pengembara yang tersesat di gurun gersang, mencari setetes air yang ternyata sekadar fatamorgana saja.

"Aaa, aku lelah! Tidak bisakah kita membuat suatu inovasi terbaru? Helikopter, pesawat terbang, atau minimal ... skateboard tenaga surya punya Detektif Conan, misalnya?" Anak laki-laki dari squad dadakan Fiza yang mengenakan kostum berloreng cokelat itu menghentikan langkah. Dengan netra cokelat madu yang berbinar, ia memandangi Fiza. "Kau bisa mengeluarkan api, kan, Fiza? Bukankah itu bahan bakar yang keren untuk ...."

Empat anak lainnya jadi turut menjeda perjalanan. Pemain lain yang masih kuat terus melaju, sebagiannya mendahului rombongan Fiza. Demi mendengar namanya yang tiba-tiba disebut begitu, Fiza menyipitkan mata, menatap anak yang berbicara ngawur itu. "Aku belum bisa mengendalikan kekuatan, dan contoh-contoh yang kau sebutkan tadi rasanya terlalu ...."

Ingat bahwa dirinya belum sempat mengenalkan diri, laki-laki itu kembali mengeluarkan suara cemprengnya. "Ah! Ya! Aku Dzikri, orang paling keren sebumi semesta. Kau bisa memanggilku King Dzizi atau julukan-julukan hebat lainnya. Aku bisa mengendalikan logam, persis seperti tekadku yang kuat walau terkena hujan badai halilintar dan ...."

"Aku Afra," sambar anak perempuan yang belum bersuara sejak awal bertemu Fiza. Oh, itu anak berelemen kristal! Afra mengusir debu yang hinggap di ujung kerudungnya yang berloreng biru. "Bicaranya anak tidak waras ini tidak perlu terlalu dipikirkan. Imajinasinya selalu saja ketinggian dan menganggap remeh segala sesuatu."

"Hei! Pelanggaran hak asasi manusia, itu! Kita bahkan baru saling mengenal hari ini! Dan kau sudah mantap sekali melakukan tindakan pencemaran nama baik seperti itu?"

Meski masih mengomel tiada henti, akhirnya Dzikri tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti langkah teman-temannya yang berniat meneruskan perjalanan. Di sepanjang jalan yang mereka lalui, kalimat pedas Afra berkolaborasi dengan ocehan panjang Dzikri. Sementara itu, Fiza mengamati mentari yang tampak mengintip di balik celah-celah rimbunnya dedaunan. Pemandangan lembah sudah berganti dengan hutan yang cukup lebat.

Aih. Seberapa jauh lagi mereka harus berjalan?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top