Its-Naan

Kakek tiada? Jelas. Tak ada lagi alasan bagi Fiza menjalankan kehidupan terkekang seperti sebelumnya. Tak ada Kakek, tak ada aturan, tak ada hukuman, tak ada penderitaan ... tak ada pula seorang Hafiza Syauqi Mujahidah yang rajin menghafal Al-Qur'an dan mendirikan salat di awal waktu. Tidak ada lagi.

Bolak-balik Ibu ke kamar Fiza untuk memastikan anak itu tidur, berkali-kali pulalah terjadi bentrokan di sana-sini. Seketika, rumah yang cukup luas itu menjadi latar meletusnya perang dingin. "Aku bakalan tidur, kok! Ibu enggak usah cerewet, deh!"

"Terserah! Ibu enggak peduli kalau kamu kesiangan."

Gitu, dong! Fiza semangat sekali meneruskan pekerjaannya. Satu demi satu soal berhasil dituntaskan. Persis ketika sisa empat nomor lagi, Fiza berpikir keras seraya membenamkan wajah di atas lipatan tangan. Masih dalam posisi duduk, anak itu malah terlelap.

Kesadaran Fiza dibawa pergi ke alam mimpi. Ia tidur dengan damai. Akan tetapi, tak lama kemudian, kedua alis tebalnya mengerut dalam. Ada sosok Almarhum Kakek berbusana koko rapi yang menyambangi mimpinya. Fiza tidak tahu pasti bagaimana detailnya, hanya suara Kakek yang terdengar jelas di telinga Fiza.

"Lagi, kamu mempertaruhkan segalanya hanya untuk Matematika, Fiza?"

Kabut putih yang cukup tebal sukses menghalangi pandangan Fiza dari melihat sang kakek seutuhnya. Meski begitu, Fiza tetap menjawab, "Matematika itu bukan cuma 'hanya' buat aku, Kek! Aku bahkan lolos ke Olimpiade Sains Provinsi Agustus nanti."

"Kalau kamu memang hebat, coba cari tahu jawaban dari 4736⁰ . 64x = (57 . 20)⁰ . 29 ...."

"29 per 64!" sahut Fiza tanpa perlu berpikir panjang. Anak perempuan itu menolehkan kepalanya ke sana kemari, bahkan menggerakkan tangan untuk menyingkap kabut dan memandangi kakeknya. Akan tetapi, nihil. Kabut itu seperti menempel kuat di posisinya.

Udara dingin serasa menelisik telinga untuk membisikkan sesuatu pada Fiza. Di dalam mimpinya, Fiza merasa begitu ketakutan. Ada energi tak menyenangkan yang membuat Fiza seolah mematung di tempat. Suara Kakek yang kembali mengudara berhasil menarik perhatian Fiza. "Bukan ... bukan itu. Kamu akan tersesat dalam labirin kehidupan kalau tak kunjung mengetahui jawabannya, Fiza ...."

"Labirin? Tersesat?" Fiza menggeleng tak terima. "Jelas-jelas 29 per 64 jawabannya, Kek! Kalau dikonversi ke desimal, itu sama aja kayak 0,453125!"

Tidak ada suara lain yang menyahuti.

Napas Fiza memburu. "Kek? Kek! Kakek di mana!"

Detik berikutnya, Fiza merasa pijakannya runtuh. Kabut putih masih setia memenuhi seluruh jarak pandangnya. Fiza menggapai-gapai udara kosong, panik ketika merasakan tubuhnya jatuh dari ketinggian. Ia sempurna dilahap udara dingin yang mencekam, bagai serigala kelaparan yang siap menerkam ....

"Kakek!"

Kedua manik cokelat terang itu terbuka lebar secara mendadak. Fiza tersentak kecil. Ia memperbaiki posisi duduknya agar tegak, sekaligus memastikan bahwa dirinya benar-benar sudah bangun di dunia nyata, tak lagi di alam mimpi. Sepersekian detik kemudian, Fiza mengaduh heboh. Punggung dan lehernya terasa nyeri sekali. Untunglah Fiza bangun lebih dulu, sebelum pegalnya tambah menggila.

Begitu kesadarannya sudah seratus persen terkumpul, Fiza menyipitkan mata. Oalah ... Fiza belum menutup jendela kamar. Pantas saja hawa dingin di mimpinya tadi terasa begitu nyata. Setelah bergidik singkat, buru-buru Fiza menutup kedua daun jendela, menghalau angin malam yang menderu liar di luar sana.

Fiza mengempaskan badan pada sandaran kursi belajar. Kepalanya menengadah. Lengan Fiza pun tak diam saja, terus bergerak untuk meregangkan sendi yang dirasa kaku karena tidur dalam posisi duduk. 29 per 64 ... kening Fiza mengernyit dalam. Aih. Apa yang salah, ya?

Dukung terus Doon-Yea Game di Wattpad dan KaryaKarsa, ya!
See u next page!>.<

Pssst! Ketemu Kakak-kakak kece di Isekai Project, yuk!

1. author_ryby
Masuk dunia WebToon, terus uwu-uwu sama Rawon?😱 Ya Allah laper😭

2. bluebellsberry
Jadi figuran novel yang lagi ditulis?😱

3. WidiSyah
Baca referensi, malah dibawa ke masa lalu?😱

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top