Arba'a-'Asyaaraa

Tanpa merasa perlu untuk menunggu respons maupun persetujuan Fiza, makhluk yang mengaku sebagai NPC itu langsung menuju dinding ruangan kubus di balik punggung Fiza. "Sebentar, sebentar. Aku ... gimana? Ikut kamu? Pilih avatar? Dan tadi kamu bilang kamu NPC. Jadi ... kita, saat ini, sungguhan sedang berada di dalam suatu game? Permainan? Seperti yang sering anak-anak cowok mainkan ketika jam kosong di kelas? Yang kata-katanya welcome to mobile legend ... headshot, headshot?"

Tidak ada tanggapan berarti dari sang NPC. Sama sekali tidak. Tanpa menjeda langkah maupun sekadar berbalik badan, Mun-Syii itu malah terus melaju menuju ruangan lain di balik dinding kubus yang merekah. Ah, bagaimana mengatakannya, ya? Keluar dari kubus, menuju kubus lainnya? 

Sesaat, meskipun muka Fiza merengut sebal atas ketidaksopanan Mun-Syii yang tidak mendengarkan rentetan pertanyaannya sedikit pun, pada akhirnya, Fiza hanya bisa menolehkan kepala ke sana kemari. Tidak ada makhluk lainnya di sini. Baiklah ... daripada harus ditinggalkan sendiri di kubus antah-berantah begini, lebih baik Fiza ikuti saja Mun-Syii itu.

Fiza bergidik singkat ketika membayangkan dirinya terjebak di sini sendirian, benar-benar hanya bertemankan dinding hologram dan kepulan kabut prik yang terus menempel di sekujur tubuhnya. Sepersekian detik kemudian, Fiza mengekori punggung Mun-Syii dengan ringisan kecil. Kedua manik cokelat terangnya memejam begitu melewati rekahan dinding penghubung kubus dengan kubus lainnya yang juga diliputi asap putih. Deru halus mesin bersemayam di telinga Fiza. Sungguh tidak jelas, memang.

Persis ketika Fiza menginjakkan kaki di lantai kubus setelah perpindahan lewat dinding itu, atensi Fiza lebih dulu terpusat pada pijakannya sendiri. Lantainya berbahan kaca. Ada sembilan kali sembilan kotak yang diciptakan dari pertemuan garis neon di atas lantai, mengingatkan Fiza pada kotak-kotak keramik biasa yang juga digunakan rumahnya dan lantai rumah tetangga Fiza pada umumnya. Hal menariknya adalah; kotak lantai kaca yang dipijak Fiza memancarkan garis neon yang bergerak vertikal, naik dan turun. Seolah ada sensor yang menyala untuk merekam setiap gurat kaki Fiza. Kejadian kecil itu terus berulang ketika Fiza menginjak kotak lantai yang lainnya.

Fiza masih bermain-main dengan sensor lucu di bawah telapak kakinya. Akan tetapi, hal menyenangkan itu terpaksa berhenti begitu mendengar dehaman singkat Sang Mun-Syii. "Coba kemari, Mihraa-Boon Pi."

"Mihraa ... Mih ... Rabun? Rabun jauh? Rabun dekat? Miopi atau hipermetropi? Gangguan penglihatan? Siapa yang rabun? Mih? Mih siapa?" Gemas dengan makhluk jadi-jadian di hadapannya yang selalu saja menggunakan istilah tidak umum dan sulit dimengerti, Fiza membombardir Mun-Syii dengan pertanyaannya yang beranak-pinak.

Tanpa mengubah ekspresi senyuman kaku dan gerakan gesitnya yang tengah menekan tombol-tombol transparan di dinding kanan, Mun-Syii menjawab singkat, "Mihraa-Boon, istilah yang digunakan untuk setiap pemain di Doon-Yea Game. Anda akan menjadi salah satunya, Mihraa-Boon Pi." Sebelum kembali diserang oleh rentetan pertanyaan Fiza yang tampaknya tidak akan ada habisnya itu, buru-buru Mun-Syii kembali angkat bicara. "Setiap Mihraa-Boon memiliki kode genetik yang menjadi ciri khasnya masing-masing. Dalam kode genetik ini, akan ada nukleat yang mengklasifikasikan Mihraa-Boon ke dalam golongan yang memiliki elemen tersendiri. Agar mengetahui informasi mengenai tipe nukleat Anda dan menyesuaikannya dengan avatar nanti, Anda perlu melakukan tes ini. Mohon duduk di sini."

Belum sempat Fiza mencerna berbagai informasi yang dijejalkan paksa ke dalam kepalanya, Mun-Syii sudah menarik bahu Fiza untuk duduk di atas kursi besi berpinggiran neon yang baru saja keluar dari kotak transparan yang ukurannya meregang lebar lalu kembali mengecil, menyesuaikan dengan barang yang dikeluarkannya. Oh, tunggu dulu. Fiza bahkan baru menyadari keberadaan kaca transparan itu setelah terjadinya proses pengeluaran kursi.

Begitu badan Fiza mendarat di atas permukaan kursi, pergerakan Fiza terasa sempurna dikunci. Mun-Syii kembali mengetikkan sesuatu di hologram transparan. Detik berikutnya, atap kubus berdesing singkat, memuntahkan suatu alat yang mirip mangkuk terbalik. Mun-Syii menangkap alat yang terhubung dengan kabel-kabel rumit di atas atap kubus, lalu memasukkan kepala Fiza ke dalamnya.

Fiza membuka mulut, gerombolan kalimat protes keberatan sudah siap dilayangkan. Akan tetapi, Fiza malah berteriak kesakitan. Proses anomali seperti yang dilaluinya sebelum terbangun di antah-berantah ini terulang, bahkan jauh lebih menyakitkan lagi. Setiap senti tubuh Fiza serasa diregangkan menuju arah yang berbeda-beda, hingga Fiza ingin muntah dan memecahkan kepalanya saja, rasanya.

Dalam rentang waktu yang singkat, muatan arus tak dikenal itu memasuki unsur kehidupan Fiza. Berbaur, menyabotase ... berpilin dan berontak hingga menciptakan anomali yang tidak menyenangkan.

Untuk beberapa jam lamanya, Fiza kehilangan kesadaran.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top